Bagian_18

16.7K 1K 17
                                    

_Mari kita mulai merajut kasih yang benangnya telah terbentang sangat panjang di depan kita. Jadi kan rajutan itu yang bukan hanya bermanfaat untukku tapi juga untukmu. Bersama kita melangkah, bergandengan terus maju ke depan, menyongsong masa depan yang telah menanti_

************************************

                                                         
Masih fresh, belum diedit ataupun lain sebagainya. Jadi tolong di maafkan kalau ada kesalahan kata. Selamat membaca dan semoga bisa menemani waktu bersantai kalian.

                                                         
Pagi itu, Danu telah duduk dengan sangat tenangnya di dalam ruang tamu rumah mewah yang dulunya menjadi tempat tinggal terindah bagi Nara, semasa temannya itu masih terikat tali pernikahan bersama seorang wanita bernama Eleora Prameswari.

Sesuai amanat dan kepercayaan yang diberikan padanya, hari ini Danu duduk menghadap langsung pada seraut wajah, yang harus Danu akui masih terlihat sangat cantik, meskipun semua itu bukan lagi murni pemberian Tuhan. Jangan tanyakan dari mana Danu mengetahuinya, anggap saja jika semua itu dikarenakan beberapa orang yang Danu kenal pernah membicarakan hal itu padanya.

"Ada apa, Dan? Tumben pagi-pagi sekali kau sudah bertamu?"

Demi mempersingkat waktu, Danu mengangsurkan sebuah amplop berwarna cokelat. Yang bagi orang awam seperti dirinya tentu saja bisa mengetahui apa isi dari amplop tersebut. Tapi tentu saja keadaannya tidak sama tidak berlaku bagi Eleora. Wanita itu memandangnya penuh tanya dengan kernyitan dalam di dahinya.

"Buka dan bacalah. Sesudah itu kau pasti tau apa yang menjadi tujuanku datang ke rumahmu sepagi ini." ucap Danu tenang.

Meskipun dilanda kebingungan, tangan Eleora meraih amplop tersebut kemudian membukanya. Dengan sangat perlahan, mata Eleora membaca setiap kata yang tertera. Seiring banyaknya kata yang ia baca, ekpresi wajah Eleora semakin terlihat gelap, kemarahan semakin menguar dari dalam tubuhnya. Begitu selesai membaca, pada detik kedua, Eleora menghempaskan kertas tersebut ke atas meja lengkap dengan gebrakkan tangannya yang mengenai meja kaca.
"Apa-apaan ini?" raung Eleora.

"Sesuai apa yang tertulis di atas kertas itu, kau bisa mengetahui bahwa itu adalah surat gugatan cerai yang Nara layangkan untukmu."

Dengusan kasar Eleora dibalas Danu dengan ekspresinya yang tenang, lempeng tanpa beban. Seolah-olah amarah Eleora merupakan hal kecil untuknya. Efek sudah terbiasa menjumpai klien yang setipe dengan Eleora ini.

"Aku menolak untuk menandatanganinya!" tutur Eleora mantap.

"Kau yakin dengan keputusanmu itu? Sebaiknya kau pikirkan lagi semuanya sebelum kau melontarkan kata penolakkan? Aku sarankan sebaiknya kita selesaikan semua ini secara kekeluargaan saja, tidak baik akhirnya jika kau masih berkeras hati."

Eleora merampas kertas yang terletak di atas meja, memberikan tantangan kepada Danu melalui sorot matanya yang memerah karena marah, lalu merobek kertas yang tak bersalah itu hingga menjadi potongan kecil-kecil dan menghamburkannya begitu saja.
"Tidak akan ada perceraian diantara kami! Aku tidak akan pernah melepaskannya sampai kapan pun! Jangan harap aku akan membiarkan Nara melenggang pergi kepelukkan perempuan lain."

Jika ada riak di wajah Danu yang terlihat sangat tenang, maka itu hanya berlangsung satu detik saja karena hanya dalam sekejap mata Eleora seakan bermimpi jika berpikiran pernah melihat riak tersebut.
"Katakan itu padanya!" tegas Eleora.

"Kalau begitu lihatlah ini terlebih dulu...," Danu mengangsurkan sebuah amplop berwarna putih. "Kita lihat bagaimana reaksimu setelah melihatnya. Apakah kau masih ingin tetap pada keputusanmu? Atau dengan suka rela melepaskan Nara tanpa adanya keributan?"

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang