Chapter 3

416 75 9
                                    

Yeri POV's

     Aku tersenyum mendapati seorang lelaki yang kini datang dengan motor sport nya.

"Menunggu lama?" Tanyanya.
Lantas aku pun hanya menggeleng menanggapinya.

"Cepatlah, kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu yang ada." Ucapnya mengarahkanku untuk menaiki motor biru tuanya itu.

"Iya, kita tidak boleh menyia-nyiakannya. Jadi cepatlah bawa aku kesana." Ucapku lalu memeluknya erat.

"Baiklah, peluklah dengan erat. Karena kita tidak akan menyia-nyiakan waktu." Ucapnya terkekeh lalu menyalakan mesin motornya.

'Iya, jangan kita sia-siakan Jungkook.' Batinku tersenyum

.
.
.
.
.

     Sepasang tangan besar meraih pinggangku untuk membantuku menuruni motor sport ini.

"Bagaimana?" Tanyanya tersenyum.

"Apanya?" Tanyaku balik.

"Bukankah kau menyukai taman bermain? Bagaimana? Kau suka kan?" Tanyanya antusias.

Aku menatapnya sendu.
"Ne, aku sungguh-sungguh menyukainya." Jawabku memaksakan sebuah senyuman.

Dia menjulurkan telapak tangannya padaku, lantas aku pun meraihnya.

"Kajja!" Ucapnya antusias.

Melihatnya yang terlihat antusias, lantas aku pun mencoba menyamankan diriku. Agar semua berjalan dengan lancar, bukankah kami harus tidak menyianyiakan waktu?

"Yeri! Ayo kita naik itu." Tunjuknya antusias. Lantas, aku pun hanya menampilkan senyumku.

.
.
.
.
.

   "Yak! Jangan mengajakku menaiki itu lagi. Sungguh, itu menakutkan!" Sesalku padanya.

"Aigoo, uri Yerimiee ketakutan." Ucapnya lalu mengacak-acak rambutku asal.

"Yaak, Jungkookiee!!" Teriakku kesal.

"Baiklah-baiklah. Sekarang aku akan membiarkan dirimu yang memilih. Pilihlah!" Ucapnya seraya merapikan rambutku yang tadinya diacak olehnya.

"Jinjjayo?" Tanyaku.

"Hmm.." Jawabnya masih merapikan rambutku.

Seketika senyuman licik muncul di bibirku.
"Aku akan membalas dendam, Jungkookiee."

Terlihat Jungkook terkejut dan seperti menyesali perkataan serta perbuatannya.

.
.
.
.
.

     "Yak! Kau harus tersenyum, Jungkook. Bagaimana sih." Kekehku masih setia menatap raut mukanya.

"Aish!" Rutuknya.

"Ayolaah, tersenyum!" Seketika aku mendapatkan ide. Lantas, dengan cepat aku pun meraih ponselku.

Dan saat dia menoleh ke arahku.

*click*

Aku mendapatkannya. Terlihat sebuah senyuman terpaksa. Namun, tidak dapat dibendung juga dengan aksen-aksen menggemaskan.

"Yak!!" Teriaknya kesal. Lantas aku pun segera menaruh kembali ponselku.

"Jangan salahkan aku, Kim Yerim. Kau yang memulai." Seketika aku tertegun mendengarnya.

My Sadness [MARKRI & JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang