Secangkir macchiato menemaninya sore ini, duduk diam di balik jendela kaca besar yang berfungsi menjadi dinding sebuah café rekomendasi dari sang ibu. Titik-titik air hujan masih menempel setia pada kaca disebelahnya, padahal hujan sudah berhenti sejam yang lalu.
Heh... tidak disiplin.
Helaan nafas keluar dari bibir tipis nan lembutnya, entah untuk yang keberapa kali. Kaca mata kerja masih setia ia kenakan, sesekali mendorongnya keatas kala merasakan benda itu merosot dari pangkal hidungnya.
'Dia gadis yang baik Soo, bahkan dia sangat lembut. Sangat pantas bersanding denganmu dan menjadi istri dan ibu yang baik untuk anak-anakmu kelak'Perkataan ibunya tadi pagi kini terngiang lagi ditelinga Myungsoo. Bukan hanya sekali, dua kali, ibunya mendefinisikan gadis yang direkomendasikan untuknya, bahkan setiap pesan yang dikirimkan oleh sang ibu pun isinya hampir sama.
'Temui saja dulu, siapa tau kalian cocok satu sama lain'
Tambahan dari pesan ibunya, kala ia memberitahukan niatnya untuk tidak mau terjebak dengan yang namanya kencan buta. Dan disinilah ia sekarang, menunggu gadis itu untuk bertegur sapa dengannya, istilahnya berbasa-basi. Jika sudah bertemu, berbincang dan menghabiskan minuman masing-masing barulah setelahnya mereka berpisah, dan takkan ada lagi pertemuan selanjutnya, Myungsoo pastikan itu.
Myungsoo bukannya pria bajingan yang tak ingin terikat dengan yang namanya perempuan, hanya saja menurutnya tak perlu melakukan sebuah kencan buta seperti ini, cukup berdiam diri dan menunggu jodohnya sendiri yang akan datang. Lagipula, bukankah jodoh sudah ditentukan oleh yang di atas, jadi biarkan jodohnya sendiri yang menghampirinya dan hubungan itu mengalir seperti aliran sungai yang tenang.
"Lima menit lagi dia tak datang, aku pergi!" gumamnya pada dirinya sendiri sambil sesekali melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
Kling....
Tepat saat itu, lonceng café bergoyang kala seseorang mendorong pintu kaca itu sedikit kuat. Mata bulatnya ia edarkan pada sekeliling café, bibir plum yang di hiasi gigi kelinci itu tersenyum lebar kala menemukan objek yang dicarinya. Dengan langkah percaya diri, ia menghampiri sebuah meja tepat di sebelah jendela kaca di mana seorang pria duduk bosan memandang pemandangan diluar sana.
Kret!
Bunyi tarikan kursi didepannya mengalihkan perhatian Myungsoo, alisnya berkerut saat gadis didepannya mulai sibuk melepaskan coat coklat mudanya kemudian menyampirkanya pada sandaran kursi.
"Sudah lama menunggu?" gadis itu bertanya dengan mata yang terfokus pada buku menu ditangannya.
"Menurutmu?" Mata Myungsoo menyipit, memperhatikan struktur wajah gadis yang sedikit arogan, menurut persepsinya.
"Mian, jalanan macet karna hujan deras tadi. Jadi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu"
'Ini yang di katakan ibu sebagai gadis yang lembut? Bahkan bicaranya saja terdengar kasar'
Myungsoo mencibir, mengangkat cangkir kopinya lalu menyesapnya sedikit. Mata Myungsoo memandang gadis didepannya dengan lekat, gadis itu hanya memakai baju kaos putih lengan pendek yang dipadukan dengan celana jeans hitam yang sobek di beberapa bagian. Pandangan mata itu seketika mengarah padanya saat sang gadis selesai mengatakan pesanan pada pelayan, buru-buru Myungsoo mengalihkan tatapannya pada kopinya yang mulai mendingin.
"Cah... bisa kita mulai sekarang" Suzy menepuk kedua pahanya, menggosoknya sebentar lalu melipat kedua tangan pada meja bulat didepannya.
"Apa?" tanya Myungsoo bingung.
"Ey.... seperti kencan biasanya, kau menanyakan padaku apapun yang kau ingin tahu tentangku lalu begitupun sebaliknya"
"Apa kau sudah sering melakukan kencan buta?"
"Hem? Itu pertanyaan pertamamu? Ah baiklah, benar aku sering melakukan kencan buta, bahkan sehari bisa lima kali" Suzy tersenyum lebar dengan mata yang menyipit. Sedangkan Myungsoo hanya dapat melongo.
"Sama sepertimu, menjalani kencan buta karna sudah di atur oleh orang tua, begitulah aku" gadis itu mengedikkan bahu acuh dengan pipi yang mengembung.
"Ck! Tidak bisa di percaya" Myungsoo menggeleng beberapa kali.
"Aku tidak memintamu mempercayainya"
Pelayan datang membawakan pesanannya, segelas lemon tea dan sepiring rainbow cake. Suzy mengambil sendok kecil lalu mencomot rainbow cake didepannya, matanya terpejem dengan raut bahagia tatkala kue itu masuk kedalam mulutnya. Tingkah spontan yang tak luput dari tatapan mata tajam Myungsoo.
'Gadis menarik, gadis apa adanya dengan segala tingkah lugasnya, tanpa harus menjaga image dihadapan lawannya seperti yang sering para gadis di kantor lakukan untuk menarik perhatiannya'
Tanpa sadar senyum terbit di wajah Myungsoo.
Hening
Drtt!
Suzy meletakkan kembali sendok kecilnya, merogoh tas tangannya, mengambil ponsel dan meletakkannya pada telinga sebelah kanan.
"Hmm, aku? Tentu saja di café seperti yang eomma katakan"
"..."
"Apa? Jangan bercanda, eomma!" suara Suzy tiba-tiba saja meningkat satu oktaf. Ia seketika melirik kearah Myungsoo yang kini menatapnya penuh tanya.
"..."
"Heh..." tepat setelah helaan nafas itu keluar dari bibir merahnya. Seorang gadis tiba-tiba saja berdiri di samping meja mereka.
"Eh? Nugu?" tanya Myungsoo pada gadis itu.
Sedangkan Suzy yang telah mengakhiri panggilan telponnya, kini menyembunyikan wajah di antara rambut coklat panjangnya.
"Anda Myungsoo 'kan, Kim Myungsoo?" tanyanya dengan suara lembut.
"Eoh!" spontan Myungsoo menjawab, raut bingung tercetak jelas diwajahnya.
"Aku Kim Hye Jin, bibi Kim memintaku untuk menemuimu di sini, maaf aku sedikit terlambat" gadis itu tersenyum malu, sudut matanya menangkap sosok Suzy dengan raut bingung.
Tunggu!
Jika dia gadis yang di minta oleh ibunya untuk ia temui, lalu siapa gadis didepannya saat ini. Myungsoo menatap gadis yang duduk didepannya penuh tanya, begitupun Hye Jin yang mulai bertanya-tanya.
"Kau sudah ada janji dengan orang lain?"
Alih-alih menjawab, Myungsoo lebih memilih menatap gadis didepannya yang mulai terlihat gelisah.
"Ku-kurasa ada kesalah pahaman disini..." Suzy menggaruk tengkuknya, lalu dengan segenap keberanian ia mendongak menatap Myungsoo yang sepertinya meminta penjelasan lebih darinya.
"Sudah jelas, aku salah orang disini. Aku baru saja dapat kabar bahwa teman kencanku kali ini tidak datang, dan dengan tak tau malunya aku malah mengiramu teman kencanku itu. Jadi maafkan atas kekeliruanku" Suzy beranjak, membungkukkan tubuhnya kearah Myungsoo lalu beralih pada gadis disampingnya.
Dengan terburu-buru Suzy menarik coat-nya lalu melangkah pergi dari café itu, meninggalkan gadis bernama Hye Jin yang menampakkan wajah bingung dan Myungsoo yang terkekeh kecil akibat perbuatannya. Bahkan mata Myungsoo tetap mengawasi kepergian gadis itu dari kursinya dan sesekali tertawa saat bibir gadis itu menggerutu dengan tangan yang memukul-mukul kepalanya.
'Cute girl!'
~End~
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Life
Short StoryHanya kumpulan cerita absurd dengan genre Romance, Sad and Tears.