TIGA SEMESTER lebih Burhan menempuh pendidikannya di universitas ternama ibukota itu. Ia semakin akrab dengan kehidupan ibukota. Dengan berbagai perbedaan. Sudah menjadi kebiasaannya. Berteman pun tidak pandang bulu. Semuanya sama. Saling mengingatkan satu sama lain untuk beribadah. Burhan mengingatkan Ginting yang juga merupakan umat Hindu, teman beda agama Burhan pun sering mengingatkannya untuk salat dan pergi ke masjid. Terkadang Ginting selalu mengikuti Burhan ke dalam masjid atau mengikuti salat Jum'at bersama Burhan, kecuali Burhan masuk ke dalam rumah ibadah agama lain. Jika mengantar temannya yang ke gereja, Burhan hanya menunggu diluar saja sambil membaca-baca Al-Qur'an mini. Atau terkadang mengerjakan tugas sambil meminum cendol diluar gereja.
Semakin lama berada di ibukota, Burhan semakin sadar akan betapa indahnya perbedaan di antara umat manusia. Meskipun diciptakan berbeda, semua umat manusia tidak boleh saling menjatuhkan atau membeda-bedakan satu sama lainnya. Tidak ada yang patut dibangga-banggakan. Islam merendahkan Kristen, Kristen merendahkan Islam, Buddha merendahkan Hindu, ataupun hal yang lainnya tidaklah pantas dilakukan oleh manusia yang benar-benar beradab. Allah tidak suka dengan pertikaian antara satu golongan dengan golongan lainnya. Allah menyukai akan perdamaian.
Sikap toleransi sangatlah dijunjung tinggi. Seperti yang tertera jelas dalam surah Al-Kafirun ayat 1-6. Dalam ayat itu kita tidak diperkenankan untuk memaksa orang atau kaum lain menyembah apa yang kita sembah. Karena agama kita untuk kita, dan agama mereka hanya untuk mereka.
Sesama umat beragama harus menghormati satu sama lain. Tidak hanya dalam soal agama saja, dalam hal budaya, adat, keturunan, atau ras pun tak boleh saling menggunjing. Allah tidak suka dengan hal itu. Orang yang berkulit putih tidak sepantasnya menjelek-jelekkan orang yang berkulit hitam. Atau orang Jawa tidak pantas menghina orang Sumatera, atau pulau lainnya. Islam sangat menghargai perbedaan. Sesama islam pun kita harus saling hormat-menghormati. Tali persaudaraan harus dijaga erat jangan sampai terputus. Terlebih persaudaraan sesama umat muslim seperti yang tertera pada surah Ali-Imran ayat ke-103 : "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama Allah), dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat Allah, menjadilah kamu orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk".
Ketika salat berjamaah di masjid pun, Burhan mendapati banyak para jamaah yang melakukan salatnya dengan berbeda-beda. Maskudnya, ada yang meletakkan kedua tangannya di atas dada, dibawah dada, atau tangannya disimpan di samping kiri atau kanan, memutar-mutar tangannya ketika mengucap takbir sudah menjadi hal yang biasa Burhan temui di masjid-masjid ibukota. Baginya, bukan bagaimana cara kita melakukan salat yang benar, tetapi seberapa besar ikhlas yang ada dalam hati kita untuk berserah diri kepada Allah ketika beribadah dengan tulus dan khusyuk.
***
Di sore hari yang tenang itu, Burhan dan Ginting berbincang-bincang di taman yang tak jauh dari kampus. Mereka baru saja keluar dari kelasnya. Ginting berencana untuk mengajak Burhan berjalan-jalan ke Monas esok hari.
"Besok kan libur nih, maen ke Monas yuk, Bur? Kita refreshing otak, bosen belajar mulu" Ginting mengajak Burhan untuk berjalan-jalan ke Monas melepas rasa penat di kampus.
Di kampung, jika libur sekolah Burhan dan Duta akan pergi ke saung dekat sawah. Mereka selalu berbincang-bincang membicarakan masa depan, impian yang akan dicapainya. Atau sembari mengerjakan tugas dari sekolah sambil menyantap makanan yang dibawa Burhan dari warung Ambunya. Juga ditemani dengan indahnya pemandangan sawah yang begitu hijau. Ditambah dengan alunan merdu burung-burung liar, atau suara kambing dari kejauhan. Atau jika bosan, mereka dan anak-anak kampung akan bermain tepuk gambar dan congklak sebagai permainan favorit mereka. Permainan yang saat ini mungkin sangat jarang dimainkan anak-anak seiring dengan kemajuan teknologi.
"Ide yang bagus, kawan. Tapi aku tak punya uang, Gin. Uangku hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Maklum uang dari pemerintah. Ambuku juga 'kan belum mengirimi uang jajan kepadaku", keluh Burhan yang sedang tak mempunyai uang.
"Alah, kamu itu bertele-tele Bur. Kamu gak usah khawatir, aku yang bayarin semuanya. Sekalian ajak temen lama kamu yang namanya siapa tuh? Poppi atau siapa Bur teman SD kamu itu?"
Burhan pun sangat senang dengan kebaikan Ginting. Ia terlihat sangat sumringah mendapat tawaran dari teman kampusnya itu.
"Wah benar yah aku dibayarin. Kau baik sekali Gin, seperti sahabatku di kampung. Nanti kalau aku sudah dapat uang, aku akan ganti kok Gin. Maksud kau Sofi?", ucap Burhan sambil mengambil air minum di tasnya itu.
"Yaelah ke Monasnya juga belum, Bur. Santai aja kali. Iya maksudku itu, Sofi"
"Terimakasih Gin sebelumnya. Kau yakin mau ajak Sofi? Dia pasti sibuk. Dia kan mahasiswi kedokteran!"
"Ah gak ngaruh kali, Bur. Besok kan hari libur. Anak kedokteran juga pasti libur lah Bur. Masa ngampus terus tiap hari"
"Yasudah kalau begitu, nanti aku kabari dia"
Burhan dan Ginting pun meninggalkan bangku taman.
Matahari sudah hampir terbenam. Warna orangenya sangatlah menawan. Tanda waktu Magrib akan segera tiba. Azan pun menunggu. Burhan bersiap-siap untuk pergi ke masjid untuk salat berjamaah. Seperti biasa, Ginting menunggu diluar atau malah ikut ke dalam masjid. Burhan tak pernah melarang Ginting masuk ke dalam masjid. Siapa tahu dengan begitu, Ginting akan mendapatkan hidayah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Negeri Pelangi
EspiritualBurhan adalah seorang anak kampung yang tinggal di sebuah pedesaan di Pulau Sumatera. Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua adiknya bernama Hana dan Santi. Mereka bertiga adalah anak dari Abi Guntur dan Ummi Salamah. Burhan memiliki seo...