CINTA DAN SEHELAI BULU

201 21 4
                                    

Sudah satu jam pelajaran aku berbaring di kasur UKS. Ketiga siswa yang ikut bersamaku, sepertinya mereka terlelap cukup lama. Mengetahui keberadaan Shinigami dan kemampuannya dalam menghentikan waktu membuatku tidak bisa tenang. Aku tak bisa santai walau hanya untuk memejamkan mata.

Sebenarnya aku ingin tahu bagaimana bisa iblis bernama Nurarihyon itu berada di tubuhku? Apa alasan yang membuatku terpilih menjadi wadah kebangkitannya? Lalu mengapa Shinigami bersikeras membuatku menyetujui tawarannya? Aduh, benar-benar memusingkan.

Tidak betah berlama-lama di UKS, aku pun beranjak bangun lalu melangkah meninggalkan ruangan itu. Namun seorang siswi mencegatku. Agaknya dia yang bertugas menjaga UKS hari ini. Sebagai seorang gadis, nyalinya cukup besar untuk menghalangi pemuda bengal sepertiku.

"Minggirlah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Minggirlah!"

"Tidak, kamu masih belum pulih," tolaknya.

"Oh, aku ingat. Kau ini Risa, kan? Siswi yang katanya adik seorang artis itu," ujarku yang dijawab anggukan olehnya. "Kau tidak perlu mencemaskanku. Urus saja mereka yang di dalam sana."

"Kamu juga salah satunya, kan? Seorang dokter itu tidak pernah meninggalkan pasiennya. Ia akan selalu merawat semua pasiennya hingga sembuh," ucapnya penuh keyakinan.

Mendengar ucapan barusan sedikit membuatku geli. Untuk apa mengkhayal menjadi dokter? Apakah ia yakin ketika besar akan benar-benar menjadi seorang dokter? Akan tetapi harus kuakui dedikasi Risa terhadap tugasnya sangatlah besar. Bahkan, ia tidak gentar melarangku keluar ruangan. Gadis ini ... menarik juga.

"Namamu Raka, kan?" tanyanya menarik perhatianku.

"Tahu dari mana?" Aku balik bertanya.

"Aku sering mendengar teman-temanku membicarakanmu. Mereka bilang kamu itu sering memalak uang siswa di kelasmu."

"Haduh, sepertinya sifat burukku sudah ketahuan. Tenang saja, Risa. Aku tak akan memalakmu, kok."

"Kalau boleh tahu, mengapa kamu melakukannya? Kamu tahu kan kalau itu perbuatan yang tidak baik."

Dasar lugu. Atau mungkin perlu kusebut gadis yang bodoh? Ia pasti tidak tahu seberapa kerasnya hidup kepadaku. Hidup bergelimang harta memang tak perlu repot-repot memutar otak. Beda ceritanya jika itu hidupku. Perlu ribuan air mata dan tetes keringat demi mendapat sesuap nasi, itu pun jika beruntung.

Dunia ini tidak peduli pada orang-orang sepertiku. Kalau begitu, aku pun tak peduli pada perbuatan yang seharusnya dilarang. Siapa yang lebih dulu tidak peduli? Tentu bukan diriku. Aku cuma berusaha bertahan di tengah kerasnya medan pertempuran kehidupan.

"Kau tahu, Risa? Bukan salahku jika melakukan hal itu. Hidupku tidak sebaik hidupmu. Ibuku sudah meninggal, jadi hanya ayahku yang bekerja sekaligus mengurus rumah."

"Aku mengerti. Raka, maukah kau menemuiku saat istirahat nanti?"

Eh?! Apakah yang kudengar barusan itu nyata? Seorang gadis yang amat terkenal di sekolah dengan entengnya mengajakku bertemu? Maksudku, aku ini kan cuma sampah. Bisa bicara dengannya saja bagaikan mimpi buatku.

RAVEN II : THE OTHER [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang