"Ayo diminum dulu obatnya" ucap nyokap yang membuka pintu kamar gue sambil membawa beberapa bulir obat di mangkuk kecil.
"Iya ma, taruh aja obatnya nanti Mela minum" ucap gue yang masih fokus belajar.
"Mama tau minggu depan kamu UNMPTN" kata nyokap sambil menaruh obatnya di depan gue, "Tapi kamu juga harus merhatiin kondisi kamu dong, sayang" lanjut mama sambil menghela nafas. "Yaudah mama keluar ya" katanya lagi sambil berjalan ke luar dan menutup pintu kamar gue.
***
Sekolah sengaja meliburkan kelas 3 dari lima hari sebelum ujian, tujuannya agar murid-murid tidak stres dan bisa belajar lebih fokus di rumah. Maka dari itu, hari ini adalah hari terakhir sekolah. Hari terakhir belajar bareng teman sekelas. Hari terakhir bisa sebangku sama Selin dan ngumpul sama Driana dan Wenda. Hari terakhir satu kelas dengan Alfa. Dan bertepatan dengan hari ini adalah hari kelahirannya wali kelas gue.
Gue teringat dengan ulang tahun gue beberapa hari yang lalu. Driana, Selin, dan Wenda tiba-tiba datang ke rumah gue dan membawa kado. Boneka pinguin berwarna pink yang mereka hadiahkan mungkin akan menjadi hadiah terakhir dari mereka buat gue.
Gue tersadar dari lamunan gue saat melihat Alfa meniup balon untuk surprize ulang tahun wali kelas gue di kelas.
"Happy birthday, Mela. Happy birthday" ucap Alfa yang gak tau dapet darimana tiba-tiba dia membawa sebatang lilin yang sudah menyala ke meja gue. "Maaf ya gue telat ngucapinnya dan cuma bisa kasih lo ini" tambahnya lagi sambil menaruh lilin itu di atas meja gue.
Gue hanya tersenyum melihat lilin itu. "Udah tembak aja, Al, tembak!" sorak Driana dari belakang gue.
"Gue bingung deh, sebenernya ada apa sih diantara kalian?" tanya Raka keheranan dari sebelah Driana. Niat dia yang awalnya ingin nge modusin Driana terhenti saat melihat tingkah sahabatnya itu.
"Tiup dong lilinnya" suruh Alfa tanpa menghiraukan suara-suara dari belakang gue.
Gue meniup lilin itu. Meskipun bukan kado, meskipun hanya sebatang lilin kecil, tapi itu udah berarti segalanya bagi gue. Al, seandainya lo tau betapa gue bersyukur udah kenal lo dan udah jatuh hati sama lo meskipun hanya jadi sahabat.
Bel istirahat pertama dibunyikan. Tapi kelas senior sudah diizinkan untuk pulang duluan. Gue merapikan buku gue dan bersiap untuk pulang. Selina dan gue berjalan keluar sementara Wenda dan Driana udah pulang duluan, tapi tiba-tiba...
"Mela lo kenapa ya ampun, Mela!" ucap Selin kaget saat melihat gue yang tiba-tiba ingin jatuh.
"Tunggu dulu, Sel" kata gue sambil memegang dada gue yang terasa sakit dan sesak. "Disini dulu ya, please" ucap gue sambil mendudukan tubuh gue di lantai depan kelas.
"Lo kenapa sih, Mel?" tanya Selin dengan raut wajah yang sangat khawatir.
"Gak papa, gue kayanya cuma nervous bentar lagi mau ujian" jawab gue mencoba sedikit santai, rasanya gue sulit untuk mengatur nafas meskipun hanya untuk berbicara.
Alfa yang baru keluar dari kelas, heran melihat gue duduk di sana. "Mel lo kenapa?" tanya Alfa bingung sambil menundukkan tubuhnya ke arah gue. Namun, gue gak merespon. "Sel, si Mela kenapa?" tanya Alfa lagi kepada Selin yang berada di sebelah gue.
"Gak tau tuh katanya sesak nafas gara-gara nervous mau ujian" jawab Selin sambil melihat ke arah gue dengan khawatir.
Alfa menyingkap rambut gue ke belakang, "Mel" ucapnya. "Coba tarik nafas dalam-dalam terus keluarin biar lega" suruhnya. Gue menuruti apa katanya tadi dan benar, pelan-pelan gue mulai bisa mengatur nafas gue kembali. "Udah enakan kan?" tanyanya memastikan. Gue hanya mengangguk. Alfa mengulurkan tangannya ke arah gue, "Ayo sini gue bantu berdiri. Gue juga mau berterimakasih selama ini lo selalu mau ngebantu gue".
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA [COMPLETED]
Teen FictionAmelia adalah seorang gadis biasa. Dia pernah jatuh cinta namun dikecewakan, terakhir kali dia pacaran, hubungannya benar-benar tidak direstui oleh keluarganya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan cowo ini. Muhammad Alfarizi, mantan ketua osis di sek...