_Kesepianku sirna karena kehadiranmu. Kemudaanmu menambah gairah hidupku. Didekatmu, aku tidak menyadari rentang usia yang ada. Jadilah wanitaku, berada selalu disisi dan menemaniku_
***********************************
"Eh... tante Ora sudah pulang." Ira terkaget begitu membuka pintu sudah ada tantenya yang berdiri dibalik pintu itu.
Dengan keangkuhan yang telah mendarah daging, Eleora nyelonong masuk tanpa berbicara sepatah katapun. Begitu masuk kedalam ruang tamu yang luas, Eleora mendudukkan dirinya disofa sembari memijit betisnya yang terasa sedikit sedikit kram.
"Kenapa rumah sepi?" tanya Eleora tiba-tiba.
Ira yang ditanya langsung tergagap. Pasalnya, Ira tidak menyangka melihat tantenya itu pulang setelah sekian lama menghilang tanpa kabar. Diperhatikannya sosok wanita dewasa yang berstatus tantenya itu. Cantik, sudah tentu pantas disematkan pada sosok itu. Tapi, sepertinya sang tante kelihatan lesu dan tidak bersemangat.
"Ira!" nada suara Eleora mulai tidak sabaran.
"Inikan sudah jam 6 tante. Bik Atun sama pak Maman baru saja pulang." jawab Ira akhirnya.
Eleora mengangguk seraya menyandarkan kepalanya disandaran sofa.
"Kalau Nara?""Om Nara ada dikamarnya, lagi baca buku keliatannya." ucap Ira.
Eleora mengangguk-angguk lagi. Wanita berpakaian terusan selutut berwarna hitam yang melekat dibadan itu kemudian berdiri. Ada sedikit urusan yang harus segera ia selesaikan sama suaminya itu, tidak bisa ditunda sedetikpun.
"Kalau gitu, siapkan aku makan malam. Setengah jam lagi aku keruang makan setelah berbicara dengan Nara.""Iya tante." Ira mengangguk patuh dan membiarkan tantenya berlenggang pergi. Sementara Ira sendiri melangkah kearah dapur.
Eleora dengan penuh percaya diri masuk kekamar Nara tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dilihatnya laki-laki yang masih berstatus suaminya itu memang sedang membaca sebuah buku diatas tempat tidur, lengkap dengan kaca mata baca yang bertengger dihidungnya yang mancung.Sungguh, dan harus Eleora akui. Sisa-sisa ketampanan masih melekat diwajah Nara, tubuhnya masih tegap meskipun sedang duduk diatas tempat tidur. Entah perutnya yang kotak-kotak itu masih ada atau sudah hilang? Eleora tidak pernah lagi mengeceknya.
"Kenapa lama, Ra? Buruan, pijit kaki saya." tiba-tiba Nara bersuara.
Merasa suasana yang sangat sepi, tidak ada jawaban dari orang yang ditanya, Nara mengangkat kepala. Andai Nara bukan orang yang pintar mengatur emosi dan raut wajahnya, bisa Nara pastikan mulutnya pasti akan membuka layaknya orang bodoh. Bagaimana tidak? Eleora yang tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki kedalam kamarnya, malam ini entah ada angin apa hingga perempuan itu menyempatkan diri untuk bertandang kedalam kamar laki-laki tidak berguna seperti dirinya.
Dengan ketenangan yang sudah bertahun-tahun ia latih, Nara menatap Eleora.
"Ada apa Ele? Uangmu habis lagi?""Aku mau tanya sama kamu." ucap Eleora langsung.
"Tanya apa?"
"Kamu memberikan rumah peristirahatan kita kepada siapa? Jahat kamu mas, enggak ngomong dulu sama aku. Emangnya kamu sudah enggak anggap aku istri kamu lagi?" mata Eleora berkaca-kaca.
Nara memdengus. Akting apa lagi yang Eleora mainkan? Kalau diibaratkan makanan, akting Eleora itu sama saja dengan nasi yang sudah basi. Tidak layak dimakan. Begitu juga dengan air mata yang menggenang dipelupuk mata Eleora, tidak layak mendapatkan rasa iba dan kasihan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]
RomanceTakluk's The Series #1 [#wattys2018 longlist] - Dihapus sebagian - Sudah tersedia di google play dalam bentuk e-book. Binara Aaraju, pria berusia 37 tahun. Tampan, mapan, dan memiliki usaha perkebunan karet dan kelapa sawit di beberapa kota. Semua k...