Bagian_9

20.1K 1.1K 9
                                    

_Aku ingin sesegera mungkin membawamu terbang keangkasa. Terbang melayang, mengarungi langit yang terbentang luas. Terus lah berpegang erat dilenganku, jangan kau lepas karena aku tidak akan pernah melepasmu_

***********************************

                                                         
"Pagi, pak Maman."

Pak Maman yang sedang mengelap mobil langsung mendongakkan kepala, melihat kearah datangnya suara. Senyum tipis tercetak dibibir pak Maman begitu mengenali si pemilik suara.

"Lagi sibuk nih, pak?"

"Biasa lah den, rutinitas setiap pagi." jawab pak Maman. Lalu, pria paruh baya itu melirik kebalik bahu sosok yang ada didepannya. "Den Alva kesini naik apa? Kok bapak enggak dengar suara mesin mobilnya."

Alva terkekeh. Pria paruh baya didepannya ini tidak berubah sedikit pun, persis seperti terakhir kali bertemu. Tetap ramah dan murah senyum. Walau insiden terakhir ia ditarik keluar, pak Maman kembali bersikap ramah setelah berada diteras rumah
"Naik mobil, pak. Tapi mobilnya saya parkir didepan gerbang. Saya enggak lama disini. Jadi enggak perlu repot-repot mutar balik mobilnya."

"Oh ... " pak Maman mengangguk-angguk mengerti.

"Mas Nara sudah bangun atau belum, pak? Soalnya saya ada perlu sedikit sama dia."

"Belum, den. Pintu kamarnya masih ditutup, saya enggak berani masuk sebelum jam setengah delapan, takut ganggu."
Pak Maman memang telah mengubah kebiasaannya masuk kekamar sang majikan. Biasanya jam tujuh ia sudah membantu sang majikan berbenah, kini kebiasaan itu harus ia ubah, mengingat ada sesosok gadis belia yang juga menghuni kamar majikannya itu.

"Oh ... kalau gitu biarkan saja mas Nara tidur. Pak Maman, kalau boleh saya pinjam toilet dibelakang, lagi kebelet soalnya." Alva meringis merasakan air seninya sudah hampir keluar.

"Silahkan den, silahkan." sahut pak Maman cepat.

Alva yang telah mendapat ijin langsung berlari kecil masuk kedalam rumah. Mengabaikan suara yang sempat tertangkap indra pendengarannya, Alva lebih memilih menuntaskan niat awalnya tadi.

"Leganya ... " desah Alva sedetik setelah keluar dari toilet.

Baru beberapa langkah berjalan, Alva kembali mendengar suara-suara aneh yang tadi sempat diabaikannya. Awalnya tidak ingin perduli, malah semakin tertarik keasal suara yang rupanya berasal dari balik pintu yang jaraknya sangat dekat dari tempat ia berdiri. Karena penasaran, Alva melangkah mendekat, hingga hampir merapat kepintu. Alva mendekatkan telinganya, memasang pendengaran dengan seksama.

Beberapa saat kemudian Alva paham suara apa yang ia dengar tadi. Ternyata suara itu adalah suara desahan tertahan seorang perempuan. Alva bukan laki-laki kemarin sore yang tidak bisa membedakan mana suara asli atau pun yang dibuat-buat. Yang didengarnya ini sudah jelas sangat asli, Alva berani menjamin untuk itu.

Semula hanya terdengar satu suara, lama-lama Alva kembali mendengar satu suara lagi. Suara laki-laki dan Alva hapal betul siapa pemilik suara serak alami ini. Suara sepupunya, Binara Aaraju.

"Apa yang mas Nara lakukan didalam sana?" tanya Alva pada dirinya sendiri.

Alva kembali terdiam, kembali mendengarkan. Bukannya Alva ikut terangsang, hanya saja rasa penasarannya jauh lebih besar ketimbang rasa yang lainnya. Jarang-jarang kan ia bisa mendengar suara sepepunya itu yang kemungkinan sedang keenakan sekarang.

Karena itu lah, dengan modal nekat, Alva mencoba membuka pintu itu, berharap pintunya tidak terkunci dan ia bisa melihat apa yang sedang terjadi didalam. Harapan Alva terkabul. Pintu itu memang tidak terkunci, sehingga sepelan mungkin Alva membukanya.

Kumbang Dan Bunga [TTS #1 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang