mahesa anabrang

1.8K 18 1
                                    

Panasnya Langit Demak
jilid 2 bag 2
Karya : Marjuki
💡💡💡💡💡
.
Malam itu pun berlalu tanpa ada sesuatu yang membuat ketegangan,semuanya berjalan dengan semestinya hingga secercah sinar mentari muncul di mega-mega timur.
Hujan yang turun di malam,membuat hari itu tampak semakin tentram di padukuhan itu.Para penghuni padukuhan mulai bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing.
Petani dengan memanggul Cangkul dan sebilah arit yang tergenggam di tangan kanan dan tak lupa tudung terbuat dari anyaman bambu,melindungi kepala petani yang berangkat ke sawah mereka.
Para pedagang dengan barang dagangannya berupa hasil bumi dan hasil kerajinan pun mulai meramaikan jalan padukuhan itu.
Suara senggot di dekat pakiwan berderit dan suara ikatan lidi yang menyatu untuk menyapu pekarangan juga riuh terdengar di kanan-kiri pemikiman itu.
Di gardu parondan ki Mahesa Anabrang telah lama terjaga dan duduk dipinggir parondan.
Palon pun yang juga telah terjaga menggeliatkan badannya.
"Cerahnya hari ini."desis Palon.
"Benar kisanak,dan air hujan malam tadi membuat pagi ini makin indah.Para petani akan gembira melihat sawahnya yang mendapat siraman air yang baru tiba ini."kata Sawung Rana.
"Oh kau sudah bangun ngger.?"
"Iya ki,dan aku akan segera melanjutkan perjalanan ini."sahut Sawung Rana,yang telah merapikan pakaiannya.
"Mengapa buru-buru ngger.?,hari masih terlalu pagi."
"Mumpung masih pagi,ki.Serta ada keperluan di padukuhan di depan ini."kata Sawung Rana.
"Baiklah ngger.Mudah-mudahan lain waktu kita bisa berjumpa lagi."
Maka Pemuda yang mengaku Sawung Rana itu beranjak pergi untuk melanjutkan langkahnya.
Setelah kepergian anak muda itu,ki Mahesa Anabrang dan Palon masih duduk di gardu parondan ujung padukuhan itu.Sementara itu Arya Dipa masih tidur di balik kain panjangnya.
"Apakah kita berangkat sekarang,ngger.?"tanya ki Mahesa Anabrang.
"Nanti saja paman,kasihan Dipa,ia tentu sangat kelelahan  dengan perjalanan berkuda ini."jawab Palon,sambil memerhatikan wajah polos Dipa.
Ki Mahesa Anabrang juga memerhatikan anak angkatnya dan sebuah senyum menghiasi bibirnya.
"Anak ini sebenarnya mempunyai badan yang baik dan sangat bagus jika mendapat gemblengan olah kanuragan."desis lirih orang tua itu.
"Bukankah paman bisa menuntunnya.?"kata Palon sambil mengerutkan keningnya.
Orang tua itu menghela napas,lalu katanya.
"Memang pernah  aku menuntunnya,tapi ada satu keanehan."
"Maksud paman.?"
Dan ki Mahesa Anabrang pun mulai menceritakan kejadian aneh itu.Kejadian yang berawal dari dirinya yang ingin menuntun anak angkatnya dalam ilmu kanuragan untuk bekal perjalanan hidupnya.
Kala itu di saat pagi hari,ki Mahesa Anabrang memanggil Dipa dan mengajaknya ke belakang rumahnya yang lapang.Disitu ki Mahesa Anabrang memeragakan beberapa gerak dasar olah kanuragan dari jalur perguruannya,setelah selesai ia menghampiri Dipa dan menanyakan,apakah Dipa tertarik dengan olah kanuragan yang baru sajaki Mahesa Anabrang tunjukkan.
Ternyata gayung bersambut,Dipa kagum dengan apa yang diperagakan oleh ayah angkatnya itu,dan mau diajari.Maka karena itu,di malamnya ki Mahesa mengajak anak itu kembali di belakang rumahnya yang berada di padukuhan Pudak.
Awalnya gerak demi gerak telah ia peragakan dan di tiru oleh anak itu.Tapi saat malam makin larut,tiba-tiba di kesibukan ki Mahesa Anabrang melatih anak itu,sayup-sayup sebuah desir halus terdengar.
Tapi ki Mahesa Anabrang tak memperdulikan hal itu dan terus melatih Dipa.Hingga sekali lagi desiran halus itu muncul lagi dan makin kentara.
Dan saat itulah tiba-tiba anak remaja itu jatuh pingsan tak sadarkan diri.Tentu saja ki Mahesa Anabrang yang secara naluri bergerak menangkap tubuh anak angkatnya itu.Tapi sebuah tenaga yang tak terlihat menghempaskan tubuhnya,sampai tubuh orang tua itu terjerembab di tanah.
Dalam kekagetannya,ki Mahesa Anabrang kembali terbelalak tatkala dari ubun-ubun anak remaja itu berkelebat sesosok bayangan yang menyerupai hewan bersayap sebesar gajah.
"Ah apakah itu.?"desis ki Mahesa Anabrang.
Dan bayangan itu mencuit keras lalu pudar dan menghilang.
"Apakah ini benar-benar nyata.?"ucap ki Mahesa Anabrang yang berusaha bangkit berdiri dan berjalan menghampiri anak angkatnya dan memeriksa keadaannya.
"Syukurlah ia tak apa-apa."kata ki Mahesa Anabrang,yang kemudian membawa anaknya masjk ke dalam rumah.
Pagi harinya setelah Dipa terbangun,maka ki Mahesa Anabrang menanyakan kejadian tadi malam kepada anak itu.Namun ternyata Dipa.tak ingat sedikit pun dan ki Mahesa Anabrang tak ingin memaksa anak angkatnya untuk mengingat kembali kejadian yang dialami itu.
"Baiklah nanti malam kita berlatih olah kanuragan seperti yang ayah tunjukkan di pagi kemarin."
Hari kembali menjadi malam dan mereka kembali berlatih olah kanuragan.Dan Malam yang memucak itu telah kembali mengulang kejadian sebelumnya.
Sosok itu makin terlihat nyata,sebuah burung sebesar gajah dengan mahkota menghiasi kepala burung raksasa.
.
2-2

Panasnya Langit DemakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang