Detakan

922 133 24
                                    

Sore itu seperti sore yang sebelumnya. Suzy duduk dengan secangkir teh hijau ditangan. Kedua kaki ia goyangkan pelan, duduk manis dikursi taman belakang. Melempar pandangan pada pohon buah plum yang sengaja sang ibu tanam.

"Kapan oppa pulang?" Kalimat pertama yang keluar dari bibir Suzy diiringi tatapan penuh tanya.

"Dua minggu yang lalu."

"Kenapa tidak bilang? Aku bisa menjemput."

"Aku tahu kau sibuk."

Suzy menggeleng, meletakkan cangkir tehnya disamping tubuh, lantas menyandarkan punggung dengan kedua tangan terjalin diatas paha.

"Kau sudah kuanggap oppa-ku, jadi sesibuk apapun itu akan ku luangkan waktu untukmu."

Jung Hae In tersenyum, ikut menyandarkan punggung seperti yang Suzy lakukan. Otaknya kembali memutar setiap kenangan yang mereka ciptakan dahulu. Kenangan indah yang harus terkikis oleh waktu.

"Andai saat itu terulang kembali, aku akan memilih jalan yang berbeda."

Senyum kecil Suzy berikan sembari menoleh pada lelaki yang telah lima tahun tidak bersua dengannya itu. Seorang lelaki yang pernah mencuri hatinya, dulu.

"Oppa tidak berniat membawaku larikan?"

Memasang tatapan penuh selidik, Suzy menyenggol pelan lengan Hae In dengan lengannya, bermaksud menggoda. Lelaki itu tertawa, mengacak gemas rambut Suzy dengan kekehan yang manis didengar.

"Andai aku bisa jahat pada sepupuku sendiri. Mungkin kau sudah kubawa lari sehari sebelum pernikahan kalian terlaksana."

Suzy mencibir dengan wajah geli, memukul pelan bahu Hae In yang disambut sang pria dengan senyum lebar.

"Sayang."

Kedua orang itu menolehkan kepala, Kim Myungsoo sedang berdiri diambang pintu dengan kedua tangan sibuk memasangkan dasi dilehernya.

"Bisa bantu aku, sayang?"

Suzy tersenyum, bangkit dari kursinya guna menghampiri Myungsoo yang masih sibuk dengan simpul dasi.

Ia menggeleng, mengulurkan tangan meraih dua sisi dasi yang berada dileher Myungsoo, "Aigoo, kau ini kerja kantoran, tapi tak bisa memasang dasi sendiri."

Sedang yang diomel hanya memasang senyum manis hingga membuat kedua manik matanya menyipit. Memeluk pinggang sang wanita yang masih fokus menyimpulkan dasi.

Ditempatnya terduduk, Hae In memasang senyum kecut, mengalihkan atensi dari adegan manis yang diciptakan sang pemilik hati dan sepupunya. Sepupu kandung yang harus ia hormati sebagai calon suami Suzy saat ini.

Tangan Hae In terangkat, meletakan telapak tangan pada dada bagian kiri. Merasakan detakan sama yang terakhir kali Hae In rasakan sesaat ia harus melepas Suzy demi karir cemerlang yang ia cita-citakan. Pilihan yang ia sesali kini.





































Have a nice day!

Salam hangat dari #PejuangSkripsi!

Story of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang