Peringkat

54 1 0
                                    

KETIKA PENGUMUMAN hasil Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar, Burhan berhasil menempati peringkat dua terbaik di sekolahnya. Duta berada di bawah Burhan, peringkat ketiga. Sementara peringkat pertama diraih oleh musuh bebuyutan mereka dalam belajar, yaitu Sofi. Wanita yang cakap dalam berbagai mata pelajaran. Tetapi Burhan dan Duta sangat senang dengan pencapaiannya itu, sebanding dengan yang selama ini mereka perjuangkan. Belajar dan terus belajar, tanpa melupakan kewajiban mereka untuk beribadah kepada Allah. Menurut mereka, Sofi bisa meraih peringkat pertama Ujian Nasional karena mungkin ia lebih giat belajar dan beribadah daripada mereka.

"Dut, tak sia-sia selama ini kita belajar dan sering pergi ke surau. Ternyata ini salah satu hadiah dari Allah untuk kita, dapat peringkat tiga terbaik Dut" Ucap Burhan dengan bangganya.

"Tapi ini semua belum ada apa-apanya Bur. Kita harus lebih baik lagi setelah keluar dari sekolah ini, kita harus membuktikannya di sekolah baru kita" Ucap Duta lebih bangga.

"Aku setuju dengan kau, Dut. Kita harus buktikan kepada orangtua kita, kalau kita bisa membanggakan mereka, membahagiakan mereka, memuliakan mereka, dan membuat mereka terharu atas kesuksesan kita nanti!"

Ketika kedua sahabat itu berbincang, Sofi pun datang menghampiri mereka.

"Selamat ya buat kalian berdua, kalian hebat bisa mendapatkan peringkat kedua dan ketiga terbaik Ujian Nasional di sekolah kita ini" Sofi memberikan ucapan selamat kepada Burhan dan Duta.

Duta yang sejak lama kurang menyukai Sofi, hanya tersenyum tanpa berterimakasih kepada Sofi yang sudah memberikannya selamat. Alasannya sederhana, Burhan selalu kalah jika bersaing dengan Sofi. Dan sampai sekarang, Sofi belum bisa dikalahkannya.

"Sopanlah kau dikit Bur!" Bisik Duta.

"Oh iya terimakasih Sofi. Sebaiknya kami dahulu yang megucapkan selamat kepada kau, soalnya kaulah yang terbaik diantara kami berdua. Selamat ya, Sof", jawab Duta kepada Sofi.

"Terimakasih Duta, kata-katamu berlebihan sekali. Mungkin ini sudah menjadi rezekiku dari Allah, siapa tahu di sekolah yang baru, kalian bisa lebih baik dariku. Oh iya, setelah ini kalian mau daftar ke SMP mana?" Sofi mencoba untuk merendahkan hatinya.

"Kami berdua sudah sepakat untuk sekolah SMP di kota Kabupaten, Sof. Kalau kau sendiri mau kemana?" Tanya Duta.

Sementara, Burhan hanya mendengarkan pembicaraan Duta dan Sofi sambil memasukkan kedua lengannya ke dalam saku celana. Mencoba untuk tetap dingin tidak mengikuti pembicaraan mereka.

"Minggu depan aku akan pindah ke Bandung, Duta. Jadi, aku harus bersekolah disana. Sebenarnya kalau aku tidak pindah ke Bandung, aku pun akan sekolah di sekolah tujuanmu itu. Sekolah di Kabupaten itu bagus Ta, kata bapakku"

"Hah? Pindah ke Bandung?" Tanpa sengaja, Burhan pun masuk ke dalam pembicaraan karena Burhan terkejut mendengar Sofi akan pindah ke kota kembang itu.

Duta pun tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.

"Iya, Bur. Aku akan pindah ke Bandung, soalnya bapakku ditugaskan disana. Oh iya sebelum aku pindah ke Bandung, aku ingin minta maaf dahulu sama kalian, aku takut jika selama 6 tahun ini aku banyak berbuat salah sama kalian"

Mendengar perkataan Sofi, Burhan pun seakan tersadar bahwa Sofi itu adalah orang yang baik dan rendah hati. Ia tidak ingin memendam rasa kurang sukanya kepada Sofi berlama-lama, karena takut tidak bisa bertemu dengannya lagi.

"Oh tidak Sof, seharusnya aku yang meminta maaf sama kamu, aku sering berbuat salah, maafkan aku ya Sof sekali lagi!" Burhan gugup.

"Iya Sof, maafkan aku juga kalau ada kelakuanku yang membuat kau tidak enak, karena aku orangnya memang begini" Tambah Duta.

"Iya sebelumnya juga aku sudah memaafkan kalian kok. Sampai jumpa di puncak kesuksesan nanti ya Burhan, Duta" Sofi pun meninggalkan mereka dengan senyuman manisnya.

Burhan seakan tak rela melepas Sofi pergi. Selama 6 tahun bersama satu kelas dengannya, baru hari itu Burhan berkata tulus kepada Sofi. Meminta maaf atas semua kesalahannya, walaupun ia tahu Sofi tidak akan semudah itu memaafkannya.

Burhan sadar, bahwa bersaing dalam belajar itu adalah hal yang wajar. Tetapi persaingan itu jangan sampai dibawa ke dalam urusan pertemanan. Burhan semakin yakin, bahwa dirinya sangat siap untuk melanjutkan sekolah dengan bertambahnya kedewasaan setelah masa-masa Sekolah Dasar.

"Dasar kau, Bur...Bur. Setelah bertahun lamanya, baru kali ini kau meminta maaf pada Sofi. Untung kau keburu minta maaf, kalau tidak nanti urusannya 'kan berabe, Bur. Tidak terbayang jika Sofi tak akan bertemu lagi dengan kau, sementara kau belum meminta maaf. Apa kata dunia?" Duta mencoba menasihati Burhan.

"Yang lalu biarlah berlalu, Dut. Yang terpenting aku sudah meminta maaf sama dia. Dan yang harus kita pikirkan sekarang adalah berjuang untuk sukses" Burhan merangkul Duta hendak pulang ke rumah. Namun raut wajahnya berubah murung. Seakan melupakan titelnya sebagai peringkat dua terbaik di sekolah.

Di siang hari yang mendung itu, langit nampak mendung. Burung-burung pun tak berdendang, beterbangan menuju sarangnya, melindungi tubuhnya dari hujan. Seakan merasakan apa yang dirasakan Burhan, tak rela melepas temannya ke rantau orang.

***

Negeri PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang