Bagian_13

19.6K 1K 9
                                    

_Pagi indah kulewati dengan merengkuh tubuhmu di dalam pelukkan eratku. Inginku seperti ini selamanya, memandangmu dikala menjelang tidur atau pun terbangun. Itulah yang akan menjadi doaku selanjutnya, bukan hanya untukku tapi untuk kita berdua_

************************************


Nara terbangun dengan perasaan senang juga ringan pagi ini. Sedari matahari belum muncul dan menampakkan sinarnya, Nara sudah terbangun sembari mempererat pelukkannya di tubuh mungil Ira yang tertidur dalam posisi membelakanginya.

Senyum itu semakin merekah penuh kebanggaan saat Nara bisa merasakan dengan sangat bagaimana kejantanannya masih menggeliat bangun menekan bokong Ira yang bulat, sisa percintaan mereka subuh tadi dan bukti kelelakiannya itu masih belum tertidur juga. Ira yang kelelahan tidak lagi sanggup hanya sekedar untuk membuka mata, sehingga tidak menyadari jika Nara masih dalam keadaan siaga satu, alias siap bertempur kembali.

Sungguh, jika bisa Nara ingin selamanya berada di posisi seperti sekarang ini. Menempel dan merekat erat dengan belahan jiwanya. Layaknya laki-laki yang baru pertama kali merasakan nikmatnya bercinta. Enggan berpisah, ingin terus mengulanginya lagi dan lagi.

Melihat Ira yang belum juga berniat untuk bangun dari tidurnya, Nara mencium pundak mulus Ira yang tersaji indah di depan mata Nara seraya meremas kedua payudara wanita~nya secara bergantian untuk mengusik wanita~nya itu dari alam mimpi.

Memang berhasil, terbukti Ira yang mulai menggeliat resah namun tidak bisa menjauh di karenakan tubuhnya berada dalam dekapan erat Nara.

"Bangun, sayang! Mataharinya sudah naik ke atas kepala." bujuk Nara sementara tangannya masih meremas buah yang akan menjadi favoritnya mulai dari pertama kali Nara mencicipinya.

"Engg...," gumam Ira pelan.

Perlahan mata Ira terbuka, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Gadis yang telah berubah status menjadi wanita dalam semalam itu memandang bingung ruangan yang ia tempati kini. Ruangan yang berbeda dari yang ia tempati selama beberapa waktu terakhir.
"Ini di mana, om?" tanyanya dengan suara serak menandakan bahwa Ira baru saja bangun dari tidur.

"Kamu lupa kejadian semalam ya, Ra?" goda Nara sembari masih meremas kedua payudara Ira yang langsung membuat kepala Ira menunduk ke arah dadanya.

Sontak saja pipi wanita itu bersemu, merah merona terbayang apa yang telah mereka lakukan kemarin malam, ditambah lagi Ira melihat kedua tangan kokoh Nara meremas payudaranya. Apa lagi ia merasakan ada yang menggeliat bangun menekan-nekan tubuh bagian belakangnya, tanpa harus melihat, Ira tau apa itu. Maka refleks Ira menoleh ke belakang, menatap horor tepat ke mata Nara yang telah tertutup kabut gairah.
"Om...," cicitnya pelan masih bercampur tidak percaya.

Nara meringis merasa nyeri sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan yang ia lihat jelas dari sorot mata Ira.
"Maaf! Om masih nggak tau kenapa dia belum mau tidur juga. Padahal kan kita udah melakukannya beberapa kali, seakan-akan dia memiliki tenaga lebih, dan belum puas merasakan dirimu."

Ira menghela napas. Bingung ingin memberikan tanggapan yang seperti apa. Jujur saja Ira merasa capek, pegal di sekujur tubuh juga nyeri di area pribadinya. Namun dari pada semua rasa itu, Ira sangat memaklumi keadaan Nara yang seakan baru saja terlepas dari kurungan penjara, terpenjara dalam ruang gelap selama bertahun-tahun. Dan setelah sekian lama, kini pria itu merasa lepas, bebas melakukan apa saja yang pria itu inginkan.

Ira meletakkan satu tangannya di atas tangan kokoh Nara yang melingkupi payudaranya seraya meremas pelan jemari tangan pria itu, Ira kembali bersuara.
"Om Nara nggak capek emangnya? Masih punya tenaga buat ngelakuin 'itu' lagi? Nggak takut kalau om terlalu banyak nguras tenaga malah berdampak buat kesehatannya om?"

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang