Lingga❌Linka 17

357 24 0
                                    

HARI ini hari Minggu. Hari d imana semua orang bisa bersantai-ria setelah menjalani aktivitas selama seminggu penuh.

Tak terkecuali bagi seorang gadis yang masih bergelut dengan guling dan selimutnya. Menutup wajahnya agar tidak terkena sinar matahari yang mencoba mengintip dari jendela.

Tuk... tuk... tuk....

Suara pintu kamarnya yang ditutup membuat Linka mengerang kesal. Ia tidak ingin diganggu hari ini. Ia ingin menghabiskan waktu dengan tidur. Tapi rencana itu hanya tinggal angan ketika pintu kamarnya mengeluarkan bunyi tiada henti, memaksa Linka untuk segera bangun.

"Apa!" bentak Linka ketika membuka pintu. Dilihatnya Bi Inah yang menunduk seraya menggenggam telepon rumah.

"Ini, ada telpon dari nyonya," ujar Bi Inah takut-takut sambil menyerahkan telepon rumah itu ke Linka.

Linka yang kesal tidak menampakkan muka bantal -ciri khas orang baru bangun tidur kebanyakan. Ia menautkan alisnya ketika mendengar mamanya menelepon lewat telepon rumah.

Bi Inah kembali menyodorkan benda itu ke Linka karena gadis itu tak kunjung menerima. "Ini, Non. Nyonya nungguin."

Dengan wajah kesal setengah mati, Linka mengambil -atau lebih tepatnya merebut- telepon itu. Kemudian ia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kencang, menimbulkan suara yang mengagetkan Bi Inah.

Linka melangkahkan kakinya ke kasur, kemudian memandangi telepon itu dengan wajah yang tidak bisa diartikan.

"Nka...." Suara Dini terdengar samar-samar.

Menghela napas, ia meletakkan telepon itu ke telinganya. Menunggu mamanya berbicara.

"Nka, Mama mau ngomong."

Ya udah, sih, ketus Linka dalam hati.

"Mama ikut Papa ke Kalimantan buat urusan bisnisnya. Maaf Mama nggak bilang dulu. Papa juga pulang baru ngasih tau Mama kalau jam 3 pagi penerbangannya. Mama mau pamit ke kamu tapi pintu kamar kamu dikunci," ucap Mamanya panjang lebar.

Sedangkan Linka yang mendengar itu hanya memutar bola matanya malas sambil mencibir dalam hati.

"Kamu baik-baik dirumah, ya," pesan Mamanya. "Jaga kesehatan kamu juga. Jangan lupa check up. Jangan sampe kambuh lagi kayak waktu Papa bilang. Gimanapun juga Papa itu-"

Tut.

Telepon terputus. Begitu saja.

Kemudian dilemparkannya telepon itu ke kasur.

Hari Minggunya menjadi kacau.

❌❌❌

Sebenarnya hari ini Lingga berniat untuk berkunjung ke rumah sakit, menemui -atau lebih tepatnya menjenguk- seseorang yang sangat ia rindukan. Tapi niatnya itu pupus begitu saja ketika Papanya meminta dirinya untuk tidak menemui orang itu sementara waktu.

"Kenapa, Pah?" tanya Lingga heran.

"Papa rasa kamu terlalu khawatir sama dia, sampe-sampe kamu lupa dengan diri kamu sendiri," tuturnya. "Papa cuma mau sementara waktu aja, nggak akan lama."

Lingga mengacak rambutnya frustasi. "Sementara waktunya itu kapan? Papa tau Lingga nggak bisa seminggu aja nggak ketemu sama dia."

"Papa tau. Tapi itu juga nggak akan baik untuk pengobatannya. Kapan dia akan pulih kalo kamu terus menjadi bayang-bayangnya yang hadir setiap minggu?"

Lingga & Linka [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang