Lingga❌Linka 11

378 29 0
                                    

"SUMPAH! Lo semua harus tau!" pekik Lingga begitu bertemu dengan Bimo dan Musa yang sedang asik di rooftop sekolah sambil menghisap rokoknya masing-masing.

"Apaan sih, Ngga?" tanya Musa sambil membuang puntung rokoknya, lalu menginjaknya.

"Tau lo, bikin gue kaget," tambah Bimo.

"Linka. Tadi. Ngomong. Ngomong, cuy. Mengeluarkan suara!" Lingga menekan setiap katanya agar kedua sahabatnya itu.

Bimo dan Musa melongo mendengar penuturan Lingga. Mereka seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya itu. Yang benar saja, cewek sedingin Linka bisa berbicara secepat itu dengan Lingga, cowok yang selama ini dijutekkin, pikir mereka.

Tadi saat bel istirahat berbunyi, keduanya memang langsung ngacir keluar. Melakukan kebiasaan lama yang perlahan mulai mereka tinggalkan karena salah satu dari mereka tidak ikut lagi dalam kebiasaan itu; merokok di rooftop sekolah. Sehingga mereka tidak mendengar percakapan yang terjadi antara Lingga dan Linka, meski hanya percakapan singkat.

"Serius?" Bimo yang pertama kali bisa menetralisir keterkejutannya itu membuka suara.

Lingga mengangguk semangat. "Iya! Bener! Sumpah! Suer!" kata Lingga meyakinkan.

"Gue nggak percaya sampe denger sendiri," tutur Musa, masih tidak percaya.

Lingga menghela napas lelah. "Gini deh, nanti gue ajak ngomong dia, trus kalian dengerin."

Keduanya mengangguk setuju. "Oke!"

❌❌❌

"Nanti kalo gue ngomong, lo siap-siap dengerin ya!" titah Lingga pada Bimo dan Musa saat keduanya sampai di ambang pintu kelas. Bel yang berdering memaksa mereka untuk segera turun. Tentu setelah Bimo dan Musa membeli permen dengan rasa mint untuk menghilangkan bau rokoknya.

Bimo dan Musa pun mengangguk mengerti. Kemudian ketiganya melangkah masuk ke dalam menuju tempat duduknya masing-masing.

Lingga yang melihat Linka ada pada tempat duduknya tersenyum senang. Ia mulai berpikir Bimo dan Musa akan lebih tercengang daripada dirinya tadi. Apalagi ini akan menjadi kali pertamanya bagi mereka mendengar suara lembut Linka.

"Hai, Nka," sapa Lingga saat dirinya duduk dibangkunya.

Bimo dan Musa memutar tubuhnya ke arah Lingga dan Linka. Mulai mendengarkan percakapan mereka.

Linka yang baru saja mendongak ingin melihat ke arah Lingga -sekadar tersenyum untuk membalas sapaannya- langsung mengerutkan dahinya ketika melihat dua sahabat Lingga menatap ke arah dengan raur wajah penasaran.

Namun memang dasar Bimo dan Musa yang terlalu fokus pada suara Linka, tidak menyadari jika cewek itu megerutkan dahinya. Walau hanya sekadar itu, tetap saja Linka menunjukkan ekspresinya. Selama ini 'kan Linka hanya memperlihatkan ekspresi datarnya. Bahkan hanya sekadar tersenyum tipis pun tidak.

Linka melanjutkan membaca novelnya yang sempat tertunda. Namun baru saja ia menundukkan kepalanya -karena novelnya ia taruh di pangkuan- Lingga menegurnya.

"Jangan nunduk terus, Nka."

Menghela napas, Linka lebih memilih untuk menyimpan novelnya di kolong meja dan mengeluarkan buku paket beserta buku tulis mata pelajaran sekarang; Matematika.

Lingga & Linka [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang