Puluhan mungkin bahkan ratusan pedagang ada di pasar ini, menjual kan apapun yang manusia butuhkan. Mulai dari sayur, buah sampai jajanan pasar yang terkesan kaki lima.
Sudah berpuluh - Puluh toko bahan pangan aku datangi hanya untuk mencari bahan makanan yang kosong di Kos Ku. Namun, bukan itu saja yang menjadikan aku mau kesini, ada hal lain. Hal yang amat penting bagiku.
Ini menyangkut hari ulang tahun nya si Ardi. Sahabat baik ku, walau terkadang aku merasa ia brengsek. Aku mengundangnya untuk makan di Kos, karena pacarnya tidak bisa merayakan ulang tahunnya.
Kemarin malam ia terus terusan merengek ingin di rayakan bersama, aku sendiri tak habis pikir olehnya. Umurnya sudah menginjak kepala dua, tapi kelakuannya berbanding terbalik. Siapa yang tak habis fikir coba. Dia merengek seperti ingin dibelikan mainan remote control. Siapa yang tidak akan menyangka.
"Wah, bang jangan gitu dong mahal banget, lagian kan saya yang duluan! Kok malah yang lain dulu dilayani." Protesku saat melihat pembeli lain lebih didahulukan. Siapa yang tidak gondok coba. Bayangkan saja aku duluan datang dan memilih milih malah ternyata orang lain duluan. Bukan kah itu menyebalkan.
"Bang, dia duluan bukan saya." Suara itu mengejutkanku.
Suara yang tidak asing bagiku. Suara gadis bercadar impian ku.
Aku langsung menoleh dan melihat ia tengah menatapku. Ouh tuhan, rasanya jantungku tidak bisa diajak diam."Eum, kalau kamu butuhin itu ambil aja, zi." Balasku pelan.
Dia menggeleng pelan, lalu menyodorkan barang yang ku pilih tadi.Ku lirik si Abang sebentar, ternyata ia mulai kebingungan melihat kami berdua yang saling beradu argument.
"Gue yang jadi beli, bang. Bungkus 2 yang ini. Satu buat gue satu buat temen gue."
Tiba tiba ziya langsung menolak mentah mentah. "Nggak perlu, Ren. aku bisa cari yang lain kok."
"Nggak jadi bang gue aja yang beli."
***"Setelah ini kamu mau kemana, Zi?" Tanya Ku saat beberapa kali ia melirik beberapa toko yang menjual beberapa perlengkapan ulang tahun. Ternyata abah nya pun ulang tahun di tanggal yang sama dengan Ardi, sahabatku.
"Nggak tau, Ren"
"Laper nggak? Makan dulu yuk, biar aku traktir kamu. Capek lho jalan terus tapi nggak makan makan." Ajakku. Ia terlihat serius memandangku. Seperti sedang menimbang ingin apa tidak untuk ajakanku. Aku malah berharap ia mau.
"Asal nggak bikin repot kamu, Ren." Jawabnya pelan. Ia lalu mendekat ke arahku. Lebih dekat, entah ingin apa. Lalu ia meraba sekitar bawah mataku. Tuhan, aku merasa jantungku ingin keluar dengan sendirinya.
Hembusan nafasnya terasa syahdu.. dan aku sudah tidak sanggup bertahan untuk detik berikutnya.
"Ada bulu mata yang jatuh,"
Dan untuk kesekian kalinya jiwaku kembali dalam kesadaran 1000%
YOU ARE READING
Ijinkan Aku Melafadz Allah (GXG)
RomanceDengan segenap jiwa dan keberanian aku mencinta Dan aku juga tau kesalahan terbesarku adalah mencintaimu, sejenisku. Sejak awal aku tau kita berbeda Aku ini bagaikan beruang madu, dan kamu beruang kutub Kamu putih aku coklat Itulah perumpaan kita. R...