DI SEKOLAH SMP, Burhan terpilih menjadi ketua ekstrakulikuler keagamaan. Burhan sangat senang dengan jabatannya itu. Seperti biasa, Duta selalu ada dibawah Burhan. Ya, Duta lah yang menjadi wakil Burhan. Tetapi, Duta tidak pernah merasa iri atau apalah terhadap Burhan. Karena dalam persahabatan, tidak ada hal yang harus dibeda-bedakan. Semuanya sama. Kaya atau miskin, pandai atau tak pandai, tampan atau tidak, cantik atau tidak, semuanya sama. Tercipta ke dunia karena kuasa dan kehendak Allah.
Tepat hari itu juga, semua siswa di sekolah sedang menghadapai Ujian Tengah Semester hari kedua. Untuk sementara waktu, Burhan dan Duta harus berpisah. Tidak satu bangku. Karena dalam Ujian Tengah Semester itu, posisi duduk siswa disesuaikan dengan nomor urut absen.
"Pastikan semua urutannya sudah benar. Jangan sampai ada yang lirik kanan lirik kiri, menanya kepada teman sebangku atau meminjam alat kepada teman sebangku atau kepada yang lain. Jika kalian melanggarnya, saya akan langsung merobek kertas ulangannya. Kalian tidak akan mendapatkan nilai dari saya. Mengerti semua?" Ucap guru pengawas. "Sebelum mengerjakan ulangan, biasakan mengucapkan basmalah terlebih dahulu".
Semua siswa di kelas itu pun mengerti dengan instruksi guru pengawas itu. Namun instruksi itu membuat semua siswa di kelas merasa sangat gugup. Karena mereka tidak boleh melirik sedikit pun kalau kertas ulangannya tidak mau disobek, yang berarti tidak akan mendapatkan nilai ulangan. Semua siswa harus menjaga sikapnya, tidak menggerak-gerakan kepalanya ke kanan atau ke kiri atau juga ke belakang. Harus tetap tegak menghadap ke soal namun dengan ketenangan dalam mengisi soal ulangan.
***
"Bang, bagaimana kalau kita ramaikan lagi surau, karena akhir-akhir ini warga yang pergi ke surau semakin sedikit sejak meninggalnya Pak Kiyai. Bagaimana Bang?" Burhan mencoba mengusulkan.
"Benar sekali kau, Bur. Tapi bagaimana caranya? Aku rasa, tak akan ada yang bisa menandingi kharisma dari Pak Kiyai" Bang Jimbal merasa kurang yakin.
Namun, Burhan sudah mempunyai rencana agar para warga Pasir Angin kembali meramaikan surau dengan selalu salat berjamaah. Anak-anak dan remaja pun akan kembali semangat untuk pergi mengaji. Menurut Burhan, jika kemalasan warga berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, Pasir Angin akan hancur. Mungkin badai beberapa tahun silam akan kembali lagi menerjang kampung, bahkan lebih ganas dari sebelumnya.
Dengan perbincangan dan strategi yang diusulkan secara panjang lebar, Burhan dan Bang Jimbal pun telah menyusun rencana yang matang. Mereka terlebih dahulu akan mengajak Duta untuk bergabung. Bagi Burhan, Duta juga termasuk remaja yang kurang semangat lagi setelah kepergian Pak Kiyai. Dan Duta pula yang harus pertama kali ia ajak.
***
45 menit pun telah berlalu, saatnya semua siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Selesai tidak selesai harus dikumpulkan. Urusan nilai belakangan, yang terpenting mengerjakan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan. Dan tentunya dengan kejujuran yang tinggi. Karena hasil ulangan berkat hasil diri sendiri akan sangat memuaskan walaupun nilai tidak terlalu bagus ketimbang nilai besar bukan hasil diri sendiri.
Burhan mampu mengisi semua soal ulangan dengan baik, begitu pula dengan Duta yang selalu tersenyum kepada Burhan setelah mengisi soal-demi-soal ulangan. Dan hal itu membuat Burhan gugup, takut nilainya lebih rendah daripada Duta. Meskipun statistik membuktikan, Duta belum mampu melampaui Burhan dalam urusan prestasi di sekolah.
"OK anak-anak, semoga hasil ulangan kalian memuaskan. Karena hasil ini sangat berpengaruh terhadap nilai raport kalian. Jadi, bapak mohon di ulangan yang selanjutnya kalian harus lebih mempersiapkan diri lagi. Dan setelah selesai biasakan mengucapkan hamdalah (semua murid pun mengucapkan Alhamdulillahirabbil'aalamin). Assalamualaikum..." Pak Guru itu pun meninggalkan ruangan kelas.
Sementara, para murid beristirahat di kantin ataupun pergi ke perpustakaan sekolah. Seperti Burhan dan Duta yang sudah menjadi langganan berada di perpustakaan untuk membaca beberapa buku. Karena menurut mereka, tanpa membaca hidup akan terasa hampa.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Pelangi
EspiritualBurhan adalah seorang anak kampung yang tinggal di sebuah pedesaan di Pulau Sumatera. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya bernama Hana dan Santi. Mereka bertiga adalah anak dari Abi Guntur dan Ummi Salamah. Burhan memiliki seo...