Aku menatapi beberapa pasang mata pengunjung taman kota, beberapa pasang muda-mudi itu terlihat sangat antusias terhadap penampilan aku, Ardi, dan juga Ari. Sungguh saat gugup, karena baru pertama kali ini aku dilihat banyak orang. Mungkin bagi mereka berdua itu adalah hal yang sudah lumrah, namun bagiku ini sesuatu yang berbeda.
Aku tidak berharap banyak sebenarnya, mungkin hanyalah Ardi yang menaruh harapan yang banyak untuk hal ini. Apalagi jika ingat dia suka anak kecil.
Aku membuang nafas perlahan, sembari melihat sekelilingku. Gitar yang sudah ada dipangkuan ku sudah siap untuk di petik, namun aku tidak bisa mengkondisikan kegugupanku.
Rasanya tubuhku dingin, karena menggigil. Peluhku bercucuran hebat. Rasanya aku terkena sindrom panggung. Walau ini bukanlah panggung.
Ari terlihat melirik ku sebentar, mencoba memastikan apakah aku siap atau belum. Aku mengangguk sebentar, kurasa tidak ada gunanya aku gugup terus menerus, setidaknya aku tidak ingin membuat sahabat terbaikku kecewa. Bukankah sangat sulit untuk mengajak seorang Ari?
Oke, hari ini kita semua bakalan ngelakuin penggalangan dana buat anak-anak yang kurang mampu. So, buat kalian yang berjiwa muda dan punya hati nurani kita harap kalian bisa menyumbangkan nya barang sedikit. Dan yang paling penting keikhlasannya. Ucap Ari sebagai awalan, lalu ia tersenyum manis dan tulus kearah para penonton yang menatapnya kagum.
Yok, Ren, Di, kita mulai semuanya.
Aku dan Ardi menganggukkan kepala tanda setuju.
Seperti yang sudah kita rencanakan, Ari akan membawakan lagu dari band Indonesia
Cinta tak bersyarat – Element
Tak ada sedikitpun sesalku
Tlah bertahan dengan setiaku
Walau diakhir jalan ku harus melepaskan dirimu
Ternyata tak mampu kau melepas bayangan cintamu yang hitam
Hingga ada alasan bagimu tuk tinggalkan setiamu
Demi nama cinta telah ku persembahkan hatiku hanya untukmu
Tlah ku jaga kejujuran dalam setiap nafasku
Karna demi cinta tlah ku relakan kecewa ku atas ingkarmu
Sebab ku mengerti cinta itu tak mesti memiliki
Dan demi tuhan aku merasa bahwa lagu ini begitu membuatku terenyuh begitu dalam, seketika aku merasa bahwa aku ingin menangis, meskipun gengsi yang aku punya lebih besar. Aku menahan rasa tangis ku di hadapan semua orang. Orang lain tak perlu tau tentang hal sepele bagi mereka.
Terlihat bahwa Ari tersenyum ramah di hadapan semua orang yang sedang menepuk tangani nya. Mungkin ia bangga atas penampilannya saat ini.
Ku tatapi wajah Ardi yang sama bahagia nya. Ku rasa ia pun bangga atas semua ini, bukankah yang paling terpenting itu bisa membuat orang lain tersenyum?
Dan aku merasa bahwa Ardi dan Ari telah melakukan nya, tanpa berharap mendapatkan uang yang ia targetkan, bukankah kita masih memiliki hari lainnya?
Mohon ya pak, mbak, kakak dan semua orang yang ada disini untuk bisa mendonasikan seribu atau dua ribu nya, ini bukan untuk kepentingan kami kok. Ini untuk anak – anak kurang mampu yang ada disekitar kita. Semua ini murni untuk mereka, kita bertiga nggak berhak dan nggak berniat mengambilnya.
Ucap Ari dengan nada tegas namun tetap berwibawa, membuat satu atau dua gadis di depannya tersenyum dengan sangat manis, nampaknya mereka terpesona akan karisma Ari yang tenang dan kalem.
Kak, boleh nggak kita bagi nomer Hp nya? Tanya salah satu gadis yang tersenyum ke arah Ari tadi. Ari tersenyum canggung dan sedikit menggaruk belakang lehernya dengan sangat kikuk.
Wah itu kayaknya lain kali aja, ya? Jawab Ari dengan canggung nya. Aku paham jika ia merasa tidak kerasan, bukan kah ini di depan banyak orang?
Dua gadis itu Nampak lesu saat mendengar jawaban Ari, aku tau mereka kecewa. Siapa pula yang tidak menyukai pesona nya? Mungkin kecuali aku. Ya, hanya aku yang tidak tertarik padanya. Meskipun saat pertemuan pertama. Bukan kah aku sudah mengatakan bahwa aku begitu menaruh rasa pada gadis bercadar itu?
Waktu berlalu dengan cepat, tidak terasa sudah menunjukkan pukul 2 siang, waktunya kami bertiga menyambangi taman kota lain. Dan aku melihat sedikit ukiran senyum tulus dan bahagia di wajah sahabat terbaikku. Yaitu, Ardi.
Ku rasa perjuangan kami tidak sia sia.
***
YOU ARE READING
Ijinkan Aku Melafadz Allah (GXG)
Roman d'amourDengan segenap jiwa dan keberanian aku mencinta Dan aku juga tau kesalahan terbesarku adalah mencintaimu, sejenisku. Sejak awal aku tau kita berbeda Aku ini bagaikan beruang madu, dan kamu beruang kutub Kamu putih aku coklat Itulah perumpaan kita. R...