_Satu kehidupan yang ada di dalam dirimu akan menjadi tanggung jawab besar bagi diriku. Mulai detik dia hadir di dalam rahimmu, maka detik itu juga aku menasbihkan diriku untuk mengabdi padamu, wahai engkau calon ibu dari anak-anakku._
*******
Kevan masih di sana, menunggu dalam mobil dengan kesabaran yang sudah menipis dan terancam habis jika orang ditunggu tak juga muncul. Sudah dua hari belakangan Kevan melakukan kegiatan yang sama, menunggu seseorang yang sudah membuat jiwa petualangnya terpanggil. Jika saja Alva tidak memberikan larangan yang sangat keras padanya untuk mendekati gadis muda tersebut, sudah barang tentu ia tidak akan merasa tertantang.Bagi prinsip Kevan, laki-laki adalah pemburu, bukan sebaliknya. Maka dari itu ia memutuskan untuk terus mengintai buruannya sampai mendapatkan apa yang ia mau. Entah mengapa, walau pun hanya melihat sekilas, Kevan seakan merasa ada kekuatan tak kasat mata yang menarik seluruh perhatiannya ke arah gadis misterius tersebut.
Bukan hatinya yang merasakan gejolak cinta melainkan ada sekelumit rasa yang Kevan sendiri terlalu sulit untuk menjabarkannya. Karena untuk masalah hati, Kevan sudah menguncinya untuk seseorang yang tidak ia ketahui keberadaannya.
Dan pucuk dicinta ulam pun tiba. Rupanya dewi keberuntungan sedang menaungi dirinya karena gadis misterius yang selalu berkeliaran di pikirannya baru saja ia lihat keluar dari tempat yang ketahui sebagai tempat kursus menjahit. Bergegas keluar dari mobilnya, Kevan berjalan dengan langkah lebar menghampiri sang gadis misterius yang kini sedang duduk di kursi yang tersedia di beranda tempat kursus tersebut.
"Sendirian aja?" tegur Kevan, memancing perhatian gadis yang sedang tertunduk itu.
Ira yang merasa jika dirinya yang disapa karena tidak ada orang lain selain dirinya seketika mendongakkan kepala untuk melihat orang yang menyapanya tadi. "Ya." sahutnya ramah.
Kevan bersumpah serapah di dalam hati begitu melihat seraut wajah cantik gadis misterius yang selalu menghantuinya. Alis tebal yang menaungi kelopak mata bulat besar gadis itu benar-benar membuat Kevan terpikat. Apa lagi suara merdu yang berasal dari bibir tipisnya, Kevan harus membentengi diri sendiri kalau tidak ingin menyerang gadis itu di depan umum."Maaf," tegur Ira untuk mengembalikan fokus pria di depannya.
"Eh, iya. Boleh aku duduk di situ?" Kevan menunjuk kursi di samping Ira yang masih kosong.
"Oh, silahkan."
Kevan langsung mendudukkan dirinya seraya terus memperhatikan si gadis misterius yang kembali tertunduk. Entah apa yang sedang dilakukannya, mungkin saja sedang membalas pesan karena Kevan melihat jemari mungil gadis itu menari-nari di atas layar ponsel pintarnya.
"Lagi nungguin jemputan ya?" Kevan memulai pembicaraan.
"Iya."
Singkat amat jawabannya. Kevan membatin kesal karena respon gadis itu seakan tidak terusik dengan ketampanan wajahnya yang memang sudah diakui banyak wanita.
"Sepupunya Alva?"
Ira mendongak setelah mengirim pesan untuk orang yang sedang ia tunggu. Tidak sopan rasanya jika Ira tidak menjawab pertanyaan yang sudah diajukan dengan sangat ramah tersebut. Dengan pandangan tidak mengerti Ira menatap pria disampingnya.
"Alvaro Aaraju."
"Oh iya saya kenal sama orang yang anda maksud." sahut Ira ramah.
"Kalau gitu, kamu itu sepupunya ya? Soalnya aku pernah liat kamu sama Alva, trus nanya sama dia. Cuma dia-nya nggak kasik jawaban yang jelas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]
RomanceTakluk's The Series #1 [#wattys2018 longlist] - Dihapus sebagian - Sudah tersedia di google play dalam bentuk e-book. Binara Aaraju, pria berusia 37 tahun. Tampan, mapan, dan memiliki usaha perkebunan karet dan kelapa sawit di beberapa kota. Semua k...