LIMA BULAN telah berlalu, warga Pasir Angin seolah-olah telah melupakan kejadian naas itu. Badai yang mengerikan. Kini, semua aktivitas telah normal kembali. Bangunan-bangunan yang rusak telah diperbaiki oleh pemerintah daerah. Ummi Salamah dan ketiga anaknya pun telah mendapatkan tempat tinggal baru. Pemerintah daerah telah memperbaiki rumah Ummi Salamah yang ambruk. Ummi Salamah sangat senang karena rumah gubuk peninggalan suaminya bisa diperbaiki lagi. Gubuk itu bisa kembali dipakai untuk mereka bertahan hidup dari dinginnya udara luar.
Ummi Salamah juga tak lupa bersyukur kepada Allah karena telah menyelamatkan ketiga buah hatinya meskipun tidak untuk suaminya. Ummi Salamah berharap jika Abi Guntur suaminya itu bisa tenang di alam sana. Berkumpul dengan para ahli surga.
***
Meskipun kursi kayu buatan Abi Guntur yang selalu terpampang di halaman depan rumah sudah hancur, Ummi Salamah masih menemukan foto keluarga yang tergeletak di dekat reruntuhan pepohonan. Di foto itu nampak jelas Abi Guntur berpose dengan gaya kerennya, meletakkan kedua tangannya di pinggang. Berpakain kaos putih, dan tak lupa kopiah hitam yang setia menemani kepalanya. Ummi Salamah dengan baju gamisnya. Lengkap dengan kerudung berwarna ungu sama seperti gamis yang dikenakannya. Terlihat Ummi Salamah masih menggendong Hana dan perutnya yang buncit sedang mengandung Santi. Burhan yang masih berumur 6 tahun berpose seperti Abinya, meletakkan kedua tangannya di pinggang. Burhan mengenakan sarung berwarna cokelat dan kopiah biru, kopiah yang biasa Burhan pakai ketika mengaji di surau. Foto itu di ambil ketika mereka selesai melaksanakan salat Idul Fitri. Sungguh kenangan yang begitu indah.
***
Berangsur-angsur lengan Hana pun semakin membaik. Bekas operasi di lengan bagian kirinya sudah tidak terasa lagi bagi Hana. Bahkan, ia sudah lincah bermain-main bersama adiknya, Santi. Seolah-olah Hana telah melupakan rasa sakit di lengannya itu.
Hana memang gadis kecil yang kuat. Sama seperti Abinya, bekerja tanpa mengenal lelah untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya. Kuat dan tangguh, tak pernah mengeluh sedikit pun meski kadang hidup tak menentu. Walaupun Abi Guntur telah tiada, setidaknya Hana masih memperlihatkan kekuatan jiwa Abinya di dalam diri tangguhnya itu.
***
"Alhamdulillah anak-anak, sekarang kita sudah bisa pulang dari rumah Wak Tuti. Rumah kita sudah diperbaiki oleh pemerintah daerah setempat. Burhan, kau jaga adik-adikmu ya, kau harus jadi pengganti Abimu. Kau juga harus menjadi pemimpin bagi keluarga ini. Jaga rumah ini juga dengan baik, supaya Abimu juga senang di alam akhirat. Kau harus menjadi kebanggaan Ummi, Abi, dan kedua adikmu sayang" Ummi Salamah menasihati Burhan anak lelakinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Iya Ummi, Burhan akan selalu menjaga Ummi, Hana, dan Santi dengan sekuat tenaga Burhan. Burhan tak akan kecewakan Ummi, Burhan akan membanggakan Ummi dan Abi" Burhan memegang tangan Ummi Salamah, tanda meyakinkannya.
Ummi Salamah pun menciumi kening Burhan, disusul dengan ciuman ke kening Hana dan Santi anak gadisnya.
Lalu, mereka pun membersihkan rumah gubuknya itu sebelum menempatkan barang-barang ke dalam ruangan baru. Hana dan Santi sama sekali tidak membantu, mereka hanya bermain-main di sekitar halaman rumah. Apalagi Hana dengan tangannya yang belum benar-benar sembuh total. Kendati pun membantu, mereka hanya mengganggu. Hanya Burhan lah yang benar-benar membantu Ummi Salamah membersihkan rumah dah halaman sekitarnya. Mereka akan benar-benar memulai hidup barunya di rumah itu dan melupakan semua yang telah terjadi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Pelangi
SpiritualBurhan adalah seorang anak kampung yang tinggal di sebuah pedesaan di Pulau Sumatera. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya bernama Hana dan Santi. Mereka bertiga adalah anak dari Abi Guntur dan Ummi Salamah. Burhan memiliki seo...