Beberapa bulan kemudian...
Alfarizi menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah. Dia mengantar perempuan itu pulang.
"Aku pulang dulu ya" ucap perempuan itu sambil membuka pintu mobil pacarnya. Alfa hanya mengangguk dan tersenyum.
Alfa memerhatikan perempuan itu sampai dia masuk ke dalam rumahnya. Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi. Dia mengangkat telfonnya. "Halo" ucapnya. Terdengar suara yang familiar dari ujung telfon itu.
"Ah iya, setengah jam lagi gue sampai" jawabnya, lalu dia menutup telfonnya. Alfa mengendarakan mobilnya, melaju menuju ke suatu tempat dimana dia sudah berjanji akan bertemu dengan orang yang baru saja menelfonnya.
Dia sampai di tempat itu, di sebuah taman di daerah Pluit, Jakarta. Dia keluar dari mobilnya dan mencari-cari orang yang baru saja tadi menelfonnya. Dia melihat perempuan itu sedang duduk di kursi pinggir danau, yang berada di depan taman tersebut.
"Driana" sapanya dari belakang perempuan itu.
Driana menoleh ke belakang melihat Alfa dan menyuruhnya untuk duduk. "Jadi, lo lagi liburan kesini? Lo habis darimana rapih banget?" tanya Driana memulai percakapan.
"Iya, Dri. Gue baru ketemu pacar gue" jawab Alfa sambil melihat pemandangan disana.
"Oh iya gue lupa kalau lo udah balikan sama Ica" tukas Driana, dia terlihat sedikit kesal. "Sebenarnya, kalau bukan karena Amelia, gue gak bakalan mau ketemu lo" ucap Driana dengan sinis.
"Emangnya ada apa? Kenapa gak dia aja yang ketemu gue?" tanya Alfarizi dengan penasaran.
Driana menghela nafas, "Dia udah gak ada, Al".
***
Flashback on
Amelia membuka matanya perlahan. Siang itu di rumah sakit dimana dia dirawat, dia baru saja selesai menjalankan operasi keempatnya. Dari jendela kamarnya dia melihat keluarganya dan Andre sahabat semasa kecilnya itu duduk di luar dengan panik.
Saat itu, giliran ketiga sahabatnya yang membesuk dia. "Amelia!!" ucap Wenda senang melihat sahabatnya itu bangun dari tidur pulasnya.
"Kita cemas banget sama kondisi lo, Mel" ucap Selina dengan khawatir sambil menggenggam tangan Amelia. Sementara, Driana duduk dengan wajah murung di sebelah Wenda.
Amelia tersenyum, "Gue tadi habis mimpi indah" ucapnya. "Di mimpi itu, gue ada di suatu taman yang mirip taman rahasia di hotel waktu kita prom. Tapi tamannya lebih indah, bunganya lebih banyak dan berwarna warni, rumputnya juga lebih hijau" jelasnya sambil mengingat kembali mimpinya itu. "Gue ketemu sama malaikat cantik terus dia bilang ke gue untuk ikut sama dia" lanjutnya lagi.
"Terus lo mau?" tanya Driana sedikit cemas dengan cerita temannya itu. Wenda dan Selina menitikkan air matanya ketika mendengar cerita itu, mereka sudah tau. Kemudian, mamanya Amelia datang memasuki ruangan itu.
"Mela, kamu makan dulu ya" tawar mamanya dengan senyum yang menyembunyikan kesedihannya. Namun, Amelia menolak untuk makan.
"Mela tadi bilang ke malaikatnya mau pamit dulu sama orang-orang yang Mela sayang" ucapnya sambil tersenyum melihat mamanya. "Ma, Mela pergi dulu ya, Mela sayang banget sama mama" katanya sambil menggenggam tangan mamanya. Mamanya hanya mengangguk tersenyum sambil menangis. Ketiga temannyapun begitu. "Dri, gue bisa minta tolong buat yang terakhir?" tanyanya sambil melihat ke arah sahabatnya itu.
"Iya, Mel" jawab Driana dengan pelan sambil mengusap air matanya.
"Tolong ambilin surat warna cokelat di dalam rak itu" pinta Mela sambil menunjuk ke arah rak berwarna abu-abu yang ada di pojok ruangan. Driana membuka rak itu dan mengambil suratnya. Kemudian, dia memberikannya kepada Amelia.
Amelia mengusap surat itu dan melihatnya dengan saksama untuk yang terakhir kalinya. "Tolong kasih ini ke Alfarizi ya" kata Mela sambil memberikan lagi surat itu kepada Driana.
Driana mengangguk dan mengambil surat tersebut. Ketiga temannya tak kuasa menahan tangis, apalagi mamanya. Kini hati Amelia terasa lebih tenang, jauh lebih tenang dari sebelumnya. Dengan pelan matanya tertutup. Dia pergi ke tempat lain, tempat yang lebih indah dari bumi.
***
"Kenapa lo gak bilang gue dari dulu, Dri?" tanya Alfa kaget mendengar apa yang diceritakan Driana.
"Dia gak mau lo tau kalau dia sakit, Al. Intinya dia nyuruh gue kasih lo surat ini" jawab Driana sambil memberikan surat berwarna cokelat itu.
Alfa mengambil surat tersebut dan melihatnya dengan sedih. Dia masih tidak menyangkanya, dia tak percaya Amelia telah tiada. "Ada hal yang harus lo tau, Al. Mungkin lo emang cuma nganggep dia sahabatnya, sayang sama dia sebagai sahabat. Tapi sampai akhir, gue liat Amelia gak ngerasain hal itu. Rasa sayang dia lebih dari apa yang lo rasain buat dia" ucap Driana, kemudian dia berdiri. "Gue pulang dulu dan kalau lo mau nanya lagi, lo bisa chat gue". Driana pergi dari tempat itu, dia berjalan pulang meninggalkan Alfa yang duduk termenung melihat surat tersebut.
Alfa tidak habis pikir dengan apa yang baru saja dia dengar. Dia sedih namun dia tau semuanya sudah terlambat. Dia membuka amplop yang membungkus surat itu. Dia menarik nafas panjang sebelum membaca surat tersebut. Kemudian dia membaca dengan perlahan isi surat itu.
Dear Alfa,
Hai.....
Gimana kabar lo sekarang? Udah hampir enam bulan berlalu dan gue gak tau kabar lo sama sekali. Pasti lo sibuk ya sekarang.Untuk sekarang, gue baik-baik aja disini. Tapi mungkin saat lo baca surat ini, gue udah pergi jauh. Lo gak perlu nyari gue kemana, gue pasti udah nyaman di tempat ini kok.
Al.....ada banyak hal yang ingin gue sampaikan ke lo, tapi ternyata Tuhan gak ngasih gue banyak waktu. Dari surat ini, gue cuma bisa sampaiin beberapa hal. Gue ingin mengucapkan terimakasih karena lo udah pernah ngewarnain masa-masa SMA gue. Terimakasih karena pernah jadi satu-satunya sahabat yang membuat gue jatuh hati terlalu dalam.
Gue bahagia dan gak akan pernah nyesel karena masih milikin rasa 'sayang' itu ke lo sampai detik ini, sampai nafas terakhir gue di bumi. Gue gak peduli meskipun hati lo gak akan pernah bisa gue miliki seutuhnya, gue cuma ingin lo bahagia dengan pilihan lo itu.
Mungkin gue bodoh. Bodoh karena dibutakan dengan apa yang gue rasakan ke lo. Tapi dari apa yang gue alami ini, gue belajar bahwa cinta itu gak harus selalu memiliki. Cinta itu belajar untuk mengerti, untuk mengalah, dan untuk ikhlas merelakan orang yang dicintai itu pergi.
Apa disana lo belajar hal itu juga, Al?
Apa disana lo pernah meskipun hanya sekali memikirkan gue?
Atau, apa disana lo udah menemukan seseorang yang bisa buat lo jatuh hati lagi?Udah dulu ya suratnya, gue pamit. Selamat tinggal, Alfarizi. Jangan lupa bahagia.
-AmeliaP
Dia memerhatikan lagi surat itu secara keseluruhan. Kemudian dia melipatnya dan menaruhnya ke dalam amplop. Tangannya bergetar setelah membaca suratnya. Mungkin dia sedih, mungkin dia menyesal, tapi yang pasti, dia merasakan kehilangan. Kini, apa yang telah dia lalui dengan Amelia tinggal kenangan.
"Kenapa gue gak bisa ada di sebelah dia bahkan disaat terakhirnya" gumamnya dalam hati. Kemudian, matanya tertuju ke pemandangan yang ada di danau itu. Langit sore menuju malam yang berwarna oranye memberikan pantulan cahaya ke air yang ada di danau tersebut. Begitu indah dan tenang suasana disitu.
"Amelia...... apa lo bisa lihat gue dari sana? Apa lo tau gue nyesel?"
~Tamat~
--------------------------------------------
NB: Makasih bagi semua yang udah baca dari awal Prolog sampai Part terakhirnya!❤
Maaf juga kalau ceritanya kurang bagus dan belum terlalu benar buat penulisannya, karena baru pertama kali nulis gini.Makasih juga untuk beberapa teman author yang selalu semangatin aku buat lanjutin ceritanya. Semoga kalian suka ya dan ga kecewa dengan sad ending nya:(
Ohiya author minta komentar dan sarannya dong buat kalian tentang cerita ini hehe^^ Jangan lupa Vomment juga ya, thankies❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA [COMPLETED]
Teen FictionAmelia adalah seorang gadis biasa. Dia pernah jatuh cinta namun dikecewakan, terakhir kali dia pacaran, hubungannya benar-benar tidak direstui oleh keluarganya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan cowo ini. Muhammad Alfarizi, mantan ketua osis di sek...