SEQUEL Of My Sadness (1)

453 59 44
                                    

Author POV's

*8 years later*

     Terlihat seorang pemuda dengan pakaian rapinya beberapa kali merutuki mobilnya yang entah mengapa tiba-tiba malas mengantarnya menuju tempat kerjanya.

Oh ayolah, itu bukan salah mobil itu. Salahkan saja Mark, nama pemuda itu yang terlalu gila kerja hingga tidak terlalu peduli dengan kondisi mobilnya.

Jadi, jangan salahkan apabila mobilnya sekali-kali juga ingin dimanjakan di salon para mobil.

Kini tujuannya hanya satu, mencari halte terdekat yang dengan tujuan ke tempat kerjanya.

     Sesekali terdengar suara decakkan dari pengguna jalan lainnya yang tak sengaja tertabrak pundak pemuda itu.

Sedangkan Mark hanya acuh pada orang-orang yang tak bersalah itu.

Sekedar untuk meminta maaf atau bahkan membungkukkan badanpun tidak terlintas dalam pikirannya.

Yang sedang dia pikirkan sekarang hanyalah sampai di tempat kerja tepat waktu.

     Hingga pada akhirnya pundaknya bertemu dengan pundak seseorang dengan cukup keras.

*Brukk*

Mark merasakan bahunya yang sedikit sakit.

Lalu dia pun menoleh ke arah seorang gadis yang masih terduduk di atas trotoar.

'Bahuku saja sakit, bagaimana dengan bahu gadis ini?' Batinnya.

Dia pun melirik sedikit ke arah gadis itu yang mencoba berdiri.
Oh ayolah, apakah tidak ada rasa ingin membantunya, Mark?

"Ma-maafkan aku, nona." Sesalnya.

Sedangkan gadis itu hanya memunggungi Mark. Dan gadis itu pun hanya mengangguk lalu pergi begitu saja.

Mark pun hanya mengedikkan bahunya acuh.

Namun, perhatiannya teralihkan pada sebuah kalung yang tergeletak di tempat kejadian.

Lantas Mark pun mengambil kalung itu hendak mengembalikannya. Namun sayang, si pemilik telah pergi entah kemana.

.
.
.
.
.

     "Selamat pagi, dokter Lee!" Sapa beberapa perawat yang melihat Mark datang dengan terburu-buru.

"Ah, selamat pagi. Maaf saya terlambat. Apakah nona Na sudah menunggu?" Balasnya.

"Tidak, dokter. Nona Na belum sampai, sepertinya sebentar lagi." Balas salah seorang perawat dengan ramah.

Lantas Mark pun melanjutkan perjalanannya menuju ruangannya.

     Terdengar helaan napas saat dirinya menjatuhkan bokongnya pada kursi empuknya.

Tak lupa, kini pria yang telah menjadi dokter dengan usianya yang masih tergolong muda itu telah memakai jas putihnya, menampilkan kharismanya yang dapat menarik perhatian wanita-wanita di luar sana.

My Sadness [MARKRI & JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang