Yeri POV's
Aku menatap sekelilingku. Aku menemukan Kai Oppa yang tengah tertidur di sofa. Lalu aku menemukan Joy yang tengah tertidur di sampingku.
Aku mengelus pelan rambutnya.
Lalu tiba-tiba matanya mulai terbuka perlahan."Yeri."
"Hey." Ucapku tersenyum.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya sangat khawatir.
"Untung saja aku pingsan saat sudah beberapa langkah menjauh dari ruangan itu. Bila tidak, sepertinya ini bukan lagi menjadi rahasia." Kekehku.
"Yeri.."
"Tenang saja, Joy. Aku baik-baik saja. Aku sudah merelakan semuanya. Aku merasa lelah. Aku rasa, berterbangan di langit akan sangat menyenangkan." Candaku.
"Kau membuatku takut, Yer. Jangan katakan hal seperti itu. Itu tidak lucu." Lirih Joy.
"Benarkah? Tidak lucu? Kalau begitu bagaimana kalu itu bukan lelucon atau pun candaan?" Tanyaku memandang tulus matanya.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda, Yeri."
"Hey, Joy! Ternyata benar, aku selalu saja menyusahkan orang lain. Dan selalu saja, mereka ialah orang-orang di sekelilingku. Lihat, Kai Oppa! Dia harus rela-rela banting tulang meneruskan perusahaan di Jepang saat orang tuaku sudah meninggal. Aku tau itu semua juga demi aku. Namun, dengan egoisnya aku selalu saja marah padanya karena suka terlambat menemuiku atau bahkan karena dia telat membalas maupun menjawab telponku.." Aku menghela napas sebentar.
"Dia selalu saja menuruti apa yang aku inginkan, namun aku? Aku hanya bisa merepotkannya. Lihatlah dia! Dia bahkan selalu begadang untuk menjagaku. Terkadang dia sendiri bahkan melupakan kapan dia harus makan, yang dia ingat hanyalah kapan jadwalku. Aku bahkan sering merengek kalau aku mendengar dia sedang berbicara bisnis dalam telepon. Padahal semua itu karena aku. Bila saja aku tidak seperti ini, dia tidak perlu repot-repot mengurus perusahaan melalui telepon. Aku ingin mengatakan bahwa aku sangat menyayanginya. Namun, yang keluar dari mulutku hanyalah mampu sebatas merengek padanya.."
"Yer.." Lirih Joy.
"Aku tak ingin mengatakan itu sekarang kepadanya. Kenapa? Karena dengan begitu, dia akan selalu mengingatku. Biarkan saja dia marah karena aku tak pernah mengatakan hal itu padanya, itu lebih baik. Maka dia dengan cepat bisa melupakan dan merelakanku. Meski aku tak ingin meninggalkan lelaki gila kerja itu sendiri sebelum mendapatkan seseorang yang bisa mengisi hari-harinya nanti."
Curahku panjang lebar, dan saat aku menatap mata Kai Oppa yang terpejam. Dapatku lihat air membasahi pipinya. Aku tau, dia tidak tidur.
"Kalau begitu, kau harus sembuh, Yer." Semangat Jou.
"Tidak, Joy. Kau salah, bila aku terus ada. Semuanya akan tetap saja terluka. Kau pun begitu." Kini aku menatap Joy.
"Dan kau. Maafkan aku. Saat kau berada disisiku, kau selalu saja menangis setiap harinya. Kau selalu saja mencoba menutupi kesedihanmu. Sungguh, aku ini benar-benar penghambatmu untuk mendapatkan kebahagiaanmu. Dan itu membuatku semakin membenci diriku sendiri. Entah mengapa setelah memikirkan semuanya, aku malah membenci diriku sendiri.."
"Yeri.." Lirih Joy.
"Tapi tenang saja, Joy. Semua akan berakhir. Kau tak akan menangis lagi setiap hari. Hanya cukup kau menangis sepuasnya setelah ini, lalu berjanjilah padaku untuk tidak menangis lagi, apalagi menangisiku. Dan setelah semua itu, kau bisa mencari dan meraih kebahagiaanmu, Joy. Jangan sepertiku, Joy. Karena itu menyakitkan. Dan jangan khawatirkan aku! Setelah ini, aku akan melupakan semuanya. Jadi percuma kau menangisiku, aku akan melupakanmu, Joy! Aku akan melupakan semuanya lalu terbang bebas di angkasa. Tenang saja, semua kenangan pahit ini akan terlupakan. Aku akan bahagia, Joy. Sangat, sangat bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sadness [MARKRI & JUNGRI]
FanficKebahagiaan sejati. Mengapa sangat sulit untuk mendapatkannya? Mengapa sangat sulit untuk meraihnya? Satu hal yang tidak pernah terlintas dalam hati seorang Kim Yerim, keegoisan. Bohong bila seseorang tidak pernah ingin egois dalam suatu hal. Nam...