Lingga❌Linka 14

394 30 0
                                    

"LINKA?"

"LINGGA?"

Keduanya sama-sama terkejut melihat ada orang lain di tempat favorit mereka berdua. Karena mereka pikir, tempat ini hanya diketahui oleh mereka masing-masing beserta orang yang mereka sayangi. Nyatanya, ada orang lain yang tahu.

"Kok lo disini?" tanya Lingga setelah dapat memulihkan keterkejutannya.

Linka bergeming. Ia menatap Lingga heran.

Lingga yang melihat ekspresi cewek yang berada beberapa meter di depannya itu terkekeh pelan. "Biasa aja kali, Nka, liatnya. Lagian ini tempat umum, 'kan? Bukan bangunan hak milik?"

Iya juga yaa, batin Linka membenarkan ucapan Lingga.

"Lo sendiri ngapain?" Linka membuka suaranya.

"Sini, dong. Masa ngobrol jauh-jauhan gitu," kata Lingga.

Sesaat Linka menatap Lingga dengan tatapan curiga. Namun tak urung ia melangkahkan kakinya mendekat pada cowok itu.

Mereka lalu duduk hampir di ujung rooftop bangunan tua ini, sehingga keduanya dapat melihat jalanan di bawahnya. Angin yang masih sejuk dinikmati keduanya. Hingga tidak ada yang mengeluarkan suara. Mereka terlalu terbawa suasana. Menganggap bahwa mereka sedang bersama orang yang mereka sayangi. Padahal nyatanya tidak.

Mereka bersama orang yang baru mereka kenal. Tapi entah kenapa, keduanya justru merasakan ketenangan di tempat ini, seperti sedang bersama orang yang mereka sayang.

Keduanya sama-sama memejamkan mata. Memutar ulang memori masing-masing. Menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan, secara bersama.

"Gue nyaman." Lingga membuka pembicaraan.

"Hah?" tanya Linka heran karena Lingga tiba-tiba saja berbicara seperti itu.

Lingga yang mendengar suara Linka seperti itu tersenyum sambil menoleh ke samping kanannya, tepat dimana Linka duduk sambil menatapnya heran.

"Lucu banget sih loooo," kata Lingga sambil mencubit pelan pipi Linka.

Linka menepis kedua tangan Lingga yang seenak tangannya mencubit pipinya. "Ish! Sakit!" serunya sambil cemberut lalu mengusap-usapkan kedua pipinya.

"Gitu dong." Senyuman Lingga masih tak pudar dibibirnya.

"Gitu gimana?" tanya Linka heran.

"Ngomong, Inkaaa. Duh, gregetan dah gua," ucap Lingga dengan muka gregetannya.

"Jangan panggil gue Inka," gumam Linka pelan.

Lingga yang tidak begitu mendengar mengerutkan keningnya. "Hah? Apa, Nka?"

Linka menoleh ke arah Lingga dan menatapnya serius. "Jangan panggil gue Inka," tegasya.

Mendengar itu kening Lingga semakin mengerut. "Emang kenapa?"

Linka bergeming. Enggan menjawab pertanyaan Lingga yang sebenarnya sederhana, namun bermakna dalam baginya sendiri.

"Gue 'kan dipanggil Ingga kalo dirumah, nah lo gue panggil Inka. Biar cocok gitu." Wajah Lingga sumringah mengucapkan hal itu. "Tapi Lingga dan Linka juga cocok, sih," lanjutnya terkekeh.

"Pen beut," sahut Linka pelan seraya tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Woo pengen lah," jawab Lingga cepat.

Linka hanya tersenyum menanggapi jawaban Lingga. Ia melirik ke arah depan lagi, masih sambil tersenyum. Lingga yang melihat itu pun ikut tersenyum pula.

Lingga & Linka [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang