Seperti Sedia Kala

61 1 0
                                    

RENCANA BRILIAN itu ternyata membuahkan hasil. Hampir semua warga kampung Pasir Angin kembali bersemangat untuk beribadah di surau. Surau pun kembali seperti sedia kala, seperti ketika Pak Kiyai Rojak masih hidup.

Burhan, Duta dan Bang Jimbal berkeliling kampung mengajak para bapak-bapak, anak-anak lelaki dan remaja untuk meramaikan surau. Karena di surau terlihat sangat sepi seperti rumah yang tak berpenghuni. Padahal dalam hadist atau ayat di dalam Al-Qur'an, mengosongkan masjid itu adalah tanda-tanda dari akhir jaman. Awalnya usaha mereka tidak berjalan mulus, warga hanya mengabaikan perkataan atau himbauan mereka.

Perjuangan mereka bertiga tidak sampai disitu, mereka semakin semangat mengingatkan warga dan setiap waktu azan pun, beduk selalu dipukul sekencang-kencangnya. Dulu, ketika Pak Kiyai Rajak masih ada, sebelum beduk di pukul pun semua lelaki sudah berbondong-bondong menuju surau untuk salat berjamaah. Hanya waktu subuh saja yang masih kurang.

Lambat-laun, sedikit-demi-sedikit warga kampung Pasir Angin pun semakin terenyuh hatinya untuk kembali meramaikan surau. Bahkan, warga yang tadinya jarang pergi ke surau ketika Pak Kiyai Rajak masih ada pun, kini menjadi semangat untuk beribadah di surau. Karena selama masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertaubat, untuk apa lagi bermalas-malasan dalam beribadah kepada Allah. Toh, pintu taubat masih terbuka lebar.

Usaha Burhan, Duta, dan Bang Jimbal tidaklah sia-sia. Dua minggu program itu berjalan, akhirnya surau pun kembali ramai seperti biasa. Mungkin mereka tersadar, beribadah itu tidak harus melulu ada seorang yang dikagumi, melainkan tumbuh dari hati nurani terdalam. Beribadah hanya karena untuk Allah, bukan untuk siapa pun.

Puncaknya, ketika Maulid Nabi Muhammad SAW dilangsungkan di surau. Sampai-sampai surau tidak mampu menampung warga Pasir Angin, karena saat itu ibu-ibu pun memadati surau. Apalagi dengan acara dakwah yang sangat mengesankan.

Setelah itu, keadaan kampung Pasir Angin pun menjadi normal kembali. Seperti biasa, surau selalu ramai. Langit, pepohonan kokoh, dan hewan pun seakan merayakan keberhasilan Burhan dan kawan-kawan. Dan mungkin, bencana pun akan semakin menghindari kampung Pasir Angin.

***

Negeri PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang