Teman Lama

37 0 0
                                    

DI PAGI yang sejuk itu, suara klakson mobil sudah terdengar nyaring. Para karyawan perusahaan melangkahkan kakiknya menuju tempat kerjanya. Pemandangan yang sangat berbeda dengan di kampung. Jika di kampung, pagi-pagi warga berbondong-bondong menuju sawah untuk bekerja. Rela berdiri dibawah terik matahari demi menghidupi keluarganya.

Burhan sendiri telah selesai melaksanakan salat Subuh berjamaah di masjid dekat tempat kosnya. Ia bersyukur masih ada masjid yang dekat dengan tempat tinggalnya, yang hanya berjarak 25 meter saja. Dan tidak jauh dari masjid, ada pula gereja yang tidak terlalu besar. Tempat para umat kristiani beribadah. Setiap hari minggu, nyanyian di gereja selalu terdengar sampai ke kosan Burhan, tetapi Burhan tidak begitu terganggu karena itu sudah menjadi kebiasaan umat kristiani. Hidup di Indonesia itu yaaa harus bertoleransi. Setiap agama selalu mempunyai kebiasaannya masing-masing. Seperti umat islam yang setiap Jum'atnya akan melaksanakan salat Jum'at bagi seorang laki-laki yang sudah memenuhi syarat.

***

"Hai, perkenalkan namaku Ginting. Kalau namamu siapa?", tanya seorang pemuda yang menghampiri Burhan. Pemuda itu sepantar dengan Burhan. Memakai topi hitam dan jam tangan rantai. Wajahnya seperti menunjukkan orang yang baik.

"Hai juga, namaku Burhan. Kau Mahasiswa baru juga ya?" Burhan balik bertanya.

"Iya", jawabnya singkat dengan melempar senyum kepada Burhan.

Pemuda itu berasal dari Bali, Pulau yang sangat Burhan idam-idamkan sejak dahulu. Burhan sangat ingin pergi ke Pulau yang banyak dikenal oleh dunia itu, melebihi pamor dari negara Indonesia sendiri. Ginting berada di satu fakultas dan jurusan yang sama dengan Burhan, yaitu Hukum.

Setelah itu, Burhan pun bertemu dengan berbagai kawan barunya. Mulai dari wanita yang tampil berhijab, berpenampilan aneh, dan juga biasa-biasa saja. Nama kawan mahasiswa barunya sangat banyak. Diantaranya mereka bernama : Farah, Fatimah, Zahra, Samuel, Fikri, Dadang, dan banyak lagi. Dan tentunya Ginting, nama kawan mahasiswa baru yang pertama kali ia tahu. Mereka semua pun menganut agama yang berbeda-beda, namun tidak ada perbedaan sama sekali. Semuanya sama. Saling menghargai satu sama lainnya. Menjunjung tinggi nilai toleransi.

Dengan hal itu, Burhan ingat akan suatu hal saat di surau dulu. Ia pernah disuruh Pak Kiyai Rojak untuk menghafal surah Al-Hujurat dengan artinya. Dan ia ingat akan ayat ke-13 yang artinya "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"

Burhan sangat senang mendapatkan kawan-kawan baru yang baik.

Ternyata bersekolah di rantau orang itu sangat mengasyikan bagi Burhan. Disamping merasakan suasana yang baru dan pemandangan yang baru, ia bisa bertemu dengan orang-orang baru yang baik pula. Bertemu dengan orang yang berlatar belakang budaya, adat, dan agama yang berbeda pula. Namun, seperti yang ia katakan dahulu kepada Duta di saung dekat sawah itu, pelangi pun terlihat indah karena beragam warna yang membentuknya dengan sangat tertata rapi. Melengkapi semua perbedaan dengan kebersamaan mencapai tujuan mulia.

Begitupula dengan manusia. Berbeda adat, budaya, agama, dan lainnya terasa sangat indah jika bersatu dan bersahabat satu sama lainnya. Karena dengan perbedaan itu, kita bisa menjadi orang yang bijak juga mengerti tentang kehidupan yang sebenarnya.

Namun dari banyak kawan baru Burhan, ada satu orang yang sudah ia kenal sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Wanita yang tidak pernah melepas hijabnya sekali pun di lingkungan luar, walau banyak teman-temannya yang melepas hijab mereka. Namun tidak dengan wanita itu hingga sekarang yang dilihat Burhan. Orang itu adalah Sofi. Wanita yang sejak akhir kelas 1 SD Burhan jauhi, lantaran Sofi selalu menjadi peringkat pertama di kelas jika pengumuman peringkat di setiap semesternya. Sampai kelas 6 pun, Burhan masih belum bisa menyusulnya. Walaupun hampir bisa menyusulnya.

Ketika akan beranjak menuju ke Sekolah Menengah Pertama, Burhan dan Sofi harus berpisah. Tidak berada dalam satu kelas dan sekolah lagi. Sofi harus pindah ke Bandung, mengikuti orangtuanya yang harus pindah bekerja di Bandung. Dan mau tidak mau, Sofi pun harus bersekolah di kota kembang itu. Selama 6 tahun lamanya, Burhan dan Sofi berpisah. Dan setelah 6 tahun itu, mereka akhirnya dipertemukan kembali di satu Universitas yang sama di ibukota. Namun dengan penampilan yang berbeda ketika SD. Sifat kekenak-kanakan mereka sudah tidak diperlihatkan, digantikan menjadi sifat kedewasaan. Tak ada saling sirik karena kalah dalam hal prestasi kelas. Tapi entah, mungkin masih bisa terjadi.

Burhan sangat tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan Sofi, begitupula sebaliknya. Sofi sendiri berada di Fakultas Kedokteran, dan mengambil jurusan Ilmu Gizi. Masih tergambar jelas persaingan di antara keduanya. Ternyata Sofi masih mengungguli Burhan dalam memilih Fakultas dan Jurusannya. Dan sepertinya mereka tidak akan bisa bersaing lagi dikelas seperti dahulu. Karena mereka sudah berbeda Fakultas.

Ketika bertemu, mereka hampir saja tidak mengenali. Namun, masih ada ingatan yang kuat di antara keduanya. Hingga mereka pun bercerita tentang masa lalunya di SD. Sungguh kenangan yang indah, bersaing demi mendapatkan prestasi yang gemilang di sekolah. Meski Burhan tak pernah menang melawan Sofi.

Sofi pun menanyakan keberadaan Duta, sahabat karib sehidup semati Burhan itu. Burhan pun memberi tahu Sofi jika Duta lebih memilih Bandung sebagai tujuan pendidikan selanjutnya, sama seperti Sofi dahulu yang sekolah SMPnya di Bandung.

Mereka berdua pun terus berbincang-bincang mengenang masa lalu indah di kampung. Sampai-sampai Burhan melupakan Ginting yang sedari tadi berada di sampingnya. Ginting hanya melihat mereka berbincang, tanpa mengganggu sedikit pun. Ginting pun sama sekali tidak keberatan dengan hal itu.

"Biasa, nostalgia 'friend", ucap Burhan singkat kepada Ginting sambil tersenyum dengan menaikkan halis kanannya.

Ginting pun hanya tersenyum.

***

Negeri PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang