This War of Mine pt.2

1.2K 68 14
                                    

Pg-13
Pembaca diharap bijak.

Selama perjalanan di dalam mobil tidak ada seorangpun yang berbicara. Kecuali suara - suara yang berasal dari walkie talkie tentang keadaan jalan dan bagaimana keadaan anggota yang lain. Sementara di bangku belakang, Rara, Grina dan Andi lebih memilih tidur. Aku sendiri hanya melamun dan melihat keluar jendela, memperhatikan jalanan dan sesekali menguap. Bukan karena mengantuk melainkan bosan.

"Kamu bisa tidur kalau kamu mau, perjalanan masih jauh. Aku akan bangunkan jika terjadi sesuatu" Nine mengatakan itu dari sampingku, tapi aku mengabaikannya. Aku memang bukan ingin tidur.

Sebuah pertanyaan tiba - tiba terlintas di otakku dan langsung aku tanyakan pada Nine.
"Apa anggota kalian tersebar di seluruh penjuru dunia ?"

"Ya, tentu. Indonesia salah satu base camp kami, dan kami punya banyak mata - mata di beberapa negara besar di dunia. Kami sempat kesulitan mencari ayah kamu karena dia pernah terlihat di beberapa tempat di dunia, dan kami hanya mengetahui dia memiliki lab khusus di Indonesia. Tapi kami tidak pernah berfikir bahwa antivirus-nya ada disini" Jawabnya sambil sedikit melirikku.

"Tapi jika organisasi ayah itu besar kenapa mereka tidak bertindak begitu kalian melepaskan para... Undead ?"

Nine terdiam. Butuh waktu sekitar 1 menit lamanya, hingga dia akhirnya menjawab.

"Mungkin, mungkin saja mereka ingin melihat dulu apa yang bisa para pemberontak ini lakukan. Tapi mereka tidak menyangka, bahwa kami memiliki kamu yang dengan sukarela akan membantu kami. Ayah kamu tentu saja tidak akan tinggal diam, melihat eksperimen paling sempurnanya bersekutu dengan para pemberontak"

Giliran aku yang terdiam, sebuah pertanyaan lain muncul di benakku dan dengan suara lirih kuucapkan.

"Apa kalian yakin akan menang ?"

"Setidaknya kami sudah berjuang sampai sejauh ini. Atas nama yang lainnya juga, terima kasih karena kamu sudah bertindak sejauh ini. Melawan ayah kamu dan mengabaikan keselamatan kamu sendiri" Nine tersenyum, membuatku ikut menaikkan sudut bibirku.

"Terima kasih juga sudah menolong kami waktu itu. Meski itu hanya kebohongan kalian, tapi jika kalian tidak datang maka kami tidak akan bisa apa - apa mungkin hanya menunggu untuk mati" Aku berkata dengan tulus. Sedikit mengingat masa lalu dimana kak Kemal dan Dewa atau sekarang yang dikenal dengan Nine dan Twelve menyelamatkan kami ketika di sekolah. Rasanya seolah - olah Tuhan mengirimkan kami penyelamat dan membiarkan kami hidup lebih lama.

"Kamu tahu ? Gadis pintar sepertimu tidak akan membiarkan orang - orang berhargamu mati, aku yakin kamu akan mencari cara untuk keluar dan bertahan hidup"

"Walau begitu aku tetap membiarkan beberapa orang mati sia - sia" Lirihku dengan suara kecil.

Orang - orang di bus. Kak Lena, kak Dika, kak Restu, kak Indy, Isabel, bu Erna, dan yang lainnya, yang bahkan aku belum sempat tahu namanya. Aku akan mengingat mereka selalu, dan membiarkan karma membalas apa yang telah aku lakukan pada mereka.

"Hey we need to go on, okay ? You're not the one to blame" Nine menyentuh tanganku dengan sebelah tangannya yang bebas dari setir. Senyumannya selalu membuatku lebih tenang dan akhirnya aku mengangguk.

Setelah percakapan itu, kami tidak mengatakan apapun lagi. Aku meneruskan melamun dan Nine lebih memilih untuk menanyakan keadaan anggotanya lewat walkie talkie.

Last Days Of Earth [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang