Lingga❌Linka 01

1.8K 84 9
                                    

ANGIN berhembus kencang berlawanan arah dengan seorang pengendara motor yang melajukan motornya di atas rata-rata. Ia tidak memedulikan bunyi klakson ataupun makian orang tentang caranya membawa motor yang terkesan ugal-ugalan. Yang ada di pikirannya kini hanya satu; masuk ke sekolah sebelum gerbang ditutup rapat oleh satpam sialan yang sangat tidak bersahabat dengannya itu.

Saat ia melihat gerbang yang perlahan ditutup oleh seorang satpam, ia makin menambah kecepatan motornya. Berusaha secepat kilat agar tidak melewati hari pertamanya masuk sekolah.

Saat motor itu lewat dengan hembusan angin yang terasa, satpam itu berteriak kencang.

"LINGGA!"

Namun lelaki itu, Lingga, tidak memedulikan teriakan satpam sekolahnya yang menurutnya menyebalkan itu. Yang terpenting ia sudah masuk ke area sekolah dengan selamat sentosa.

Belum sedetik ia menghela napas lega, ia harus dikagetkan dengan seseorang yang yang tiba-tiba berdiri dihadapannya. Untung saja Lingga langsung menyadari ada orang itu dan langsung menekan rem motornya.

"Huhhh." Lingga bernapas lega saat motornya berhasil berhenti tepat didepan orang tersebut. Ia langsung membuka helmnya untuk melihat orang tersebut.

"Labuset. Muka lu datar amat, Mbak. Kagak shock hampir gue tabrak?" Lingga terkejut karena perempuan dihadapannya ini hanya memasang ekspresi datar, tidak ada rasa kaget ataupun khawatir, padahal ia hampir saja tertabrak olehnya.

Lingga langsung turun dari motor dan menghampiri cewek tersebut. "Eh lo gak kerasukan 'kan? Atau gimana gitu? Lo nggak luka? Ada yang lecet gitu? Mau gue bawa ke UKS aja? Ebuset, jangan diem aja ngapa, gue takut ini," ucap Lingga panjang lebar.

Lingga membelalakkan matanya saat cewek tadi melengos begitu saja dari hadapannya. Tidak menggubris pertanyaannya, tidak pula mengangguk atau menggeleng sebagai jawaban.

Itu anak kerasukan setan jembatan Ancol gua rasa, batin Lingga.

Tak mau memperpanjang hal tadi, Lingga pun membawa motornya ke area parkiran sekolah. Setelah memakirkan motor kesayangannya itu, Lingga bergegas menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

Sepanjang berjalan menuju kelas, telinga Lingga tidak henti-hentinya mendengar suara para kaum hawa yang memuji dirinya. Lingga yang memiliki tingkat kepedean di atas batas maksimal itu pun mengumbar senyum. Tak jarang ia juga menggoda para siswi disana. Entah itu mengedipkan mata, atau bahkan mengeluarkan gombalan maut yang membuat pipi siswi itu merona malu.

Orang ganteng susah, pikir Lingga.

Saat daun pintu kelasnya sudah terlihat di pelupuk mata, Lingga semakin mempercepat langkahnya. Ia yakin belum ada satupun guru yang masuk ke dalam kelas, walaupun jam pelajaran pertama telah masuk. Namanya juga hari pertama masuk setelah libur panjang, pasti ada saja alasan yang dipakai para guru untuk telat -atau bahkan tidak masuk- ke dalam kelas.

"ASSALAMUALAIKUM WARGAKU TERCINTAHH! KANGEN NGGAK LO PADA SAMA ABANG LINGGA TERGANTENG?"

Krik.

Krik.

"BANGKE U SEMUA. JAHAD SAMA BABANG INGGA!" Lingga mendramatisir keadaan kelasnya.

"Lo mabok, Ngga?"

"Lingga kaga sarapan?"

"Lo sleep walking ye?"

"Udeh, Lingga mah kacangin aje. Lanjut, guys!" Seruan dari Bimo langsung diikuti para teman sekelasnya, melanjutkan aktivitas mereka yang sempat tertunda karena kehadiran Lingga, ditambah dengan ucapan percaya dirinya yang tinggi.

Lingga & Linka [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang