SETELAH selesai salat Magrib, Burhan dan Duta kembali menuju saung sambil mengenang masa lalu mereka di kampung. Perjalanan sulit mereka hingga kini bisa menjadi seorang sarjana. Seorang yang berpendidikan tinggi. Hanya tinggal beberapa langkah lagi mereka bisa mewujudkan semua impian yang telah mereka gantung di langit. Dan sesuatu yang sudah digantung dilangit, apabila terjatuh pun akan terjatuh diantara bintang-bintang. Seperti kata seorang motivator handal di luar sana.
Sabar, sabar, dan sabar yang menjadi kunci mereka. Dan benar, jika seseorang telah mengunci sabar di dalam hatinya, maka tidak akan ada kesulitan di dalam hidupnya. Karena Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar.
"Bur, kau masih ingat tidak ketika kita sering berbincang di saung, bermain congklak hingga larut Magrib, hingga Pak Kiyai Rojak pun mencari-cari kita?", tanya Duta dengan senyum mengingat masa lalu.
"Hahaha, iyalah aku ingat sekali Dut. Aku juga masih ingat ketika aku dipukul pakai rotan oleh Pak Kiyai Rojak karena tak bisa membedakan mana panjang dan pendek dalam membaca ayat Al-Qur'an. Kau beruntung, diberikan nikmat oleh Allah bisa membaca Al-Qur'an dengan baik saat itu", jawab Burhan terlempar ke masa lalu.
"Memang indah ya Bur masa kecil kita. Sampai kita bisa seperti sekarang ini"
Bintang-gemintang gemerlapan seakan ikut mendengarkan Burhan dan Duta yang mengenang masa lalu mereka yang indah. Mungkin bintang-bintang itu juga mengikuti alur hidup mereka sejak dahulu. Suara nyaring jangkrik pun ikut menemani.
"Setelah ini, rencana kau ke depan mau apa Bur?", tanya Duta sambil menatap langit.
"Aku masih ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi lagi, Dut. Aku ingin mengambil program master. Dengan sarjana hukum ini, aku juga ingin menjadi seorang penegak hukum yang arif, adil, dan bijaksana. Aku tidak ingin melihat hukum di negeri kita ini tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Aku ingin menciptakan keadilan yang seadil-adilnya bagi semua rakyat Indonesia.
"Aku tidak ingin ada perseteruan atau peperangan antar suku, adat, golongan, ras, agama, ataupun hal yang lainnya. Aku tidak ingin ada perbedaan yang membuat bangsa kita kacau-balau. Aku ingin dengan perbedaan itu, Indonesia bisa menjadi negara yang maju. Negara yang disegani dunia. Aku inginkan adanya perdamaian diantara perbedaan-perbedaan itu, Dut", jawab Burhan dengan yakin.
"Lalu?", tanya Duta kembali.
"Selain itu, aku juga ingin menyekolahkan kedua adikku, Hana dan Santi. Aku ingin melihat Ummiku menangis bahagia karena melihatku sukses. Aku juga ingin membelikan Ummiku rumah mewah. Aku sudah bosan hidup di gubuk, Dut. Kau tahu lah, masa sarjana hukum tinggal di gubuk, hahaha. Kalau rencana kau kedepan apa Dut?", Burhan balik bertanya.
"Dengan titel sarjana arkeologiku, aku ingin berkeliling Indonesia untuk mencari berbagai artefak yang masih tersimpan di negeri tercinta ini. Aku ingin meneliti sebanyak-banyaknya Bur. Aku tidak ingin menyia-nyiakan titel sarjanaku ini. Selain itu, aku juga ingin sekali menjadi sumber motivasi bagi orang-orang terdekatku. Aku ingin menjadi contoh yang baik bagi semua orang. Aku juga ingin sekali pergi ke Mekkah bersama keluarga, Bur"
"Kalau soal itu, tidak usah ditanya. Aku juga berniat ingin membawa Ummiku ke Baitullah, menghadap ke rumah Allah yang megahnya Subhanallah itu"
Tak lama kemudian, penjual bajigur pun datang menghampiri Burhan dan Duta untuk menawarkan bajigur itu. Kebetulan, Burhan dan Duta sedang haus. Mereka pun membelinya.
