Lingga❌Linka 07

478 38 0
                                    

PAGI ini, seperti yang sering ia lakukan, Lingga tidak langsung masuk ke sekolah. Karena misinya lagi-lagi gagal karena Linka sakit, akhirnya ia memutuskan hal yang biasa ia lakukan. Berkeliling sekitar jalan dari rumahnya menuju sekolah, menenangkan pikiran sejenak.

Jika ditelisik lebih dalam, Lingga merupakan orang yang tertutup. Ia mampu menyembunyikan segala beban yang ada di pikirannya selama ini sendiri. Tidak ada satu orang pun yang mengetahui hal itu. Karena Lingga merasa dirinya akan sangat malu jika ada orang yang mengetahui hal ini. Meski pada nyatanya ada yang tahu, tapi mereka semua mengira jika Lingga susah melupakannya. Padahal pada kenyataannya, Lingga masih terjebak dalam pusaran masa lalunya.

Lingga menghela napasnya seraya menepikan motornya di pinggir jalan, tepat di sebuah taman yang tidak begitu jauh dari komplek perumahannya dan juga Linka. Matanya menatap sekeliling. Pikirannya mulai berkelana kemana-mana. Memorinya berputar pada masa-masa dimana ia merasa menjadi orang paling bahagia di dunia ini. Dikelilingi oleh orang-orang yang ia sayangi dan juga menyayanginya. Terutama bersama seseorang yang pernah mengisi hari-harinya. Tertawa bersama. Berbagi segalanya. Merasakan bahwa dunia ini hanya-

Ah, seharusnya ia tidak boleh memikirkan hal ini lagi. Buang jauh-jauh pikiran kelam masa lalumu itu, Lingga.

Maka dari itu, Lingga kembali menyalakan mesin motornya. Sebelum benar-benar meninggalkan taman itu, Lingga membuat janji pada dirinya sendiri, untuk tidak lagi berkunjung ke tempat ini, lalu melupakan segalanya. Karena ia akan memulai segalanya lagi pada hari ini, bersama seseorang yang baru saja hadir dalam hidupnya.

Linka Afhiya Geraldine.

❌❌❌

"Hachim!"

"Hachim!"

"Hachim!"

Tiga kali sudah Linka bersin, tiada hentinya. Tentu saja hal ini membuat dirinya sendiri kesal. Padahal dirinya sudah meminum obat pilek, namun pileknya tak kunjung reda.

Ia juga bosan. Tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa selain berbaring di kasur menatap langit-langit kamarnya yang berwarna pink pastel itu.

Tapi, pikirannya melayang kemana-mana. Entah itu kejadian dirinya yang bahagia sewaktu kecil, kejadian dirinya sewaktu masih memakai seragam putih-biru, kejadian saat dirinya bahagia karena berhasil mencapai nilai ujian nasional tertinggi, sampai pada kejadian setelah itu yang membuat dunianya runtuh dalam sekejap.

Ia tidak pernah menyangka bahwa waktu berlalu dengan begitu cepat. Meninggalkan jejak-jejak kenangan yang hanya bisa ia putar dalam memori, berangan-angan mengubah kejadian masa lampau agar dapat menjadi lebih indah dalam imajinasi.

Semua tidak sesuai perkiraannya.

Tidak sesuai bayangannya.

Tidak seperti yang ia harapkan.

Dan itu membuat dirinya menjadi pusing dan merasakan sesak yang berkelanjutan. Membuat air matanya tanpa disadari jatuh dari sumbernya.

Kenyataan pada masa ini belum bisa ia terima. Ia masih terlalu terkejut atas semua kejadian yang berlalu begitu sangat cepat. Merenggut kebahagiaannya. Mencapai titik kesedihannya. Membuat dirinya seperti orang yang tidak berdaya.

Lamunan itu terbuyarkan saat nada dering free call pada aplikasi LINE-nya berbunyi. Dengan malas ia mengambil hapenya yang berada di atas nakas sebelah kanan tempat tidurnya.

Lingga & Linka [STOPPED PERMANENTLY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang