Mari jalankan rencananya sekarang !
Kami mendiskusikan kembali rencana Rani. Aku juga telah memikirkan resiko dan kemungkinan yang akan terjadi. Namun yang utama adalah mempersenjatai diri kami ketika akan keluar.
Aku mengangkat besi yang tadi pagi aku gunakan. Yang lainnya menggunakan barang - barang yang bisa digunakan sebagai senjata di ruang lab ini. Kami memutuskan tidak akan menggunakan pistol dan senapan karena akan menimbulkan suara yang dapat menarik zombie.
Termasuk Kak Kemal dan kak Dewa yang menyimpan senjata mereka, kini menggunakan sebongkah kayu dari kaki meja yang ujungnya terdapat paku - paku.Rani, Jihan, Andi, Farhan memilih untuk menggunakan besi - besi berkarat seperti milikku. Entah kenapa besi - besi itu ada disana. Sisanya, Kak Lena, Rara, Grina, Aini, Debby, Adam, Kak Dika, Isabel dan umm... kakak kelas yang terlihat pendiam karena dia bahkan tidak memperkenalkan namanya padaku, memilih kayu juga.
Kami memutuskan mencari suplai makanan dulu dan dilanjutkan mencari bensin esok hari. Karena kami akan pergi beramai - ramai, setidaknya tidak akan ada yang ditinggal.
"Kakak jelaskan lagi, ketika kita keluar dari gerbang ini bunuh sebanyak mungkin undead di tangga lalu langsung berlari ke gerbang sekolah. Jangan ada yang tertinggal di belakang. Mengerti ?" Kak Kemal mengangkat kayunya di depan dada begitu selesai berbicara. Dengan begitu, aku dan yang lain mengangguk.
Memberi sinyal tanpa suara, aku memposisikan diriku di belakang kak Dewa, kami berdua bertugas membersihkan tangga dan koridor lantai 2 dari para zombie.
Begitu zombie di depan gerbang besi telah hampir di bunuh seluruhnya. Aku mengikuti kak Dewa yang membuka gerbang yang sebelumnya di barikade dengan perlahan. Begitu gerbang dibuka, beberapa zombie yang berada di tangga langsung melihat ke arah kami akibat suara deritan besi. Mereka mengeluarkan geraman yang mengerikan.Kak Dewa memukul satu zombie hingga zombie itu terjatuh, aku maju perlahan ke depan, menusuk langsung ke rongga mata salah satu zombie. Dan terus mengulanginya hingga semua zombie di tangga benar - benar habis. Aku melirik ke belakang, memberi sinyal 'oke' lalu mengikuti lagi kak Dewa. Kami bersembunyi di balik dinding begitu melihat selusin zombie di koridor lantai 2.
"Wait here" bisik kak Kemal yang langsung berlari ke koridor lalu diikuti kak Dewa yang juga berlari setelah sebelumnya menyumpah dalam bahasa inggris.
Aku mendengar beberapa tusukan cepat lalu suara bantingan. Hingga beberapa saat aku mendengar siulan yang artinya kami harus terus berjalan seperti yang di beritahu Kak Dewa sebelum kami menjalankan rencana ini.
Sebelum kami turun ke lantai 1, kami memeriksa banyak zombie di lapangan dan dekat gerbang sekolah. Memang tidak sebanyak kemarin tapi ini bukan saatnya meremehkan keadaan.
Meski jumlah kami lebih dari cukup tapi aku yakin banyak di antara kami yang masih ragu untuk membunuh makhluk yang sebelumnya adalah manusia itu.
Jika aku harus membunuh seseorang yang aku kenal--"Din..!" Aku terkesiap dan kembali melanjutkan jalanku. Rupanya aku sempat melamun tadi sehingga agak tertinggal dari barisan.
Kami sampai di lantai satu dengan mengendap - endap. Berusaha tidak membuat banyak suara yang dapat menarik perhatian zombie. Aku merapat ke dinding berusaha menghindari tercium oleh zombie - zombie itu. Kami terus berjalan menyusuri koridor lantai satu yang untungnya tidak terdapat zombie dan dengan berhati - hati memperhatikan para zombie yang tengah berkumpul di tengah lapangan.
Kami hampir sampai ujung koridor di samping gerbang sekolah ketika mendengar suara teriakan.
"TOLONGGG !!!! ARGHHHH !!!!"
Siapa...?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Days Of Earth [discontinued]
AventuraHari - hari terakhir di muka bumi. Apa yang akan kalian lakukan ? Bertahan hiduplah. [THIS WHOLE STORY IS MINE. PLAGIARISM IS STRONGLY PROHIBITED]