7. Eren

466 45 11
                                    

Judul: The Last Goodbye
Part : Tujuh
Oleh : Al-Dhimas dan S. Azarian
Cast : Eren Jaegar X Mikasa Ackerman (and other Attack on Titan's character)
Disclaimer: Hajime Isayama-sensei selaku mangaka asli Attack on Titan, kami hanya numpang tenar pakai cerita gaje ini. Mohon izinnya. -/\-)
-

Aku buru-buru meninggalkan cafe itu, satu hariku habis begitu saja tanpa menghasilkan apapun. Rasanya sangat muak mendengar semua jawaban yang Armin dan tunangannya lontarkan. Saat mereka seenaknya menyebut nama Mikasa seperti penjahat. Aku takkan sudi menyakan hal apapun lagi kepada Armin atau tunangannya yang sok tahu itu.

Aku berdiri di halte bus yang kebanyakan penunggunya gadis remaja. Udara di luar sini sangatlah dingin dan membuatku mengurungkan niat untuk menunggu taxi lewat. Aku cepat-cepat menghubungi Jean dan memintanya untuk menjemputku.

"Eren?"

Aku menoleh ke sumber suara itu, seorang siswi SMA yang tengah memegang ponselnya. Sedetik kemudian aku sadar apa yang baru saja kulakukan.

"Eren Jaegar! Kau benar-benar Eren Jaegar!" pekik siswi SMA itu.

Semua orang yang mendengar terikkan gadis itu langsung menoleh ke arahku. Aku langsung berlari secepat mungkin, menembus rintikan salju dan jalanan licin yang mempersulit langkahku. Gadis-gadis itu masih terus mengejar dan meneriaki namaku.

"Sial ... bagaimana mungkin
hari ini bisa lebih buruk lagi," sungutku.

Aku berlari menuju sebuah pusat perbelanjaan, mesuk ke dalam gang-gang kecil yang kumuh. Harusnya aku tak terlalu yakin kalau orang-orang telah menganggapku mati. Ah, bodohnya aku. Aku hanya terus berlari tanpa menoleh ke belakang, membelah keramaian yang semakin lama semakin berkurang. Sampai akhirnya aku berada di gang buntu yang sangat sepi. Kurasa gadis-gadis itu sudah tidak mengikutiku lagi.

Aku menghela napas lega, hari ini benar-benar buruk. Ponselku berdering, kulihat nama Mikasa bertengger manis di layar ponselku. Tanpa pikir panjang aku langsung mengangkatnya.

"Eren?! Kau kemana saja? Kata Jean kau pergi untuk menemui Armin, apa kalian sudah bertemu?" tanya Mikasa bertubi-tubi.

"Ya," sahutku. Apa sekarang saat yang tepat untuk membahas itu?

"Ja--jadi, apa kau masih bersamanya?"

"Tidak, aku akan pulang secepat mungkin. Hanya ada sedikit masalah di sini, tapi kau jangan khawatir. Aku baik-baik saja," ujarku mencoba meyakinkan Mikasa.

"Masalah apa?! Bagaimana aku tidak khawatir kalau kau mendapatkan ma--"

Tuut. Aku memutuskan panggilan itu sepihak, Mikasa tidak akan pernah berhenti mengkhawatirkan aku. Begitulah dia yang selama ini kukenal. Hanya saja, sekarang ia jadi mudah panik dan menangis--kurasa. Apapun itu, ia pasti hanya tidak ingin kehilangan aku lagi.

"Hei, apa kau butuh tempat berteduh?" tanya seseorang.

Aku terlonjak kaget, seorang gadis berwajah sinis tiba-tiba saja berdiri di belakangku. Rambutnya berwarna pirang sebahu dan diikat seadanya, ia memakai mantel musim dingin yang jauh dari kata modis. A--apa dia mengenaliku? Ah, dia tampak tenang dan sepertinya tidak menyadari siapa aku yang sebenarnya.

"Y--yah, aku sedang menunggu jemputan temanku," sahutku sedikit gugup.

"Di tempat seperti ini? Oh ayolah, rumahku ada di dekat sini kok. Nanti kau akan kuantar pulang," tawar gadis itu.

"Baiklah, kalau kau tidak keberatan," ujarku, menerima tawarannya.

-

Di luar dugaanku, ia adalah gadis yang sangat ramah. Meskipun wajahnya terkesan sinis, tapi ia memperlakukan orang asing sepertiku dengan sangat baik. Ia tinggal di sebuah apartemen mungil yang sangat terawat. Ada banyak bunga hias dan pernak-pernik wanita yang sangat kontras dengan penampilannya.

The Last GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang