Lingga❌Linka 13

366 30 0
                                    

PAGI ini, Lingga sudah bersiap dengan pakaian casualnya. Hanya kaos hitam polos dengan celana jeans selutut, serta sepatu adidas berwarna hitam. Tak lupa ia membawa jaket hijau gelap kesukaannya. Entahlah, ia masih menyukai jaket itu meskipun ... tak usah dibahas.

Lingga melihat penampilannya di cermin dan merapikan rambutnya -yang sebenarnya mengacak asal- kemudian meraih kunci motor di atas nakas. Ia berjalan keluar kamar, lalu tak lupa untuk mengunci pintu kamarnya.

Jam menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Dan hari ini merupakan hari Jum'at. Seharusnya Lingga sekolah. Tetapi lelaki itu justru tidak memakai seragamnya dan tidak membawa tasnya pula, membuat kedua orang tuanya memgernyit bingung.

"Mau ke mana, Ngga?" tanya Papanya kalem.

"Aku nggak bisa diem aja, Pah. Aku harus-"

"Ingga, dengan sikap kamu yang kayak gini justru malah semakin nyakitin dia nantinya," potong Mamanya. "Lagipula Mama sama Papa juga udah lapor ke pihak yang berwajib buat nyelidikin hal ini. Kamu nggak perlu khawatir."

Mendengar kata pihak berwajib, Lingga justru semakin emosi. "Kenapa Mama sama Papa malah lapor polisi?" tanya Lingga dengan mata yang memicing tajam.

"Papa nggak punya pilihan lain, Ngga-"

"Justru itu ngebuat keadaan semakin rumit, Pah!" gertak Lingga.

Ia benar-benar tidak mengerti mengapa orangtuanya justru membawa hal ini ke jalur hukum. Sedangkan di pihak lain dengan jelas mengatakan tak mau hal ini sampai diketahui orang lain, apalagi pihak berwajib.

Saat Mamanya ingin mengeluarkan suara, Lingga dengan cepat kembali berbicara. "Udahlah! Lingga mau cari dia dulu."

Namun baru saja ia akan melangkah, hapenya yang berada di saku celana jeansnya bergetar, menandakan ada pesan yang masuk.

From: 0812563xxxxx

Jangan cari dia atau dia nggak selamat!

Bahu Lingga melemas melihat rentetan kalimat itu. Si Pengirim Pesan seolah tahu bahwa ia akan dengan segera mencari dimana keberadaan dia.

Kilat amarah yang tadinya terpatri di wajahnya kini berubah melunak. Pandangannya sedikit mengabur karena air mata yang menggenang di pelupuk. Jaket yang berada pada genggamannya kini jatuh begitu saja ke lantai, membuat dua orang yang sejak tadi memerhatikan dirinya langsung panik.

"Kenapa, Ngga?" tanya Mamanya khawatir.

Lingga menggeleng lemah. "Nggak apa," jawab Lingga berbohong. Lalu ia melanjutkan, "Aku pergi dulu."

Semarah apapun Lingga pada orangtuanya karena sudah melaporkan hal ini ke pihak berwajib, ia tak akan mau orang yang paling ia sayangi terjerumus terlalu dalam. Setidaknya jika memang ia tak bisa mencegah kedua orang tuanya untuk melapor, ia bisa mencegah orang itu agar tidak mengetahui bahwa polisi sedang melacak keberadaannya.

Setidaknya, Lingga masih bisa mengawasi orang yang ia sayangi juga, meski dari kejauhan.

Tapi untuk saat ini, ia tidak akan mengambil langkah apapun. Ia hanya akan mengambil langkah jika orang itu bertindak di luar batas. Dan Lingga merasa saat ini bukanlah saat yang tepat untuk membongkar semuanya. Namun ia pastikan, suatu saat nanti ia akan mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.

Maka dari itu, Lingga berpikir akan menuju sebuah tempat yang sekiranya dapat menenangkan dirinya. Tempat yang sering ia kunjungi bersama orang tersayangnya. Tempat yang dapat melepas keluh-kesahnya. Tempat yang memberikannya ketenangan. Tempat yang selalu ia habiskan bersama orang tersayangnya, membunuh waktu dengan canda gurau. Berbagi cerita, serta pengalaman-pengalaman, yang bahkan pengalaman bersama orang itu pun tak dapat ia lupakan.

Lingga & Linka [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang