part 10

1.9K 242 10
                                    


"Maaf tuan Fugaku... tuan Nara telah datang..." ucap seorang wanita berambut merah.

"Persilahkan masuk"

Gadis itupun menganggukan badannya singkat sebelum kembali keluar. Setelah itu dua pemuda masuk ke dalam ruangan Fugaku.

"Selamat siang tuan Uchiha" sapa Shikamaru menjabat tangan Fugaku.

"Selamat siang. Sebuah kejutan melihatmu duduk di hadapanku, Nara Shikamaru"

"Terimakasih... jika itu sebuah pujian" balas Shikamaru sembari tersenyum.

"Aku telah melihat proposal yang perusahanmu ajukan. Dan kabar bahwa kamu sangat jenius sepertinya itu bukan hanya kabar angin. Karna ide itu sangat brilian dan cocok dengan perusahan kami"

"Benarkah... saya sangat tersanjung tuan Uchiha"

"Baiklah kami akan menerima tawaran kerja sama ini"

Shikamaru tersenyum lebar. "Shino..." Shino yang sedari tadi duduk di sebelah Shikamaru seolah tau apa arti panggilan itu pun segera menyerahkan sebuah map pada Shikamaru.

"Anda bisa membacanya terlebih dahulu" ucap Shikamaru sembari menyerahkan map yang tadi di serahkan Shino pada Fugaku.

Fugaku menerima map yang berisi surat perjanjian, setelah membacanya sekilas dia segera menandatanganinya dan kembali menyerahkan map itu pada Shikamaru. Keduanya kembali berjabat tangan.

"Terimakasih tuan Uchiha..."

"Oiya Nara... bukanya kamu masih bersekolah di Saringgan Internasional School?"

"Benar tuan Uchiha"

"Pasti kamu mengenal putraku?"

"Tentu saja... kami bahkan satu kelas"

"Benarkah... kalau begitu ini sebuah kebetulan yang sangat baik. Kapan-kapan mainlah ke mansion kami, aku akan sangat senang jika kamu mau berteman dengan Sasuke" Fugaku tampak senang mengetahui rekan bisnisnya itu adalah teman sang anak.

"Begitukah menurut tuan Uchiha... saya sangat berterimakasih jika kehadiran saya di harapkan di sana. Dan saya pasti akan menerima tawaran itu"

Fugaku kembali tersenyum kecil. Laki-laki yang masih seusia anaknya ini sangat pintar dan sopan.

"Baiklah tuan Uchiha, kami harus segera kembali" pamit Shikamaru.

"Oh silahkan... tapi aku harap kamu akan benar-benar menerima tawaran ku tadi"

"Tentu saja..." ucap Shikamaru sembari menjabat tangan Fugaku sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan itu. Tak lupa sebuah seringai terukir dari bibirnya saat dia telah berada di luar.




Naruto membantu Tsunade menyiapkan makanan saat Kushina turun dan menuju meja makan.

"Pagi Kushina" sapa Tsunade.

"Pagi bu..." balas Kushina. Di lihatnya Naruto yang seperti tak acuh padanya. Kushina juga melihat mata Naruto yang sedikit bengkak.

"Setelah sarapan bersiap-siaplah. Kita akan pulang" ucap Kushina. Naruto dan Tsunade menghentikan kegiatannya.

"Aku akan tinggal di sini untuk beberapa waktu" jawab Naruto yang kembali sibuk dengan kegiatannya tampa melihat sang ibu sama sekali.

"Kamu harus tetap sekolah... setidaknya kamu harus membantu mama jika perusahan Namikaze bangrut"

Kali ini Naruto menatap ibunya dengan bingung.

"Mungkin Uchiha akan menghancurkan perusahaan Namikaze saat mereka tau mama membatalkan pertunangan anak mereka" lanjut Kushina.

Naruto benar-benar tak percaya apa yang di katakana ibunya. Dengan segera dia berlari kearah sang ibu dan memeluknya. Kushina yang mendapat pelukan itu sedikit terkejut. Tapi di balasnya juga pelukan itu. Tak terasa sebuah likuit mengalir di pipinya. Kushina baru menyadari ternyata dia sudah terlalu jauh menjaga jarak dengan Naruto. Dan dia berharap semoga jarak itu semakin menipis agar dia bisa menebus kesalahannya selama ini.

Naruto yang mendapat balasan dari sang ibu merasa senang. Sejak ayahnya meninggal mungkin inilah kali pertama sang ibu memeluknya. Rasa hangat menjalar ke hatinya. Naruto ingin ibunya selalu seperti ini. Dia ingin menghilangkan jarak yang tercipta antara mereka. Dia ingin Kushina tau bahwa dia menyayangi sang ibu lebih dari apapun. Ada atau tidak ada harta di tangan sang ibu.

"Apa kalian belum selesai berpelukan? Karna aku rasa makannan ini tidak begitu enak saat dingin?" suara Tsunade menyadarkan ibu anak yang sedang berpelukan itu. Naruto pun melepaskan pelukannya. Keduanya saling bertatapan sebelum Kushina tersenyum dan mengelus rambut Naruto tulus.

"Maaf untuk sikap mama selama ini"

Naruto hanya membalasnya dengan anggukan.




"HAAAAAAHHHHHH...." Kiba menghela nafas dengan keras. Membuat Gaara dan Hinata yang ada di ruangan itu sedikit terkejut.

"Kenapa??" tanya Gaara.

"Bosennnn... gak ada Shikamaru sama Naruto sepi ya...?"

"I...iya... ki..kira... naruto udah... pu...pulang belum ya?" Hinata juga seperti kepikiran sama sahabat cewek satu-satunya itu.

"Aku denger Naruto belum di temukan. Kalo Shikamaru katanya sedang ngurus proyek barunya di luar kota"

"Apa itu proyek perusahaan Nara dan Uchiha?" tanya Kiba penasaran sembari mendekat kearah Gaara. Gaara yang merasa risih di tempel kiba sangat dekat pun menggeser duduknya sedikit menjauh.

"Kamu kenapa?" heran Kiba.

Gaara menggeleng. "Sekarang aku sedikit alergi dengan anjing. Jadi lebih baik kamu sedikit menjauh"

"Hah... benarkah?? Bukankah di rumahmu juga memelihara anjing" Kiba nampak terkejut dengan alergi yang tiba-tiba menyerang sang sahabat.

Gaara menghela nafas pasrah menghadapi temannya yang gak peka ini. Hinata yang ada di sana hanya tersenyum melihat tingkah ke dua temannya itu.

"Hn..." gumam Gaara.

"Jadi apa benar itu perusahaan Nara dan Uchiha?" sekali lagi Kiba bertanya.

Kali ini Gaara mengangguk. "Aku tidak tau apa yang di rencanakan Shikamaru. Tapi ini pasti ada hubunganya sama pertunangan Naruto dan Sasuke"

"Itulah yang aku benci dari Shikamaru. Dia selalu merencanakan semuanya sendiri tampa meminta pendapat kita padahal kita adalah sahabat" keluh Kiba.

Gaara menatap Kiba tajam hingga membuat Kiba bingung.

"Kenapa?"

"Jika aku jadi Shikamaru, aku akan berfikir 1000x untuk meminta pendapatmu"

"Memangnya kenapa!!?" seru Kiba sembari berdiri.

"Ka...karna Kiba ti...tidak punya otak. It...itu maksud Gaara" sahut Hinata yang kali ini di sambut tawa keras Gaara.

Kiba langsung menatap Gaara dengan geram. Gaara malah semakin keras tertawa, tak ayal Kiba yang kesal mulai menghampiri Gaara dan melakukan serangan hingga kedua pria itu saling beradu di atas sofa. Kiba yang berusaha memiting kepala Gaara agar bisa menjitaknya tak mau menyerah walau jelas-jelas sekarang kepalanyalah yang sedang di piting Gaara dan mulai menjita kepala Kiba beberapa kali. Hinata yang duduk di depan mereka hanya bisa menghela nafas dan tertawa melihat tingkah dua sahabatnya yang sangat berbeda jika berada di depan publik.

LOVE IS NOT BUSINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang