"GARGHHHHHH!!!!!!!!!"
Aku awalnya tidak tahu apa yang terjadi, tiba - tiba saja sebuah sosok hitam melintas di hadapanku dan Aini terjatuh.
"ARGHHH DINDAAA !!!" Aku merasakan kakiku melemas namun dengan segenap keberanian dan kekuatan yang tersisa aku maju ke depan, menerjang sosok hitam itu.
Aku dan sosok hitam itu jatuh terjerembab, saling bertindihan. Sejenak aku lupa bahwa aku menjatuhkan besi milikku. Aku menduduki perut sosok hitam itu, berharap kalau dia tidak akan bisa memberontak. Namun dia lebih kuat, dan menggulingkan tubuhku sehingga aku berada di bawahnya. Aku mencoba menahan rahangnya dengan sebelah tangan, sementara sebelah lagi aku gunakan untuk menahan bobot tubuh besarnya.
Aku menangkap pandangan Aini yang terkejut sekaligus ketakutan."DIN !!" Aku merasakan tubuh besar di atasku mulai melemas dan berhenti bergerak. Aku juga merasakan darah mengucur di atas wajahku.
Seseorang membantuku menyingkirkan zombie itu dari atas tubuhku."Lu gak apa - apa ?" Aku tidak menjawabnya. Seseorang itu menjulurkan tangannya membantuku untuk berdiri.
"Kita keluar dulu" Aku yang sudah sangat lemas hanya bisa terdiam ketika seseorang menarik lenganku. Ketika kami sampai di luar minimarket teman - temanku menatapku khawatir. Aku melirik orang yang tadi membantuku berjalan. Lagi - lagi...
"Daniel..."
"Lu gak apa - apa kan ? Ada yang luka ?" Aku membersihkan darah yang tersisa dari wajahku. Lalu kusadari seragam serta rok ku juga terkena darah. Mungkin aku harus mencari pakaian baru.
"Dinda..." Aini memanggilku. Tatapannya terkesan bersalah juga khawatir.
"Tenang aja. Gua ga digigit kok" Aini tetap menatapku tanpa berkata apa - apa. Ia lalu berjalan ke arahku dan memelukku. Karena aku lebih tinggi darinya, aku bisa merasakan sesuatu yang hangat merembes seragamku, namun itu bukan darah melainkan air mata.Aku balas memeluknya. Aku tahu dia pasti sangat ketakutan. Karena itu aku lebih memilih tidak berkata apa - apa lagi.
Setelah Aini agak tenang, aku membalas tatapan kak Dewa dan kak Kemal yang sejak tadi diam memperhatikanku.
"Kita balik ke sekolah sekarang kan ?" Menerima pertanyaan Adam yang seperti mewakili yang lain aku segera mengangguk. Mengambil besiku yang sempat terjatuh dan entah kenapa sekarang berada di tangan Andi, kami semua kembali bergerak.
Aku sedikit risih karena tubuhku berbau amis darah, tentunya bukan darahku. Keadaan Andi dan Adam tidak jauh berbeda dariku, bahkan mereka harus tidur dengan pakaian penuh lumpur sejak kemarin. Jika saja di minimarket tadi ada pakaian, aku bisa saja mengambilnya.
Kami melewati jalan besar sambil terus berlari, mungkin agak memelankan kecepatan karena aku masih terlalu lelah. Aku juga sempat melihat Sophia lagi, namun untungnya dia masih belum menyadari kami. Lebih baik begitu, lebih baik aku tidak membunuhnya.
Gerbang sekolah hampir terlihat. Kurasa hari sudah beranjak siang ketika kami sampai di lapangan sekolah. Wanita muda berpakaian kantoran yang tadi ikut dengan kami masih belum terbiasa ketika melihat kami kembali membunuhi zombie yang masih berada di sekitar lapangan sekolah. Beberapa zombie terlihat memakai seragam sekolah kami namun aku tidak mengenalnya. Mungkin itu adalah adik atau kakak kelas. Tapi aku langsung mengetahui jawabannya ketika melihat wajah tegang Kak Lena begitu kak Dewa menghunuskan besinya ke kepala zombie yang memakai seragam itu.
"Kak Lena... kenal ?" Aku bertanya lirih. Tidak bermaksud menyinggung.
"..." dia hanya diam tanpa bersuara. Dan aku tidak perlu jawabannya lagi.
Aku menghempaskan tubuhku di atas lantai begitu kami sampai di Lantai 3, ruang lab komputer. Adrenalin menguras tenagaku, bahkan ini lebih melelahkan dari bermain game yang tak bisa kumenangkan.
Aku tidak peduli lagi dengan tubuhku yang bau amis darah atau nyatanya lantai yang kutiduri ini sangat dingin. Biarkan aku beristirahat sejenak sebelum kami pergi lagi esok hari untuk mencari bensin.
"Din lu gak apa - apa ?" Kurasakan keberadaan seseorang di sampingku. Sama - sama merebahkan diri. Dari suaranya aku hafal itu adalah Rani.
"Gua cuma capek gara - gara ngelawan zombie tadi" Aku masih tetap memejamkan mata. Nafasku sudah teratur meski tubuhku masih berpeluh.
Seseorang menempelkan sebuah benda di pipiku yang membuatku membuka mata.
"Minum dulu din" Rara memberiku sebuah botol minum air mineral. Aku mengambilnya.
"Istirahat dulu. Besok masih harus berangkat lagi kan ?"
Aku menuruti saran Rara. Mungkin aku sudah terlalu lelah hingga tidak sadar tertidur di lantai.
Istirahat dulu, lalu fikirkan kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Days Of Earth [discontinued]
AdventureHari - hari terakhir di muka bumi. Apa yang akan kalian lakukan ? Bertahan hiduplah. [THIS WHOLE STORY IS MINE. PLAGIARISM IS STRONGLY PROHIBITED]