Yeri POV's
Setelah beberapa menit berdebat dengan Joy dan Kai Oppa, akhirnya disinilah aku. Menunggunya, Jungkook.
Aku menatap jam di ponselku, tertera angka 15.20 KST. Tak terasa, ternyata aku sudah menunggunya selama satu jam.
Aku meringis, membayangkan dirinya yang tak datang lagi.
Namun, penantianku akhirnya terbayar. Dapatku lihat seorang lelaki berlari ke arahku.
"Kau terlambat." Ucapku.
"Maafkan aku." Balasnya.
"Kau membuatku menunggumu lama."
"Maafkan aku."
"Kau hampir saja melanggar janjimu."
"Maafkan aku."
"Kau selalu saja terlambat saat akan bertemu denganku."
"Maafkan aku."
"Kau selalu saja mengulang-ngulang kesalahanmu."
"Maafkan aku."
"Kau selalu saja mengatakan maaf padaku." Runtuh, butiran bening itu dengan bodohnya mengalir di pipiku.
"Yer.."
"Namun, dengan bodohnya. Aku malah selalu percaya padamu. Bodoh!"
"Yer.." ucapnya mulai mendekat. Namun, dengan segera aku melangkah mundur. Mengerti akan tolakanku, dia pun kembali diam di tempat.
"Kau selalu saja memprioritaskan Yein dibanding aku. Kenapa? Apa karena penyakitnya? Lalu, bagaimana bila aku mempunyai penyakit yang lebih mengerikan dibandingnya? Apa kau akan memprioritaskanku?" Tanyaku gusar.
"Kau berlebihan, Kim Yerim! Jangan bawa-bawa, Yein! Dia tidak bersalah disini! Jangan bawa-bawa juga penyakitnya! Kau tidak tau penderitaannya memiliki penyakit seperti itu! Dia tidak sesehat dirimu, tidakkah kau mengerti?!" Aku tertegun melihatnya marah padaku.
"Kau lebih membelanya dibanding aku rupanya." Ucapku pelan menatapnya tak percaya. Dapatku lihat dia menatapku merasa bersalah.
"Yer.." Dia melangkah mendekatiku.
"Diam!!" Dia pun kembali tak bergeming.
"Kau mencintainya, bukan?" Tanyaku frustasi.
"Aku sudah bilang, jangan bawa-bawa Yein!" Balasnya gusar.
"Iya kau mencintainya." Ucapku lemah.
"Iya! Aku mencintainya? Lalu kenapa? Apa yang akan kau lakukan? Hidup Yein tidak sepanjang hidupmu, Yer! Dia membutuhkanku! Dia membutuhkan seseorang untuk menopang hidupnya, dan itu aku! Kau tak mengerti bagaimana menderitanya, Yein." Ucapnya mulai memelan.
"Kau bahagia bila bersamanya?" Tanyaku, kini air mataku sudah tak dapat mengalir lagi.
"Iya." Pelan, sangat pelan. Namun sangat, sangat menusuk.
"Kalau begitu, mari putus Jeon Jungkook. Tak ada lagi yang perlu di tutupi lagi." Ucapku tersenyum ke arahnya.
"Aku tak percaya, ternyata akan seperti ini. Bila ini maumu. Aku akan menurutiya, Kim Yerim." Ucapnya dengan tatapan tak percaya sebelum meninggalkanku.
Aku terduduk lemas di bangku taman. Lalu mengambil ponselku, dan menghubungi sebuah nama.
_____
"Mark." Ucapku lemah.
"Yeri! Ada apa denganmu?" Balasnya.
"Kau dimana, Mark?"
![](https://img.wattpad.com/cover/95077325-288-k83472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sadness [MARKRI & JUNGRI]
Fiksi PenggemarKebahagiaan sejati. Mengapa sangat sulit untuk mendapatkannya? Mengapa sangat sulit untuk meraihnya? Satu hal yang tidak pernah terlintas dalam hati seorang Kim Yerim, keegoisan. Bohong bila seseorang tidak pernah ingin egois dalam suatu hal. Nam...