Judul: The Last Goodbye
Part : Satu
Oleh : Al-Dhimas & S. Azarian
Cast : Eren Jaegar & Mikasa Ackerman (and other Attack on Titan's character)
Disclaimer: Karakter aslinya milik Isayama-sensei, dan ceritanya milik duo nista bin gaje ini. //plak
-Aku sekarat, setidaknya itulah yang terjadi pada jasadku. Berbagai selang dan alat-alat canggih menopang kehidupanku yang nyaris di ujung tanduk. Tubuh kurus dan kulit pucat yang sudah lima tahun tak membuka mata. Aku hanya bisa melihat jasadku dari sudut kamar VIP rumah sakit ini, ya, aku adalah arwahnya.
Terkadang rasa frustasi membuatku ingin melepaskan alat-alat penopang kehidupan itu agar aku segera pergi ke alam baka. Sayangnya, arwah sepertiku tidak bisa menyentuh apapun selain udara hampa. Seakan sebagian diriku masih ingin berjuang untuk bangun dari koma, yah ... setidaknya ada seorang gadis yang setiap hari menangis di samping jasadku. Ialah satu-satunya alasan aku bertahan.
"Eren, hari ini adalah hari jadian kita yang ke enam tahun. Kau bilang kita akan menikah, kumohon bangun," pinta gadis itu, lirih.
Salahku membuat janji sebesar itu, salahku membuat seorang gadis menghabiskan lima tahun hidupnya hanya untuk menangisi pria tak berguna sepertiku. Mikasa adalah gadis baik yang pantas mendapat kebahagiaan. Seandainya aku diberi kesempatan untuk bangun dari koma, aku akan memakai kesempatan itu untuk memintanya mencari pria lain dan hidup bahagia. Setelah itu mungkin aku bisa mati dengan tenang, entahlah ... itu hanya asumsiku.
"Dia gadis yang baik, ya?" tanya seseorang.
Aku mengangguk mantap, tanpa peduli dari mana suara itu berasal. Sedetik kemudian aku sadar dan langsung menatap sumber suara itu. Seorang pria dengan jubah hitam, mungkinkah dia malaikat maut? Aku tidak akan terkejut jika dia datang ke sini untuk menjemputku. Bibirku terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu, namun pada akhirnya kutelan lagi.
"Idemu yang barusan itu lumayan juga, mau mencobanya?" tanya pria itu. Sebagai malaikat maut, ia tak tampak menyeramkan seperti di film horror, tapi juga tak tampak tampan seperti di film romansa.
"Maksudmu? Dan tolong perkenalkan dirimu karena aku mulai merasa aneh dengan penampilan dan sikapmu," pintaku. Suaraku yang terbiasa berkata angkuh mungkin belum hilang meski sudah hampir lima tahun tak kugunakan.
"Tcih! Aku ini malaikat maut, menurutmu aku punya nama dan sopan santun?" tanya pria itu. Ia menghentakkan kakinya di hadapanku yang masih berjongkok memeluk lutut, memaksaku mendongak menatap wajahnya.
"Jadi maumu apa? Kalau kau mau menyelesaikan tugasmu, cepat cabut nyawaku dan seret aku ke neraka," sungutku.
"Eren Jaegar, jangan tolol. Aku akan sangat berterima kasih kepada Tuhan jika tugasku hanya sesederhana itu," ujarnya. Ia mengarahkan sepatu boots hitamnya ke pundakku, menekannya sekuat mungkin ke dinding.
"Arggh, sa--sakit! Aku bukan malaikat, mana mungkin aku tau tugasmu serumit apa. Dasar tolol," sahutku sambil meringis kesakitan. Aku tak tahu kalau ternyata arwah pun bisa merasakan sakit.
Ia menendang daguku sekuat tenaga dan membuatku tersungkur di lantai. Aku langsung menyudutkan diri ke sisi ruangan yang jauh darinya. Ia tak tampak marah, wajahnya begitu menyebalkan tanpa emosi. Baru saja aku ingin protes dengan sikapnya, ia langsung berdiri di hadapanku.
"Jadi, aku harus membantumu menyelesaikan urusan duniamu. Bangunlah dan jangan membuatku muak,"
Aku bangkit dengan dagu yang masih terasa sakit, aku harus waspada jika dia berniat menghajarku lagi. Malaikat maut ini ternyata jauh lebih pendek dariku, mungkin tingginya hanya 160 cm. Rambutnya dibelah tengah menampilkan jidatnya yang cukup lebar.
"Bagaimana caraku menyelesaikan urusan itu jika aku masih terlelap dalam koma? Dan aku rasa aku hanya perlu memutuskan hubungan dengan Mikasa agar ia tak menungguku lagi, kan?" tanyaku.
Ia menatapku tajam, membuat kerutan di antara alisnya tampak semakin jelas. Bukannya menjawab pertanyaanku, ia justru berbalik badan, "tentu saja aku akan memberitahumu nanti. Jadi, sampai jumpa besok manusia malang."
"He--hei, Chibi. Kalau kau tak memberitahuku namamu, aku akan memanggilmu Chi--"
Bruak!
Belum selesai aku mengucapkan kata-kataku, ia langsung berbalik badan dan menendang perutku sekuat tenaga. Matanya menatapku sinis, aku hanya bisa meringis pelan sambil bersujud memegangi perutku.
"Siapa yang kau panggil Chibi? Aku bisa membiarkanmu menjadi arwah penasaran selamanya," ujar Malaikat maut itu. Sedetik kemudian ia menghilang tanpa jejak.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Goodbye
FanfictionSebuah kecelakaan tragis yang menimpa Eren Jaegar membuatnya harus terbaring koma selama lima tahun. Tanpa sedikitpun harapan untuk hidup, selain sebuah keajaiban. Namun keajaiban itu datang padanya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki...