(Part 2) Mistake

332 27 1
                                    

"Dimakan dulu Mel nasinya!" suruh mama dari dapur yang sedang memasak.

"Aduh ma, Mela udah telat, nanti aja ya Mela makan di sekolah" tolak gue buru-buru sambil menalikan sepatu.

Biasanya gue selalu berangkat sama bokap dan ade gue, tapi karena hari ini gue telat bangun jadi gue ditinggalin sama mereka. "Ma, Mela berangkat dulu ya" ucap gue sambil menyalimi tangan mama.

"Kamu ini kebiasaan kalau udah telat. Jangan pulang sore-sore" katanya.

Setiap hari senin selalu dilaksanakan upacara di lapangan. Karena gue telat hari ini, gue terpaksa harus baris di paling belakang. Cuaca yang panas ditambah lagi gue gak bisa lihat apa-apa dari sini. Gue benci banget kalau udah telat saat mau upacara kaya gini.

Selesai upacara, gue langsung menuju kelas yang masih sepi. Guebelum melihat Selin,Driana,atau Wenda. Alfa juga belum ada disana, baru beberapa belas menit kemudian dia datang denganRaka dan teman-temannya yang lain.

"Mel, liat PR matematika dong" ucap Alfa sambil berjalan menuju ke bangku gue.

"Ah kebiasaan lo nyontek mulu" kata gue sedikit nyolot.

"Plis Mel, gue gak ngerti nih" ucapnya memelas.

Gue mengambil buku PR gue di dalam tas dan memberikannya kepada Alfa. Gue kira dia mau ngambil bukunya, ternyata malah duduk di sebelah gue dan ngerjain PR nya disini.

"Mel, kalau yang ini gimana caranya?" tanyanya sambil menunjuk ke soal aljabar. Gue menjelaskan bagaimana cara mengerjakannya dan dia hanya mengangguk-ngangguk.

"Lo ngerti gak sih? Muka lo ga meyakinkan" tanya gue heran.

"Ngerti kok ngerti" jawab dia.

Tak lama kemudian, ketiga teman gue datang dari luar. "Ekhem berdua mulu" ejek Driana. Gue langsung menoleh ke belakang dan Selin sepertinya ingin duduk di bangkunya tapi masih dipakai Alfa.

"Sel, lo mau duduk kan?" tanya gue. "Al, lo kerjain di bangku lo aja, tuh Selin mau duduk" suruh gue kepada Alfa.

"Gapapa kok, Mel. Pacaran aja dulu" tanggap Selin sambil menaruh tasnya di bawah meja.

"Dih, gue balik aja deh ke bangku gue" jawab Alfa sambil senyum-senyum malu. Lalu dia berjalan kembali ke bangkunya.

"Alfarizi selalu gitu deh, mesem-mesem kalau udah diejekin tentang Mela" komentar Wenda yang sedari tadi memerhatikan tingkah laku Alfa.

Bel istirahat dibunyikan, gue pergi ke kantin sama ketiga teman gue.

"Lo beli cireng mulu deh, lama-lama muka lu kaya cireng ntar" ucap gue kepada Selin.

"Biarin mel, enak terus murah hehe" jawab Selin.

Gue yang lihat Alfa lagi jajan di warung sebelah langsung menghampiri dia. Gue ingat gue belum nanya suatu hal yang penting ke dia.

"Al, lo jadi kemarin nonton sama doi?" tanya gue dari sebelahnya.

"Kaga, gue ga ada duit" jawabnya dengan nada datar. Gue langsung tertawa mendengarnya.

"Gak modal banget lo jadi cowo" ucap gue.

"Yeh bukan gitu Mela" jawabnya. "Kemaren uang gue abis buat beli voucher game" lanjutnya lagi menjelaskan.

"Ya ampun, udah gede pikirannya game mulu. Hahaha" komentar gue sambil tertawa. Gue kembali ke kelas dengan teman-teman gue. Setidaknya dia gak jadi nonton dan itu bikin gue lebih tenang sekarang.

----------------------skip pulang sekolah----------------------

Bel pulang sekolah sudah dibunyikan, semua siswa berhamburan keluar. Ada yang langsung pulang, ada yang siap-siap mengikuti ekskul, dan ada juga yang nongkrong di warung depan.

Saat itu, Selin dan Driana sudah pulang duluan sementara Wenda selalu nongkrong dulu di warung depan sama temen-temennya yang lain. Gue bingung mau pulang sama siapa, sampai akhirnya gue ngeliat Alfa yang lagi berjalan sendirian, jauh di depan gue. Kayanya dia mau pulang juga.

"Alfa!!" teriak gue. Dia memberhentikan langkahnya dan langsung menoleh ke belakang. "Lo mau pulang kan? Tungguin gue dong" teriak gue lagi.

Alfa hanya mengangguk dan berkata, "Cepet jalannya". Gue berjalan cepat menuju ke arahnya dan akhirnya kita pulang bareng.

Di jalan, Alfa cerita tentang banyak hal ke gue. Dia juga cerita ke gue tentang cita-citanya yang pengen jadi pengacara dan ngambil jurusan hukum di kuliah nanti.

"Emang kenapa lo mau jadi pengacara?" tanya gue. Setiap gue ngobrol sama dia dalam posisi berdiri seperti sekarang, pasti gue harus mengadahkan kepala gue keatas. Gue gak ngerti, sebenarnya dia yang terlalu tinggi atau emang guenya yang pendek?

"Enak aja gitu kayanya adu bacot sama orang" jawab dia.

Saat kita mau nyebrang, gue jalan duluan di depan Alfa. Gue berada di tengah jalan saat gue lagi bales chat dari nyokap, dan gak merhatiin ada motor yang berjalan kencang di depan gue.

Sementara Alfa masih berada di pinggir jalan "Mel awas ketabrak!" ucap Alfa sambil berlari ke arah gue dan menarik tangan gue ke belakang.  Tapi telat, kejadiannya begitu cepat. Gue memang terselamatkan dari motor itu tapi Alfa tidak.

Saat dia menarik tangan gue tadi, dia melangkahkan kakinya kebelakang dan tak sengaja ada mobil yang menyerempetnya. Alfa terjatuh, kakinya terkilir dan berdarah. "Alfa!!" teriak gue kaget saat melihatnya dengan keadaan seperti itu. Matanya tertutup pelan-pelan. "Tolong!! Siapapun tolong!!" teriak gue sambil menangis

Tangan dan seluruh tubuh gue bergetar melihat Alfa sekarat. Gue gak tau harus apa. "Al, lo harus kuat. Harus!" ucap gue menangis sambil mencengkram kuat tangannya.

Seandainya tadi Alfa gak nolong gue, atau seandainya tadi gue gak mainin handphone gue dan melihat ke sekeliling saat mau nyebrang. Mungkin hal ini gak bakal terjadi, mungkin Alfa gak bakal tertabrak. Ini semua salah gue kalau sampai terjadi apa-apa dengan Alfa.

-----------------------------------------------

NB: Maaf kalo gak ngerti di bagian Alfa yang ketabrak mobil:(
Btw, makasih udh baca semoga suka!❤

DIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang