10. Eren

360 36 14
                                    

Judul: The Last Goodbye
Part : Sepuluh
Oleh : Al-Dhimas dan S. Azarian
Cast : Eren Jaegar X Mikasa Ackerman (and other Attack on Titan's character)
Disclaimer: Hajime Isayama-sensei selaku mangaka asli Attack on Titan, kami hanya numpang tenar pakai cerita gaje ini. Mohon izinnya. -/\-)
-

Tepat setelah Armin dan Historia pergi, pandanganku tak lepas pada Mikasa yang masih berusaha mengendalikan emosinya. Aku tidak bisa berkata apa-apa, rasanya seperti berhadapan dengan orang yang sama sekali asing. Mikasa yang kukenal selalu tampak tenang, dewasa, penuh pengertian, dan tangguh. Lima tahun memang bukanlah waktu yang singkat, tetapi aku masih tidak menyangka Mikasa akan berubah sederastis ini.

Helaan napas panjang Mikasa memecah keheningan, akhirnya ia mengangkat wajahnya yang sejak tadi ditundukkan.

"Jean, apa kau ingat skandal lima setengah tahun lalu soal aku yang menjalin hubungan dengan seorang model blasteran itu?" tanya Mikasa.

"Oh, ya? Kurasa hal seperti itu sering terjadi saat kalian masih aktif menjadi aktor dan aktris?" ujar Jean, ia menggaruk tengkuknya, mengisyaratkan perasaan tidak nyaman saat menjawab pertanyaan Mikasa.

"Yah, memang. Itu hanya berita palsu dan semua ahli fotografi yang kukenal juga membuktikan bahwa foto yang tersebar hanyalah editan. Aku juga berhenti menerima tawaran kerjasama yang melihatkan model itu, bahkan sampai hari terakhirku sebagai aktris pun aku tidak bertatap muka dengannya. Aku berani bersumpah kalau aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya! Aku--"

"Mika, tenanglah. Aku percaya padamu," ujarku memotong penjelasan Mikasa yang kurasa terlalu menyakitkan untuk didengar. Aku mengisyaratkan Jean untuk meninggalkan kami berdua, ia mengangguk dan langsung pergi ke lantai atas.

"Aku takut, Eren, setahun pertama setelah kecelakaan itu, Armin dan pacarnya terus-menerus memintaku membantu mereka mengungkap pelaku sabotase itu. Bahkan sekalipun aku ingin mengiyakan permintaan mereka, rasanya semua hipotesa mereka hanya dirangkai untuk menyudutkanku. Sampai akhirnya kami bertengkar dan berhenti menghubungi satu sama lain. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang akan mereka katakan tentangku, yang aku takutkan adalah kau Eren; aku takut kau juga akan memercayai omong kosong mereka dan berakhir membenciku," ujar Mikasa dengan suara yang sangat menyedihkan.

Aku merengkuh tubuh kurus Mikasa dan mengusap kepalanya, "tidak pernah sedetikpun dalam hidupku terbesit pemikiran untuk membencimu, Mika. Ya ampun, kau ini terlalu meremehkan rasa cintaku," ujarku.

" ... tapi, kurasa tawaran mereka tidak ada salahnya dicoba. Aku tidak berniat kembali ke dunia hiburan, aku hanya ingin menghabiskan sisa hidupku dengan damai tanpa ada awak media yang mengikutiku kemana-mana. Tidak apa-apa kan kalau aku menerima bantuan mereka yang satu itu?" tanyaku.

Mikasa melepaskan dirinya dari rengkuhanku, matanya yang sedikit sembab menatapku. Dengan pelan ia menjawab, "kalau itu kemauanmu, aku tidak mungkin melarang, kan?"

"Baiklah, biar aku saja yang menghubungi mereka nanti. Kalau kau merasa tidak nyaman dengan mereka, kau tidak perlu terlibat dengan rencana ini," ujarku.

Mikasa hanya mengangguk sambil memaksakan seulas senyum. Jujur saja, aku memang tidak curiga sedikitpun pada Mikasa. Jika dia benar-benar selingkuh, untuk apa selama lima tahun ini dia selalu menjengukku di rumah sakit? Harusnya dia senang karena bisa leluasa menemui selingkuhannya itu. Namun pemikiran-pemikiran itu tetap saja menggangguku, dan kurasa bekerja sama dengan Armin dan Historia adalah satu-satunya cara yang paling mungkin kulakukan saat ini.

-

Tak lama setelah Mikasa pamit untuk pulang, aku kembali ke kamarku yang berada di lantai atas. Kulihat Jean tampak sibuk dengan gitarnya, memetik nada-nada tak beraturan dan sesekali mencoret-coret catatannya di dalam kamar.

The Last GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang