Bagian_8

18.7K 1K 12
                                    

_Hari-hariku lebih berwarna kini. Semua itu karena kehadiranmu. Jadilah selalu penopang didalam hidupku, temani aku melewati hari. Bersamamu aku percaya, bahwa masih ada hari esok yang lebih baik untukku_

***********************************

                                                         

"Tumben kau bisa diajak keluar rumah, Nar? Biasanya, setiap diajak ketemuan diluar pasti selalu saja ada alasanmu untuk menolak."

Nara hanya tersenyum menanggapi ucapan salah satu sahabat yang tidak pernah meninggalkannya itu.

"Ada angin apa kau mengajak bertemu disini?"

Bukannya menjawab, Nara malah memperhatikan sosok didepannya. Rasa-rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu sahabatnya ini. Sahabat yang akhir-akhir ini Nara tunjuk sebagai orang yang membantu mengamankan aset pribadi serta kekayaannya. Ardhanu Ramadhan, salah satu pengacara yang tidak boleh dipandang sebelah mata.

"Ditanya malah melamun. Jangan melihat aku kayak gitu, Nar! Entar kau malah naksir sama aku. Aku kan jadi takut kalau kau beneran berubah haluan."

Nara terkekeh. Merasa geli mendengar ucapan Danu yang melantur.
"Jangan ngomong sembarangan, Dan. Aku masih normal, sangat normal." Nara berkata tegas dikata terakhirnya.

"Ya, siapa yang tau kan?! Laki-laki kesepian, sudah lama tidak mendapatkan sentuhan seorang wanita, bisa saja langsung merubah orientasi seksualnya." Danu mengangkat bahu acuh, padahal ia hanya bercanda.

"Tidak mungkin lah, Dan. Masa dirumah ada seorang gadis cantik yang menunggu malah aku sia-siakan. Mubazir tau nolak rejeki Tuhan."

"Alasan. Kau itu paling pintar mencari alasan ...," Danu mencibir kearah Nara, kemudian kembali berkata. "Ngomong-ngomong, kemana saja kau selama ini? Aku hanya bertemu pak Maman sebagai wakilmu."

"Tidak kemana-mana, dirumah saja. Kau tau lah, dengan keadaan aku yang begini ...," Nara menunjuk kakinya menggunakan dagu. "Aku jadi malas mau keluar rumah. Mental aku belum sekeras baja untuk menerima tatapan penuh hinaan juga kasihan dari orang banyak."

Danu berdecih. Tidak setuju dengan pemikiran Nara yang dangkal.
"Omongan orang itu jangan kau masukkan dalam hati. Yang tau dirimu yang kau sendiri. Mereka-mereka itu enggak tau apa-apa tentang dirimu, apa saja yang kau alami, juga kesulitan yang sedang kau jalani. Aku memang bukan motivator yang bisa membangkitkan semangat orang lain. Tapi percaya lah, sebagai sahabat aku pasti selalu berdiri disampingmu."

Tatapan Nara menjadi sendu, sedih ternyata selama ini ia terlalu dikukung oleh rasa tidak percaya diri. Membuat ia mengurung diri, menjauhi para sahabatnya juga menjadi anti sosial.

"Sudah. Jangan sedih-sedih lagi. Sebaiknya kau bilang saja, apa tujuanmu mengajak aku bertemu dikafe malam ini?" Danu mengalihkan pembicaraan ketika melihat perubahan diwajah Nara.

Nara menarik napas, kemudian menjawab didetik berikutnya.
"Aku mau minta bantuanmu sekali lagi."

"Apa? ... "

Nara terdiam, keningnya berkerut seolah-olah sedang menimbang sesuatu yang akan ia ucapkan.

"Bilang saja. Jangan sungkan sama teman sendiri ini. Kita bersahabat sudah cukup lama, bahkan aku sudah mengenal kau semasa masih berada dikehidupan yang kelam dulu. Jadi Nara, ungkapkan saja apa yang mengganjal dihatimu."

Nara mengangguk. Merasa lega setelah mendengar perkataan Danu yang biar pun sedikit tetap saja bisa membantu mengurangi keresahan yang ia alami.
"Aku ingin bercerai, jadi aku minta tolong supaya kau yang mengurusnya."

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang