EMPAT

142 5 0
                                    

"Angga, Anggi, Dan Vera.. kalian harus menentukan peran kalian masing masing. Tersisa Pangeran dan Puterinya" Ujar Bu Nova sembari meminta ketiga murid itu untuk maju kedepan kelas

Anggi maju dengan santai sementara Angga sendiri juga memilih memasang wajah datarnya, tapi tidak dengan Vera. Ia sangat senang jika bisa dipasangkan dengan Angga, sudah selama satu semester ia mengidolakan Angga

"Ga, lo sama Vera aja ya" ujar Anggi. Baru saja ia ingin duduk kalau tangan Angga tidak menahannya, "Liat nanti Gi" ujarnya kemudian menarik kembali Anggi agar tetap disana

Hal itu membuat sorakan satu kelas menggema kencang. Tak sedikit dari mereka yang mengagumi tingkah mereka, Sweet but Flat..

"Kalian bisa vote sekarang. Angga dengan Anggi atau Angga dengan Vera" ujar Bu Nova memberikan masing masing kertas kecil kepada semua murid dan menyuruh mereka untuk Voting

Tak lama, semua Murid sudah mengumpulkan kertas kertas itu kepada Bu Nova dan akhirnya Pasangan Angga dan Vera yang memenangkannya

"Nah, Angga dan Vera.. ini Naskah kalian, silahkan pelajari karena minggu depan kita akan tampil di Pensi sekolah" ujar Bu Nova kemudian mempersilahkan mereka kembali duduk

Angga mendengus kesal kearah Anggi yang tampak sangat biasa saja, "Gi, kok lo kalah sih?" Tanya Angga kesal

Anggi hanya menggedikkan bahunya acuh "Gak tau Ga, mungkin emang cocokan sama Vera" ujar Anggi

Angga sendiri memilih tak membahas lagi, ia yakin pasti ada sesuatu yang salah disini. Dan ia malas membuktikannya.

Sepulang sekolah, Anggi terpaksa menunggu Angga yang masih latihan bersama Vera. Sebenarnya hanya Vera yang ingin latihan sepulang sekolah, Angga hanya ingin latihan di jam Istirahat

Tetapi karena Angga masih menghargai peran mereka yang cukup sulit dengan scane Dansa, maka akhirnya Laki laki itu mengiyakan dengan persyaratan tidak melewati jam tiga sore

Anggi menatap jam di Ponselnya, sudah hampir jam tiga. Tapi tidak ada tanda tanda Angga akan muncul, bahkan didepan ruang Teater masih banyak teman teman Angga yang berkumpul disana, hingga akhirnya Anggi memutuskan untuk melihat langsung apa yang sedang dilakukan oleh Pria itu

"Angga udah selesai belum?" Tanya Anggi

Disana, beberapa Geng Angga yang mengumpul di depan ruangan Teater menatapnya seketika menggeleng, menandakan ketua geng mereka masih didalam. Entah kenapa Anggi tidak terlalu akrab dengan geng yang di ketuai oleh Sahabatnya itu

"Belom Gi, dia sama Vera lagi belajar Scane Dansa gitu. Begonya, si Angga salah mulu dari tadi, gak fokus kayanya. Ya.. Kan lo tau, Seorang Angga cuma buat Anggi, gak bisa diganti Vera" ujar Roy salah satu anggota Geng mereka

Anggi tersenyum salah tingkah, kemudian ia menatap Jam dipergelangan tangannya. Ini sudah pukul lima sore, sudah lewat satu jam dari waktu seharusnya ia minum obat. Ibunya akan marah jika ia terlambat minum obat

"Tapi tadi Angga bilang, kalo lo males nunggu. Balik duluan aja" kali ini Danil yang berbicara

Anggi berfikir keras. Haruskah ia meninggalkan Angga, sebenarnya bukan begitu. Hanya saja ia bingung arah jalan kerumahnya, biasanya Angga akan mengantarnya lewat jalan kecil

Dan terlalu baik karena Di daerah sekolahnya tidak ada kendaraan sama sekali. Ia harus keluar kompleks agar mendapatkan Bus atau Angkutan umum

"Yaudah Roy, Nil, gue balik duluan. Kalo Angga cariin bilangin ya, Thanks" ujar Anggi kemudian berbalik pergi. Namun ia teringat, ia harus mengembalikkan beberapa buku di Perpustakaan sekolah

Jadi, Anggi memutuskan untuk ke Perpustakaan terlebih dahulu, baru ia akan pulang

"Maaf Pak, saya mau kembalikan Buku yang kemarin saya Pinjam" ujar Anggi kepada Pak Seno salah satu petugas perpustakaan di Sekolahnya

"Oke, mau pinjem lagi Gi?" Tanya Pak Seno. Anggi nampak berfikir sejenak, "Hmm.. besok aja deh Pak, saya pulang dulu. Makasih pak" ujarnya kemudian keluar Perpustakaan

Baru saja ia berjalan beberapa langkah, tiba tiba ia merasa kepalanya seperti di Pukul dengan Palu, rasanya benar benar menyebalkan karena penyakitnya harus kumat di saat seperti ini

Dengan tertatih, ia segera turun tangga perlahan lahan. Namun ia semakin panik kala menyadari darah segar sudah mengalir dari hidungnya

Shit. Bahkan ia belum sempat berteriak kala kegelapan sudah melandanya.

***

Tbc

Friendship Or Relationship (FOR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang