Chapter 5

373 73 14
                                    

Yeri POV's

   "Yak! Mengapa kau terlihat bahagia? Biasanya akhir-akhir ini kau terlihat sedih karena kepergian Mark. Apa dia akan kembali hari ini?" Aku menemukan Joy yang baru saja sampai di kelas, lalu menduduki kursi di sebelahku.

"Tadi, Jungkook menjemputku. Dan dia berjanji akan makan siang bersamaku saat pulang sekolah. Lalu soal Mark, aku tak tau. Aku 'kan sudah bilang kalau ponselnya tak dapatku hubungi." Ucapku kini sedih.

"Yak! Tadi kau senyum-senyum tidak jelas, sekarang kau malah murung. Kau sungguh aneh, Yer." Joy pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

Lantas aku pun hanya menyengir kuda, "Oh ya, Yer." Ucap Joy.

"Apa kau yakin akan makan siang bersama, Jungkook. Apa kau tak takut akan ditinggalkan Jungkook seperti hari-hari sebelumnya." Sambung Joy dengan sedikit tak enak hati.

"Entahlah, Joy. Sama seperti ucapanmu, aku juga berpikir seperti itu. Namun, seperti apapun itu aku berpikir. Dengan bodohnya, aku tetap saja menginginkan hal ini dan berharap hal ini akan terjadi." Ucapku menatap arah depan.

"Kau benar, Yer. Kau memang bodoh, sangat bodoh." Ucap Joy dengan penuh penekanan.

"Aku tak akan mengelaknya." Ucapku menatapnya dengan senyuman kecut.

.
.
.
.
.

   Aku tengah berjalan sendirian menuju kantin. Rencananya aku akan membeli roti dan susu lalu memakannya di kelas bersama Joy.

Joy? Dia sedang di kelas. Dia lupa mengerjakan pr, jadi dia meminjam bukuku. Dan dia pun sudah membawa bekal dari rumah.

Saat aku tengah berjalan menuju kantin, beberapa siswa baik teman seangkatanku, adik kelasku, bahkan kakak kelasku, menyapaku. Dan tentu saja, dengan senang hati aku akan membalas sapaan mereka atau sekadar tersenyum lembut pada mereka.

Saat seorang kakak kelas laki-laki menyapaku, lantas aku pun tersenyum lembut padanya. Aku sering bertemu dengannya, dan dia pasti akan menyapaku. Bila dilihat-lihat dia sangat tampan dan terlihat dingin bila dilihat dari luar.

Kata Joy sih aku beruntung bisa disapa olehnya. Aduh namanya siapa ya?

'Tae-? Tiwai-? -Yoong? Taeyong? Aah, iyaa nama-' Saat tengah memikirkan namanya, tiba-tiba aku merasakan sebuah jemari menarik lenganku dengan kasar menyuruhku mengikutinya.

      Dan disinilah kami, di taman belakang sekolah dengan kolam kecil dan dua pasang bangku taman di sekelilingnya.

"Ada apa, Jungkook?" Tanyaku padanya karena menarikku kesini.

Aku melihatnya menduduki bangku di depan kami.

"Aku tak suka melihatmu tersenyum manis kepada laki-laki lain, apalagi lelaki tadi." Ucapnya cemburu seperti anak kecil.

Lantas aku pun tersenyum simpul dan duduk di sampingnya.
"Waah, apakah seorang Jeon Jungkook sedang cemburu, eoh?" Godaku.

"A-apa? Tentu tidak. Apa kau tidak tau atau pura-pura tidak tau bahwa dia itu sedang mencoba mendekatimu? Lalu aku ini apa?" Ucapnya masih dengan nada cemburu.

'Lalu aku ini juga apa, Jungkook?' Batinku tersenyum kecil padanya.

Tiba-tiba, Jungkook menoleh kearahku.
"Mengapa kau tak menjawab? Apa kau tak bisa menjawab karena ketahuan memiliki gebetan baru olehku, eoh?" Ucapnya terdengar seperti anak kecil.

Aku menatap teduh dirinya, lalu mengelus lembut pipinya. Aku menatap mata indahnya yang terlihat sudah mulai menghapus rasa cemburunya.

"Aku harus jawab apa, Jungkook? Saat ini aku tengah bersamamu, bukan dengannya. Saat ini aku tengah menatap matamu, bukan matanya. Saat ini aku tengah mengelus pipimu, bukan dirinya. Dirimulah temanku menghabiskan waktu saat ini, bukan dia. Dan satu lagi, kaulah yang aku cintai, bukan dia." Ucapku dengan penuh ketulusan di setiap katanya. Karena memang itu adanya.

My Sadness [MARKRI & JUNGRI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang