1

837 57 4
                                    

"Selamat, anda tengah mengandung. Usia kandungan anda satu bulan. Tolong di jaga dengan baik. Trimester pertama rentan mengalami keguguran. Selamat nona Kim." perkataan dokter masih terngiang-ngiang di benak yeoja itu. Bagaimana ia mengatakan hal ini pada orang 'itu'?

"Hei, kenapa melamun? Kau sedang memikirkan sesuatu ya, Kim Yoonhee?" yeoja itu tersentak. Dengan cepat ia menoleh dan menatap namja yang merupakan sahabatnya itu.

"Youngjae-yya! Kau mengagetkanku. Kenapa kau suka sekali melakukan itu sih? Nappeun namja." Youngjae tertawa renyah mendengar sahabat dekatnya mengumpat kepadanya.

"Mian. Kau sepertinya sangat stres belakangan ini. Memangnya kenapa? Apa ada yang mengganggumu?" Yoonhee menggeleng pelan. Tidak mungkin kan dia bilang jika dia tengah berbadan dua.

"Ani, gwenchana. Kau darimana? Dimana Joy?" Youngjae mengangkat bahunya acuh. Yoonhee malah mengerutkan dahi melihat gelagat sahabatnya yang acuh pada keberadaan kekasihnya.

"Nan molla. Dia tidak kelihatan dari tadi pagi. Aku ingin bertanya pada Hayoung, yeoja itu malah menghadiahiku suara desahan erotisnya bersama Junhong." Yoonhee terkekeh geli mendengar keluhan Youngjae pada Hayoung.

"Oh, kau benci kata itu, kan? Mian, aku tidak sengaja. Yeoja yang suka pergi ke gereja pasti tidak pernah mendengar hal mengerikan seperti itu." ah masa? Buktinya dirinya sekarang tengah berbadan dua.

"Ani, gwenchana. Ya sudah, aku pergi ya? Annyeong.." yeoja itu berlalu tanpa mendengar jawaban dari namja yang mengobrol dengannya.

"Huh, kebiasaan. Dimana sih Joy? Aku butuh tubuhnya..." namja itu berujar penuh gelisah.

***

Yoonhee merebahkan dirinya di ranjang miliknya. Setelah sampai apartemen, dia hanya menonton acara televisi yang membosankan. Yoonhee meraba sekitar. Ketemu. Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada orang itu.

'Apa kita bisa bertemu? Aku ingin mengatakan sesuatu.'

Yoonhee menunggu sekitar dua puluh menit untuk mendapat balasan dari orang itu.

'Ya. Nanti sore saja di Friday Cafe.'

Yoonhee melempar ponselnya sembarang arah. Dia lebih memilih memejamkan matanya hingga sore menjelang. Dia merasa orang itu agak menjaga jarak dengannya. Memang sejak dulu begitu. Mereka beda sekolah sampai Universitas. Bahkan sampai Yoonhee menuntut ilmu sebagai seorang dokter pun orang itu tetap pada impiannya pada bidang musik dan semua gemerlap dunia malam.

***

Seorang namja duduk dengan tidak sabaran di kursinya. Hal yang paling membosankan dan menguji kesabaran adalah menunggu seseorang. Dia melirik arloji rolex kesayangannya penuh kesal. Sejak tiga puluh menit lalu ia menunggu seseorang yang meminta janji bertemu dengannya. Dia mengetuk-ngetukkan kaki dan jari tangannya karena bosan.

"Mian. Apa kau menunggu lama?"  namja itu mendongak. Ia mengangguk singkat membenarkan tebakan orang di depannya.

"Kenapa lama sekali? Kau tidak lupa jika aku benci melakukan hal ini, bukan?" yeoja itu mengangguk. Dia duduk dan menatap namja itu. Menghela nafas dan ia berujar pelan.

"Aku hamil." namja itu terdiam. Jari tangannya yang tengah mengetuk ke meja cafe berhenti di udara.

"Mwo?" namja itu berusaha untuk memperjelas pendengarannya.

"Aku hamil, Kim Doyoung. Aku hamil anakmu." yeoja itu berujar pelan, lebih mirip mencicit. Namja itu-Doyoung-, terpaku menatap mata bulat yeoja itu. Berusaha mencari kebohongan atau sedikit tatapan canda di sana. Tapi nihil. Hanya ada tatapan keseriusan yang terpancar.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang