11

709 55 17
                                    

Previous

"Dimana bayi kalian? Apa kalian tidak membawanya? Ya ampun aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi nak. Kau sangat tampan dan baik. Pasti bayi kalian akan menuruni sifatmu sebagai ayahnya." bibi itu terus berujar. Dia tidak sadar akan Doyoung yang menatap Jennie sendu dan Jennie yang balas menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Happy reading!!!

Author POV

Doyoung terdiam menunduk di tatap dengan tatapan intimidasi Jennie. Dia merasa seperti tahanan di penjara Albatras yang sangat ketat penjagaannya di seluruh dunia. Jennie seperti hakim yang akan menguliti terdakwa saat ini juga.

"Katakan. Kau sudah menikah? Kapan? Seberapa lama? Dan dengan siapa?" Doyoung mendongak. Matanya menatap mata Jennie yang balas menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Sungguh, tatapan Jennie ini menyiksa Doyoung. Rasanya seperti di pecut oleh cambuk. Perih.

"Enam bulan yang lalu. Aku menikahi Yoonhee. Kim Yoonhee." Doyoung berujar jujur. Baginya berkata bohong pun percuma. Itu akan menyakiti Jennie lebih dalam lagi. Seperti kata Hayoung. Dia tidak bisa menyembunyikan bangkai lebih lama lagi. Baunya tetap akan tercium juga. Sekarang adalah bagian Jennie dan nanti Yoonhee pasti mengetahuinya lambat laun.

"Dia? Haha, dasar wanita tidak tahu malu. Tidak ingatkah kau pada kejadian lima tahun lalu? Dia sudah menyakitiku. Dia membuatku terluka agar aku tidak bisa bersamamu. Dia gadis jahat." Jennie menekan kata terakhirnya dengan sinis. Doyoung hanya diam. Walau dia tidak mampu menatap mata Jennie, dia tidak menyesal mengakui Yoonhee sebagai istrinya. Dia seakan bangga mengakui wanita itu sebagai teman hidupnya.

"Aku... maafkan aku. Aku tidak jujur padamu." Jennie menggertakkan giginya. Hatinya seakan di remas oleh ribuan tangan atau lebih parah.

"Tinggalkan dia. Tinggalkan dia dan nikahi aku. Akulah yang kau cintai bukan? Bukan wanita itu? Aku bukan yang ada di hatimu?" Jennie meruntut semua pertanyaan itu. Doyoung tidak bisa menjawabnya. Dia tidak mungkin meninggalkan Yoonhee. Itu adalah tanggung jawabnya dan dia tidak bisa meninggalkan Jennie.

"Tidak, aku tidak bisa. Yoonhee.... aku tidak bisa meninggalkannya. Dia mengandung anakku. Aku tidak bisa." Doyoung menggeleng. Separuh hatinya membenarkan argumennya, tapi separuhnya menentang. 'Bukan, bukan bayimu alasan utamamu. Kim Yoonhee lah alasanmu tidak bisa meninggalkannya dan memutuskan ikatan kalian. Kau mencintainya, Kim Doyoung.'.

"Tidak! Kau harus meninggalkannya. Aku bisa memberimu keturunan. Keturunan yang bahkan lebih baik daripada yang dia berikan padamu. Aku bisa memberimu anak. Aku wanita normal. Aku bisa memberimu keturunan!" Jennie berteriak. Matanya merah nyalang karena emosi yang menguasai kepalanya.

"Katakan! Kau akan meninggalkannya dan pergi padaku, bukan? Kau akan bersamaku, kan? Katakan Kim Doyoung!" Jennie setengah berteriak. Ia sekarang takut. Ia takut jika Doyoung akan lebih memilih Yoonhee daripada dirinya. Bukankah wanita itu tengah mengandung anak Doyoung? Doyoung pasti akan lebih memilih darah dagingnya daripada Jennie.

"Aku tidak bisa. Dia tanggung jawabku. Bayinya adalah anakku. Aku tidak bisa. Maafkan aku Jennie-yya..." Doyoung memegang tangan Jennie lembut seperti dia membelai perut buncit Yoonhee.

Jennie hanya diam. Dia menarik tangannya kasar dari genggaman tangan Doyoung yang lembut. Matanya nyalang dengan air mata mengalir di kedua pelupuk matanya. Doyoung hanya mampu terdiam. Jika Jennie bisa sesesak ini, bagaimana dengan Yoonhee? Apa wanita itu akan terluka? Apa dia akan menjerit hingga meraung di hadapan Doyoung? Doyoung tidak tahu. Walau dia sahabat wanita itu, dia tidak pernah melihat Yoonhee menjerit sedih karena seorang pria. Bahkan Youngmin sunbae sekalipun.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang