Savior

2.9K 295 7
                                    

Siapa ?!

Aku mendengar suara teriakan minta tolong yang kedengarannya perempuan dan dari jarak suaranya sangat dekat.

Para Zombie terlihat tertarik akibat suara tadi, beberapa dari mereka berjalan mengarah keluar sekolah karena dari situlah suara perempuan itu berasal.
Sebagian lain Zombie masih berjalan di sekitar lapangan dengan terhuyung - huyung, kutebak makhluk itu patah kakinya.

Begitu aku sadar,  Kak Dewa dan Kak Kemal saling memberi isyarat. Lalu setelahnya Kak Dewa berjalan perlahan menuju gerbang sekolah yang tampak di depan mata.
Sementara Kak Kemal keluar, Kak Dewa menyuruh kami untuk bergerombol daripada membentuk barisan. Lebih aman katanya. Mengingat masih ada Zombie di sekitar lapangan sekolah.

Kami juga harus bergerak cepat namun berhati - hati, karena kami tidak ingin kehilangan cahaya matahari. Masih di luar ketika menjelang gelap sama saja bunuh diri.

Sambil menunggu Kak Kemal yang belum kembali, aku mencoba memutar ingatanku tentang beberapa jam yang lalu sebelum kami berangkat.

Kak Kemal dan Kak Dewa mengaku seorang Special Force dari PBB yang berangkat dari Jepang tempat awal mula semua bencana ini terjadi, menurut mereka. Setelah markas mereka di serang oleh makhluk pemakan manusia, mereka dikirim ke Indonesia untuk mencari obat vaksin yang menurut laporan dari PBB berada di sebuah laboratorium yang ada di Indonesia. Ketika sampai disini, wabah penyakit itu mulai menyebar di kota - kota besar namun karena keterlambatan pemberitahuan dan pencegahan hampir satu kota Jakarta terjangkit. Untuk kota - kota lain masih dilakukan evakuasi dan pencegahan penyebaran lebih lanjut. Itu artinya orang tuaku kemungkinan masih hidup.

Sampai saat ini satu - satunya harapan mungkin hanya Kak Kemal dan Kak Dewa. Dunia masih akan terus memerangi penyakit ini hingga Kak Dewa dan Kak Kemal menemukan vaksinnya.

Dan aku yakin membutuhkan waktu yang lama untuk menemukannya. Terutama ketika Kak Dewa dan Kak Kemal yang kehabisan bensin dan tidak bisa menghubungi markas PBB lalu akhirnya menyelamatkan kami karena Kang Juki yang setengah sekarat dan sudah tergigit memberi tahu mereka bahwa masih ada kami di dalam sekolah.

Lalu tentang nama dan kenapa hanya mereka berdua yang dikirim, nama 'Kemal' dan 'Dewa' hanyalah code name mereka. Mereka akan memberitahu nama asli mereka ketika kami benar - benar aman.
Kenapa hanya mereka yang dikirim padahal mereka sedang mencoba menyelamatkan dunia ?
Intinya, PBB sedang melawan dan mencegah penyakit itu makin menyebar ke seluruh dunia. Menghabiskan satu pasukan hanya untuk mencari vaksin jauh lebih berbahaya.

Kak Kemal dan Kak Dewa yang semakin terbuka dengan kami juga memberitahu, jika telah mengantar kami ke Safe Zone di daerah sekitaran pantai Ancol mereka akan melanjutkan perjalanan mereka ke daerah Jawa yang artinya juga menyusuri Jawa Tengah tempat ayah dan ibuku ada sekarang. Begitu mendengarnya aku ingin sekali ikut dengan mereka namun aku sadar aku hanya akan merepotkan Special Force seperti mereka.

Prioritas utamaku sekarang adalah teman - temanku. Setidaknya membiarkan mereka berada di tempat yang lebih aman telah membuatku lega dengan begitu aku bisa mencoba mencari orangtuaku.

"...Sinyal--"

"Hah ? Apa ?" Tanyaku refleks. Kaget.

Aku kembali dari lamunanku begitu mendengar Jihan berbicara.

"Lu ga dengerin daritadi ya ?"

Aku hanya menggeleng. Sedikit merasa bersalah.

"Gua bilang... Kita harus ke tempat tinggi kalo mau dapet sinyal"

"O-oh oke"

Selanjutnya Jihan hanya menghela nafas kesal.

"Ini sudah terlalu lama, kita keluar sama - sama. Jangan terpisah"

Aku memegang besi panjang di tanganku lebih erat dari sebelumnya begitu Kak Dewa berbicara.
Begitu semua mengangguk, tanda mereka telah siap. Kami langsung berlari menuju gerbang sekolah yang setengah terbuka. Kami tetap dalam gerombolan begitu sampai di depan sekolah.

Mataku menyusuri keadaan sekitar, berusaha mencari Kak Kemal yang sejak tadi tidak kembali. Pikiranku dipenuhi hal - hal negatif namun ku urungkan begitu melihat Kak Kemal bersama seorang wanita muda yang melambai dari atas atap sebuah mobil van. Karena atapnya lumayan tinggi zombie - zombie di sekitar mereka hanya bisa menggapai - gapai dari bawah.

"Kita kesana !"

Aku mengarahkan besi itu ke satu zombie yang mendekati kami yang langsung tumbang ketika aku menembus kepalanya dengan besi.
Yang lain juga berhasil menumbangkan beberapa zombie. Kecuali adik kelas yang masih berada di belakang Andi dan Adam.

Aku mengedarkan pandanganku lagi. Lalu kusadari Kak Dewa telah berada di dekat mobil van tersebut sambil membunuh beberapa zombie di dekat mobil.

Setelah keadaan mulai terkendali, Kak Kemal turun dari atas mobil diikuti dengan wanita muda dengan pakaian kantor dan sepatu hak 7 cm yang tampak ketakutan dengan kaki bergetar.

"Terima kasih sudah nyelametin saya"

Pftt... Saya pernah bilang chapter ini di revisi tapi kayaknya gak banyak berubah. Sudahlah.

Last Days Of Earth [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang