Cowo itu terlihat baru keluar dari lift suatu rumah sakit. Dia mengenakan kaos hitam polos, celana jeans, dan sepatu converse dengan sangat simple namun masih tetap tampan. Cowo itu berjalan menyusuri lorong, mencari-cari suatu ruangan sambil membawa baket bunga berwarna merah indah.
Sampailah dia di depan ruangan tujuannya. Dia melihat ke atas dimana papan ruangan itu digantung. Di papan itu bertuliskan, "Ruang operasi nomor 309".
Dia memasuki ruangan itu. Tak ada siapapun disana kecuali seorang gadis yang sedang tertidur di kasurnya dengan lemas. Wajahnya pucat dan seperti tidak berdaya.
"Amelia...." ucap cowo itu dengan pelan.
Amelia membuka matanya perlahan, dia tersenyum saat melihat cowo itu, "Andre, apa kabar?" tanyanya.
Cowo yang bernama Andre ini masih memberikan senyum manisnya kepada Mela. Dia memerhatikan tubuh sahabat kecilnya itu dengan saksama. Begitu banyak perubahan yang terjadi padanya. Tubuhnya menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Dia yakin, pasti karena penyakit ini sahabatnya itu berubah.
Cowo yang terpaut umur tiga tahun lebih tua dari Mela ini, teringat bagaimana kedekatan mereka dulu, bagaimana Mela sangat bahagia setiap bermain dengannya. Keluarga mereka juga dekat, sayangnya Mela harus pindah ke Jakarta ketika Mela berumur 13 tahun.
"Gue baik-baik aja kok, Mel. Ohiya gue juga bawain ini buat lo. Bunga kesukaan lo" katanya sambil menyodorkan baket bunga kepada Mela.
Amelia mengambil bunga itu dan mencium wanginya, "Wah makasih ya" ucapnya.
"Gue kaget waktu nyokap lo nelfon gue dan bilang lo dirawat. Kenapa lo ga berobat di Jakarta aja?" tanya Andre dengan khawatir.
"Gue pengen aja berobat di kota asal gue" ucapnya, "Lagipula, setelah tindakan operasi hari ini gue bakalan kembali ke Jakarta dan berobat disana" lanjutnya lagi sambil menggenggam bunga indah yang ada di tangannya.
Andre mengusap rambut sahabatnya itu dengan lembut. Dia sangat sedih melihat keadaan Amelia namun, dia tidak ingin menunjukkannya. "Pacar lo..." ucapnya ingin menanyakan sesuatu dengan ragu-ragu. "Dia gak kesini?" lanjutnya bertanya.
Amelia menghembuskan nafas dengan berat, "Gue aja gak yakin apa gue sama dia masih pacaran" ucapnya teringat dengan hal itu.
"Loh kenapa?" tanya Andre keheranan.
"Udah dua minggu semenjak HP gue hilang gue gak bisa dapat kabarnya" jawabnya sambil menahan rasa sakit di hatinya. "Gue juga yakin dia udah nganggep putus" lanjutnya lagi.
"Kalau alasannya hanya karena itu, dia adalah orang yang bego banget sia sia-in lo" komentar sahabatnya itu dengan kesal. "Coba waktu itu lo milih gue, gue gak bakal lepasin lo, Mel" lanjutnya lagi.
Amelia tersenyum mendengar ucapan sahabatnya itu. Hatinya sedikit lebih baik karena sebelumnya dia terlalu sering bersedih mengenai Alfa. "Udah lah gausah dibahas" jawab Amelia, "Gimana kuliah lo?" tanyanya berusaha mencari topik pembicaraan lainnya.
Hampir dua jam berlalu, kemudian Andre pamit kepada sahabat kecilnya itu karena dia harus pergi. Dia keluar dari kamar dimana Amelia dirawat. Dia menutup pintu itu sambil menarik nafas panjang. Entah apa yang dirasakannya, tapi dia tau pasti dia tidak ingin membiarkan sahabatnya seperti ini terus.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA [COMPLETED]
Teen FictionAmelia adalah seorang gadis biasa. Dia pernah jatuh cinta namun dikecewakan, terakhir kali dia pacaran, hubungannya benar-benar tidak direstui oleh keluarganya. Sampai akhirnya dia bertemu dengan cowo ini. Muhammad Alfarizi, mantan ketua osis di sek...