Memasuki pertengahan musim dingin, Sehun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Lapisan salju tampak menutupi permukaan jalan, menghantarkan hawa dingin yang menusuk hingga tulang. Handsfree melekat pada salah satu telinga sang pria, menyambungkan panggilan dengan wanita diujung sana.
"Lima belas menit lagi aku sampai."
..
"Jangan pergi tanpaku. Siapa yang akan menjaga kalian nanti?"
..
"Untuk kali ini saja dengarkan aku."
..
"Iya, iya. Aku minta maaf."
..
"Baiklah, kututup."
Sehun melepaskan handsfree dari telinganya, menghela nafas kemudian. Resiko karena telah mengulur waktu dari janji temu mereka, membuat ia harus rela diomeli oleh sang wanita. Dan sepertinya, sesampainya Sehun ditempat tujuan maka akan ada satu gadis lagi yang memarahi dirinya dengan kalimat panjang lebar.
"Kenapa beban hidupku berat sekali."
---
"Paman tidak pernah mengerti betapa pentingnya konser ini untukku." Bibir itu sedikit manyun dengan gestur tubuh bersandar pada kursi mobil beserta tangan yang menyilang, kesal.
"Maaf." Sehun itu sebenarnya egois, tapi entah kenapa jika sudah berhadapan dengan Yumi, sikap lemah lembut itu muncul secara alami.
"Tidak, paman tidak harus minta maaf. Mama bilang tidak seharusnya yang lebih tua minta maaf pada yang muda. Hanya jangan lakukan itu lagi. Terlambat itu sikap yang tidak baik, Paman."
Sehun melirik sebentar, lalu mengangguk kemudian. "Baiklah, paman janji tidak akan terlambat lagi."
Yumi tersenyum, lantas menolehkan kepala pada jendela kaca mobil. "Oh ya, paman tahu? Konser kali ini sangat special."
"Special? Kenapa?" Alis Sehun tertaut, menatap bergantian pada jalanan dan kaca tengah mobil, wajah berseri Yumi terpantul dari sana.
"Dikonser kali ini akan diisi seorang pianis berdarah Korea."
Sehun terdiam, mendengar kalimat yang terucap dari bibir Yumi mengingatkannya akan masa lampau. Bahkan Hyejin yang duduk disebelah sang pria pun dapat menangkap dengan jelas gurat sendu itu.
"Memang sudah dipastikan?" Hyejin menimpali demi membuat suasana berubah lebih cair.
"Hu-um. Yumi dengar dia juga cantik."
"Siapa namanya?"
Yumi berpikir sejenak, lantas menggeleng kemudian, "Tidak tahu."
Hyejin tersenyum tipis lantas melirik Sehun sebentar, semoga bukan wanita itu.
---
Gaun sabrina berwarna putih tulang melekat indah ditubuh ramping Suzy. Bahu yang lebar dan mulus tertutupi sebagian rambut bergelombang yang dibiarkan tergerai. Sosok menawan yang dilihat Sehun saat ini jelas adalah sosok wanita dimasa lalunya yang tak pernah terlupakan. Sosok yang sangat ia cintai dulu dan bahkan sampai sekarang. Sosok yang ia lepaskan demi kebahagiaan sang wanita seorang.
Tersenyum lembut dengan bibir semerah delima, menghantarkan degupan kencang pada dada Sehun untuk pertama kalinya sejak beberapa tahun silam. Wanita yang dulu harus rela ia lepaskan kini kembali. Menjadi lebih dewasa dengan karir yang mulai bersinar.
Jemari Sehun bertaut dengan erat, bibir terkatup rapat serta mata yang memandang lurus kedepan. Menatap fokus pada sang wanita yang kini mulai menekan tuts demi tuts piano, lagu milik Yiruma berjudul 'River Flows in You' ia mainkan.
"Tetaplah bersamaku, Suzy."
"Kau tahu ini impianku sejak dulu, oppa."
"Tidak bisakah kali ini aku yang kau utamakan?"
Kali ini Suzy tidak menjawab. Pandangan sang wanita hanya terfokus pada kedua netra milik Sehun yang membalas tatapannya.
"Maaf."
Sehun tersenyum, walaupun nampak terpaksa. "Sekarang aku tahu jawabanmu."
"Setelah ini, kita langsung pulang saja."
Sehun menoleh kesamping kanan tubuh, menatap Hyejin yang sedari awal memang memperhatikan sang pria.
"Tapi Yumi ingin bertemu eonni itu." Yumi menyela beserta jari telunjuk yang mengarah kedepan, "Eomma, bolehkan?" tatap Yumi penuh harap.
"Em, tentu saja." Sehun menjawab.
"Sehun!"
"Tidak apa-apa, hanya sekedar menyapa."
Hyejin menghela napas setelah mendengar jawaban kelewat santai yang keluar dari bibir sang pria.
---
Ada senyum yang memudar kala atensi ia alihkan. Mematung sejenak dengan tatapan tak percaya. Remasan jemari pada buket-buket bunga dipelukan menandakan sang pemilik benar-benar terkejut.
"Suzy, ini temanku Oh Sehun. Dia bilang keponakannya sangat ingin bertemu denganmu, jadi aku membawa mereka kemari."
"Lama tidak bertemu, Nona Bae."
"Oh! Kau kenal Suzy?"
"Hem." Angguk Sehun, membalas tatapan mata wanita yang masih diam mematung.
"Annyeonghasimnika, namaku Kim Yumi. Penggemar nomer satu anda, eonni!"
Sapaan ceria Yumi membawa kembali kesadaran Suzy dari pria dihadapannya. Dengan canggung bercampur bingung ia tersenyum, membalas tatapan Yumi yang berbinar. Khas gadis kecil.
"Saat besar nanti, aku ingin menjadi seperti, eonni."
"Hem, kau pasti bisa meraih mimpimu. Dan kuharap kau lebih besar dariku di masa depan."
"Tentu!" Senyum Yumi lebih lebar.
"Ey, kau belum menjawab pertanyaanku. Kalian saling kenal?" Pertanyaan itu terlontar untuk Suzy. Sang wanita Bae mencoba tersenyum, mengendalikan detak jantung yang tak normal.
"Hem, kami sangat mengenal dulu. Sudah lama tidak berkontak."
"Benarkah? Wah, ini sebuah kebetulan yang baik." Jackson terlihat tampak bahagia.
"Untuk merayakannya, bagaimana kalau kita makan malam bersama?"
Suzy diam, memilih menatap Sehun yang kebetulan juga menatap dirinya.
"Lain kali, Jack. Ini sudah terlalu larut, aku harus mengantar Yumi pulang."
"Begitukah? Hem, baiklah. Lain kali harus jadi, mengerti?"
"Hem." Sehun mengangguk, menepuk bahu Jackson berulang kali lantas berpamitan.
Ia menatap kearah Suzy, menundukan kepala sedikit guna berpamitan untuk pergi.
Suzy menarik nafas, ia ingin mengatakan sesuatu namun ragu. Ketika Sehun berbalik untuk meninggalkan tempat mereka, ia menghembuskan nafas dengan nada pasti berucap, "Sehun?"
"Hem?" Sehun berbalik, menatap Suzy dengan sedikit tegang.
"Hubungi aku," Suzy menjeda guna menenangkan jantungnya yang berdetak lebih kencang, "Nomorku masih sama seperti yang dulu."
Bak kembali ke masa lalu, kenangan yang dulu tercipta kembali terputar begitu indah.
Ada senyum kecil di bibir Sehun yang kelu.
🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Life
Short StoryHanya kumpulan cerita absurd dengan genre Romance, Sad and Tears.