"Ini Mas bajigurnya, silahkan dinikmati. Mumpung masih panas, apalagi pemandangan disini indah sekali. Pasti makin nikmat", ucap penjual bajigur itu dengan logat Jawa yang sangat medok. Penjual bajigur itu biasa berjualan tiap malam dan sering melewati saung milik nenek Duta.
"Makasih Mas", Burhan pun memberikan uangnya. Lalu penjual bajigur itu pergi berkeliling lagi. Ia menjual bajigurnya menggunakan plastik.
"Ahhh nikmatnya hidup ini, Dut", ucap Burhan sambil menyeruput bajigur yang masih panas.
"Iya, Bur. Allah memang baik. Oh iya Bur, kalau rencana untuk meminang wanita bagaimana?", tanya Duta serius.
"Kau ini, memang semangat ya membahas soal itu. Kalau urusan itu nanti ketika kita sudah sukses, Dut"
"Iya aku tahu, tapi apakah kau sudah mempunyai target calonnya?"
"Aku ingin wanita seperti Sofi yang menemani hidupku, Dut. Kalau kau?"
"Aku ingin meminang Aisyah, Bur. Kau jangan kaget dan cemburu ya Dut. Jujur, sejak dulu aku memang sudah memendam rasa sama Aisyah, Bur"
"Siapa juga yang mau cemburu Dut? Aku mendukung kau untuk itu semua. Tetapi yang terpenting, kita harus sukses dulu. Dan yang terpenting lagi, jangan pernah sesekali tinggalkan salat lima waktu", ujar Burhan sambil kembali menyeruput bajigur yang sudah hangat.
"So pasti, sahabat. Dan jangan pernah lupa juga, pelangi itu indah karena beragam warna yang membentuknya. Dan kita harus hidup seperti pelangi, hidup dengan keberagaman yang akan membuat hidup kita lebih indah dan bermakna", Duta pun menghabiskan bajigurnya.
Kurang lebih satu jam telah dihabiskan Burhan dan Duta untuk membahas rencana ke depan mereka masing-masing. Rencana yang begitu mulia. Sehingga waktu pun seakan tak terasa.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar... Suara azan Isya terdengar lantang. Berbagai tipe suara muazin dari pelosok kota menyerukan umat muslim untuk segera menunaikan kewajibannya kepada Allah. Allah telah menunggu tanpa pernah lelah.
Dua sahabat sehidup-semati itu pun segera mengambil air wudhu dan hendak kembali menuju masjid. Bersiap untuk beribadah kepada Allah. Atau lebih tepatnya berkomunikasi dengan Allah, dan berharap˗˗˗ketika sujud dalam salat˗˗˗rencana-rencana mulia mereka akan bisa terwujud dengan kemurahan dan kebaikan dari Allah swt yang Maha Pemberi dan Maha Pengasih.
Allahumma innaka ta'lamu sirrii wa'ala niyatii faqbal ma'dziratii. "Ya Allah, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan dan yang aku lahirkan, maka terimalah udzurku (niatku) atau keinginan dan maksudku."
***
Selesai, di Kp.Pasirrarangan, Sukabumi,
Sabtu 22 Oktober 2016, pukul 21.39 WIB.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
(Cerita ini sudah saya buat sejak bulan September lalu, dan baru selesai pada bulan Oktober. Dan sengaja baru dipublikasikan hari ini. Semoga kalian bisa menerima karyaku ini, bisa dipetik apa yang ada di dalam ceritanya. Saya juga masih belajar, jadi mohon kritikan, masukkan, vote, dan commentnya. Terimakasih. Assalamualaikum wr.wb)
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Pelangi
SpiritualBurhan adalah seorang anak kampung yang tinggal di sebuah pedesaan di Pulau Sumatera. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya bernama Hana dan Santi. Mereka bertiga adalah anak dari Abi Guntur dan Ummi Salamah. Burhan memiliki seo...