8

591 54 14
                                    

Previous

"Maaf, aku lama tuan Kim." suara lembut seorang wanita membuat Doyoung menoleh.

"Ya, tidak apa-apa nona-" Doyoung menghentikan ucapannya melihat orang yang berdiri di depannya.

"Jennie-yya..."

"Doyoung-ah..."

Happy reading!!!

Mereka berdua masih saling bertatapan. Seakan semua kelebatan masa lalu mengambang ke permukaan dan kembali menguap. Meluluh lantahkan perasaan dan hati mereka. Menghentikan kinerja tubuh dan otak yang tidak singkron dengan hati mereka. Blank. Semuanya menjadi buyar. Setiap kalimat yang telah terancang di otak hilang entah kemana.

Bunyi gelas yang beradu dengan meja membuat perhatian mereka berdua kembali fokus. Jennie duduk di kursi cafe yang bersebrangan dengan kursi Doyoung. Suasana canggung jelas sangat terasa di antara mereka berdua. Sungguh, rasanya Doyoung ingin di jebloskan saja ke dalam penjara. Penjara milik Hades juga tidak apa-apa. Yang penting tidak berhadapan dengan gadis ini.

"Ekhem,..." suara deheman singkat dari Jennie membuat Doyoung malah makin gugup. Kenapa dari sekian banyak orang di dunia ini, kenapa harus bertemu dengannya? Dan di saat dirinya sudah beristri?

"Bagaimana kabarmu?" pertanyaan yang cukup bersahabat bagi dua orang yang sudah lama tidak bertemu. Mungkin sudah lima tahun? Entahlah, Doyoung tidak begitu ingat. Atau berusaha melupakannya.

"Aku baik. Bagaimana kabarmu? Kau... tambah cantik." dasar mulut sialan. Kenapa malah memuji dirinya? Bagaimana jika Yoonhee mengetahuinya? Tidak. Dia kan di rumah. Dua sisi dirinya saling berdebat satu sama lain. Saling mempengaruhi dirinya sendiri. Dan yah, sisi egoislah yang menang. Karena memang begitulah kenyataannya. Jennie bertambah cantik setelah lima tahun tidak bertemu.

"Terima kasih. Kau... juga makin tampan." semburat merah muncul di pipi Doyoung. Walau hanya setipis tisu toilet. Hening. Hanya suara-suara para pelayan cafe dan pelanggan yang bergema di penjuru cafe itu.

"Apakah kau dari Do Myung Company? Jadi kau yang akan menangani proyek ini?" Doyoung mengangguk. Ia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Diam. Entah apa yang di fikirkan pria berusia dua puluh tahun itu.

"Ya. Aku yang menangani proyek ini. Mungkin ini jadi proyek pertamaku di dunia bisnis. Mohon kerja samanya." Doyoung membungkuk sedikit pada Jennie. Jennie malah tersenyum pada Doyoung.

"Ini juga jadi yang pertama bagiku. Mohon kerja samanya juga." senyum Jennie terasa seperti buliran hujan yang membasahi tubuh Doyoung. Sama seperti dulu. Dan akan seperti dulu. Mungkin.

"Ah ya, lalu apa yang harus kita lakukan pertama kali? Aku sangat gugup sebelumnya. Ku kira aku akan bertemu pengusaha tua genit yang sangat cerewet. Untunglah tidak secanggung ini." Doyoung seakan kembali terbius oleh tawa ringan itu. Tatapan matanya hanya terfokus pada gadis di depannya. Tidak ada yang lain. Bahkan Yoonhee sekalipun.

"Baiklah begini saja, bagaimana jika kita mengobrol santai sambil membicarakan proyeknya? Bagaimana?" Jennie mengangguk. Ia lantas menyeruput kopi miliknya yang masih mengepulkan asap panas.

***

"Kau jadi tambah gemuk sekarang. Doyoung mengurusmu dengan baik sepertinya." Hayoung berujar pelan. Matanya masih fokus pada diktat kedokteran miliknya. Yoonhee mengangguk sembari memakan biskuitnya.

"Yah, habis. Aku masih ingin memakannya. Hayoung-ah, Joy-ah, kalian mau tidak menemaniku membeli biskuit? Di supermarket? Ayolah. Aku tidak berjalan kaki kok. Aku pakai kursi roda itu." Yoonhee menunjuk kursi roda di pojok kamar. Hayoung dan Joy mengangguk.

Our MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang