6

713 50 2
                                    


Previous

Doyoung menghela nafas dan menghembuskannya perlahan. Matanya menatap manik cokelat Yoonhee serius.

"Bisakah kau cuti kuliah hingga melahirkan?" Yoonhee menatap Doyoung tidak percaya.

"Apa maksudmu? Aku cuti kuliah? Kenapa? Ada apa?" Yoonhee balik menatap manik jelaga Doyoung penuh tanya. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Kau harus bedress. Kandunganmu lemah..." Yoonhee terdiam mendengar segelintir kalimat yang di ucapkan Doyoung.

Happy reading!!!

Author POV

Yoonhee masih terdiam mencerna setiap kata yang di lontarkan Doyoung padanya. Bagaimana bisa dia bedress? Dia harus menyelesaikan pendidikannya. Dia tidak bisa meninggalkan semuanya begitu saja.

"Aku... tidak bisa. Bagaimanapun caranya, aku harus tetap kuliah. Kau tidak perlu khawatir. Aku yang paling tahu kondisiku. Aku pasti bisa." Doyoung menatap Yoonhee diam. Dia sudah menduga bahwa Yoonhee akan menolak hal itu. Sejak dulu seperti itu. Dia akan melakukan apapun untuk mencapai tujuannya.

"Tapi kandunganmu lemah. Kau tidak bisa mengabaikan fakta itu. Sadarlah akan keadaanmu sekarang ini. Kau tinggal memilih, karirmu atau bayi ini. Jika kau memilih karirmu, kau akan menyesal di kemudian hari." Doyoung berujar sedikit tajam. Dia sudah lelah akan sifat keras kepala Yoonhee yang tidak pernah berubah bahkan setelah dewasa.

"Karir bisa kau kejar setelah kau melahirkan. Aku tidak akan melarangmu. Aku janji. Tapi untuk kali ini saja, tolong turuti perkataanku. Cuti kuliah dua semester dan kau bisa melanjutkannya setelah melahirkan. Bagaimana?" Yoonhee masih diam. Apakah bisa? Dia akan lulus di usia dua puluh lima jika dia cuti kuliah selama setahun. Tapi kandungannya? Dia tidak bisa mengabaikan bayinya.

"Baiklah. Aku akan menuruti perkataanmu." Doyoung menghela nafas lega. Untung gadis itu mau menuruti ucapannya.

'Kruyuuukkk!'

Suara perut membuat mereka berdua mendongak. Doyoung menggaruk belakang kepalanya karena malu. Yoonhee hanya menggeleng dan berusaha bangkit. Tapi, Doyoung menahannya.

"Kau mau kemana?" Yoonhee mengerutkan dahi. Dia bertanya mau kemana? Ya tentu saja memasak.

"Aku mau ke dapur. Kau lapar, kan? Aku akan memasak." Doyoung menarik Yoonhee untuk duduk dan berujar pelan.

"Kau tidak boleh bekerja yang berat-berat. Itu pesan dokter tadi. Maaf aku membawamu ke rumah sakit. Tidurmu sangat pulas tadi. Aku khawatir melihatmu tidur sampai tidak bangun begitu." Yoonhee terkejut. Dia di bawa ke rumah sakit dan tidak sadar akan hal itu?

"Begitu ya? Jadi kau bagaimana? Kau lapar kan? Biar aku masak kali ini saja." Yoonhee masih berusaha bangkit. Doyoung malah makin menahan Yoonhee.

"Tidak usah. Aku bisa pesan makanan saja. Kau mau sesuatu? Biar ku pesankan di restoran kesukaanku." Yoonhee menimang-nimang. Dia memang lapar. Rasanya ramen pedas enak di makan untuk saat ini.

"Aku ingin makan ramen pedas saja. Ku rasa aku ingin itu." Doyoung membelalakkan matanya. Makanan pedas? Tidak, bukankah itu tidak baik bagi kandungan?

"Tidak untuk ramen pedas. Kau bisa meminta apapun asal jangan yang membahayakan kandunganmu. Kau bisa menyusahkanku bila perlu, tapi tidak bila membahayakan kandunganmu." Yoonhee yang mendengarnya mengerucutkan bibirnya. Dia sangat ingin makan ramen pedas. Lidahnya rasanya sudah tidak sabar menikmati mie pedas itu.

"Ayolah Doyoung-ah. Aku ingin ramen pedas. Sedikit juga tidak apa-apa. Asal aku merasakannya. Yayayaya?" Doyoung menggeleng.

"Makanan pedas tidak akan membuat kandunganku dalam bahaya. Kalau tidak boleh, aku minta sashimi saja. Yayaya?" Doyoung makin menggeleng lagi mendengar permintaan Yoonhee.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang