Hujan kembali. Dan aku sangat senang, tak banyak yang berubah pada dirinya. Namun aku bisa melihat garis wajahnya yang sedikit berbeda. Mungkin hanya aku yang menyadarinya.
Ia terlihat seperti lebih dewasa. Terlihat aura cantik dan bijaksananya. Aku cukup terpukau dengan gaya bicaranya sekarang. Ia memang seperti dulu, suka banyak cerita. Namun saat Hujan bercerita, bahasanya lebih teratur dan indah. Tidak berbelit dan seperti dulu-yang membuatku harus menghela nafas berkali-kali karena ceritanya yang lompat kesana-kemari.
Ternyata selama seminggu kemarin ia pergi, Hujan memang betul-betul pergi jauh. Ia lari ke negara orang untuk membuang perasaannya jauh-jauh. Mengubah dirinya menjadi lebih baik. Mengagumkan.
Bahkan aku bisa melihat senyum tulusnya saat ini. Ketika Matahari dan Pelangi bertukar cincin tunangan.
Aku teringat dengan perkataanku kepada Hujan saat di telepon. Ketika aku mengatakan kepadanya, jikalau hati itu adalah bunga, maka ada dua pilihan. Membiarkannya mati atau membiarkannya berkembang?
Dan aku rasa, Hujan bahkan sudah memupuknya.
Aku tidak sabar melihat siapa lelaki itu.