"Ayolah Yoonhee-yya. Aku dan Ten membuat pesta ini hanya untuk teman-teman kami saja. Kau, Hayoung, Junhong, Joy, Youngjae, Wonwoo, Sana dan Doyoung. Kau datang, ne?" Momo membujuk teman sefakultasnya ini dengan aegyo mengerikan. Yoonhee menggeleng.
"Tidak bisa, Momo-yya. Kau tahu kan, besok kita ada kelas anatomi. Lagipula, aku tidak kuat minum. Kau saja yang bersenang-senang." Yoonhee tersenyum pada Momo. Momo menggembungkan pipinya kesal.
"Kau payah, Yoongiie-yya. Ini kan pesta terakhir kita bersama. Aku akan pulang ke Jepang dan Ten akan pulang ke Thailand. Kau tidak ingin membuatku senang, ya?" Momo menatap temannya itu penuh selidik.
"Tidak, bukan begitu. Aku—"
"Oke. Kau menolak ajakan temanmu hanya karena Doyoung, kan? Kenapa kau tidak pernah bertegur sapa dengannya, sih? Kalian kan teman satu daerah. Ayolah..." setelah di bujuk dengan susah payah, akhirnya Yoonhee mau ikut ke pesta itu.
***
"Di rumah Wonwoo?" Momo mengangguk. Ia melepas selt belt miliknya dan menarik temannya itu menuju rumah Wonwoo.
"Besar sekali. Apa orang tuanya ada?" Momo menggeleng. Ia tersenyum melihat ekspresi terkejut Yoonhee.
"Anak konglomerat akan selalu kehilangan sesuatu yang berharga, bukan? Dan Wonwoo kehilangan kasih sayang orang tua." Momo menarik Yoonhee menuju rumah Wonwoo dan masuk tanpa penghalang yang pasti.
"Wah akhirnya Miss. Jepang kita bisa membawa calon dokter untuk datang ke pesta kita." Hayoung tertawa mendengar ucapan kekasihnya. Semuanya tertawa senang.
"Ayo bersenang-senang. Ini hari terakhirku dan Momo di Korea. Masa pertukaranku dan Momo sudah habis. Kami harus kembali ke negara kami. Kau harus mengingatku, Doyoung-ah. Kau teman pertama yang ku dapat saat menginjakkan kakiku di Korea." Ten berujar serius pada Doyoung.
"Aku sudah dua tahun di Korea. Aku tidak mengenal siapapun saat tiba di Korea. Tapi, Yoonhee menyapaku dalam bahasa Jepang dan menjadi translatorku selama enam bulan. Dia juga mengajariku berbahasa Korea dan mengajariku arti pertemanan. Aku ingin menjadi temannya lagi di kehidupan selanjutnya." Momo mengeluarkan semua ungkapan hatinya pada temannya itu.
"Wah, hanya Yoonhee saja, ya? Kami tidak?" Joy bertanya penuh selidik.
"Iya, nona cerewet. Kau juga. Tapi, kau kebanyakan menghinaku daripada berteman denganku." Momo membuat wajah sok sinis di depan Joy. Joy cemberut.
"Sudah-sudah. Kita hanya harus fokus pada pesta ini. Jangan ada air mata. Kita hanya harus bersenang-senang hingga mabuk. Cheers..." Wonwoo mendentingkan gelasnya pada gelas seluruh orang yang ada di sana. Bahkan Yoonhee dan Doyoung ikut mendentingkan gelas mereka.
Setelah minum-minum hampir satu jam, mereka semua telah teler karena mabuk. Bahkan Wonwoo sang pemilik rumah sudah tidak berbicara normal lagi. Ten dan Momo satu-satunya yang tidak minum tersenyum.
"Bagaimana Ten? Apa lakukan rencananya sekarang?" Momo sedikit meminum soju yang di minum oleh Yoonhee tadi. Ten mengangguk pelan.
"Ya, kenapa tidak? Kau bawa dia ke kamarnya. Biar aku bawa yang satunya. Aku sudah minta izin pada Wonwoo untuk meminjam satu kamar." Momo mengangguk. Dia menarik tubuh seorang gadis hingga ke sebuah kamar.
Hal yang sama di lakukan oleh Ten. Tapi itu adalah Doyoung. Ternyata Ten dan Momo berusaha untuk membuat Doyoung dan Yoonhee agar bisa lebih dekat. Sebenarnya hanya untuk membuat mereka canggung.
Yoonhee yang di letakkan di kamar itu terbangun setelah tertidur selama dua jam. Ia melihat jam tangan hadiah dari kakak iparnya yang sekarang tinggal di New York menemani kakak Yoonhee yang bekerja sebagai Direktur cabang perusahaan ayah mereka. Kepalanya masih sangat pusing karena ia tidak biasa minum.
"Doyoung..." Yoonhee bergumam kecil saat melihat Doyoung ada di sampingnya tengah tertidur pulas. Dia menggoyangkan tubuh Doyoung kecil agar pria itu bangun.
"Euuuunghhh..." suara serak Doyoung yang terkesan seksi menyapa pendengaran Yoonhee. Doyoung mengerjapkan matanya dan menatap Yoonhee dengan pandangan menyipit karena bau alkohol masih mempengaruhi.
"Kenapa kau tidur di sini? Aku mau pulang. Kalau mau tidur, tidur saja." Yoonhee menyatukan seluruh helaian rambutnya dan menguncirnya ke atas hingga leher jenjangnya terekspos. Doyoung yang melihat semua itu tentu saja menelan liurnya kasar. Bagaimanapun dia pria normal yang memiliki nafsu
Doyoung langsung menarik Yoonhee ke depannya dan mencium bibir gadis itu ganas. Yoonhee berusaha untuk menyadarkan Doyoung dengan memukul dada bidang pria itu. Tapi percuma. Pria itu masih dalam pengaruh alkohol. Kepala Yoonhee serasa di pukul oleh palu raksasa dan pening yang mendera tiada henti. Akhirnya gadis berusia dua puluh tahun itu hanya pasrah pada keadaan. Ia hanya berdoa agar Doyoung tidak melakukan hal di luar batas padanya.
Nafas Yoonhee makin pendek dan deru nafas satu-satu karena kehabisan oksigen. Doyoung yang mengerti hal itu melepas tautan bibir mereka. Dengan rakus, Yoonhee menghirup nafas dengan cepat. Doyoung yang masih di bawah pengaruh alkohol langsung menarik gadis yang seusia dengannya itu ke kungkungannya. Menatap mata bulat itu dalam dan kembali mencium bibir ranum itu penuh nafsu.
Ciuman Doyoung terasa amat memabukkan bagi Yoonhee. Hingga ia tidak sadar saat Doyoung membuka kancing pakaiannya dan pakaian pria itu sendiri. Tangan Doyoung dengan nakal memegang dada Yoonhee tanpa risih sama sekali.
Hingga hal yang akan merubah nasib dan takdir mereka di kemudian hari. Mereka tidak sadar akan perbuatan mereka yang akan membuat kehidupan mereka berubah seratus delapan puluh derajat.
***
Doyoung terbangun di pagi hari dengan keadaan terkejut. Ia melihat Yoonhee yang juga tengah tertidur di sampingnya. Yoonhee yang bangun setelah Doyoung terkejut.
"Ada apa ini? Kenapa aku—" Yoonhee menjambak rambutnya frustasi. Doyoung yang melihatnya hanya terdiam. Dia tidak tahu dan tidak ingat apa yang terjadi semalam. Seingatnya, mereka hanya berpesta untuk merayakan perpisahan mereka dengan teman mereka yang akan pulang ke negaranya masing-masing. Lalu mereka mabuk dan—
Doyoung terkejut mendengar suara pintu tertutup. Yoonhee masuk kamar mandi setelah mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai. Setelah dua menit, Yoonhee keluar dengan pakaian rapi.
"Aku akan pulang. Anggap saja ini hanya mimpi atau apapun." Doyoung berujar pelan. Yoonhee yang mendengarnya mengangguk.
"Aku pulang dulu, Doyoung-ah. Annyeong..." setelah dari kejadian itu, mereka tidak pernah bertemu lagi.
To be continue
Halo! Ini posting pertamaku di wattpad dan buat pairing yang agak aneh kali ya(?) tahu sih nama Yoonhee itu kunoooo banget buat di jadiin nama original chara, tapi aku suka.
Kenapa sih milih si Doyoung aka si ikan duyung aka si dugong jadi main cast? #sorryitupanggilankesayangan
Because he's a bias in NCT band. Kenapa harus si Doyoung? Kan masih ada si Taeyong yang gantengnya ngelebihin tokoh animasi? Entah, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Marriage
FanfictionTidak ada persahabatan yang murni antara pria dan wanita. Selalu ada cinta yang mengiringinya -Seoulotus Cast: Kim Doyoung 20 y.o Kim Yoonhee 20 y.o credit poster by blackangel@indofanfictionsarts 04012017-? 🚫DISCONTINUED🚫